Home / Romansa / Asmara di Atas Ranjang / Ipar, Anak dan Surat Ancaman

Share

Ipar, Anak dan Surat Ancaman

Author: 9inestories
last update Last Updated: 2025-07-16 10:58:23

"Mbak, kau tidak mendengarkanku!"

Aya termenung, mengabaikan rajukan Wiwid. Ia mengamati bagaimana sibuknya para tukang kebun merawat taman belakang Mansion. Pandangan matanya sendu, ada gundah yang menggelayuti. Wiwid dengan mudahnya mampu menangkap keresahan itu. Ia sudah terbiasa mengamati gerak-gerik sang Kakak. Ini yang Ayahnya pesan, "Awasi Kakakmu dan pastikan keamanannya!"

Ada apa? Apakah sesuatu telah terjadi?

"Aku mendengarkanmu, ipar! Dan aku akan membantumu!"

Wiwid menoleh, ke arah Beau yang sudah mengambil duduk di seberang mereka setelah pria itu menuangkan wine ke gelasnya. Sepagi ini, dan ia berniat untuk mabuk? Tidakkah ia sadar jika istrinya sedang mengandung?

"Aku membutuhkan ini, Ipar! Jangan mengkritikku! W telah membuatku gila!" Beau menegak habis setengah gelas sebelum pandangannya beralih ke arah iparnya. Tersenyum miring seolah mencemooh.

Wiwid membenci senyum itu. Seolah ia telah lama menunggu momen seperti ini, momen dimana Wiwid membutuhkan bantuan dan hany
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Asmara di Atas Ranjang   Dapur Yang Tak Pernah Tidur

    -----Elizabeth berjalan tanpa alas kaki, waktu itu malam sudah lewat, dan hanya lampu temaram dari dapur yang menyala samar. Ia hendak mengambil air minum karena Rebecca tidak menyediakan teko air di kamarnya. Di tengah malam seperti ini, dahaga sering menyergap.Ia tahu Rebecca menjaga Arsa malam ini -dan Elizabeth turut menemani mereka. Itu bukan suatu kebetulan. Rebecca sendiri yang mengusulkan agar mereka tidur bertiga, menjaga Arsa."Aku ingin kau mempunyai sedikit privasi dengan Wiwid malam ini, Nis. Jadi, biarkan kami menjaga Arsa," katanya manis.Tapi Elizabeth tahu maksud di balik ucapannya, Rebecca ingin merebut simpati Wiwid melalui Rengganis, sang istri kedua. Sepertinya status persahabatan mereka tidak lagi berlaku, mengingat mereka sekarang saling bersaing dalam diam.Ia pun terpaksa setuju. Elizabeth tidak ingin Wiwid menilainya buruk. Pria itu ingin ketiga istrinya rukun. Baiklah, Elizabeth akan memenuhi keinginan Wiwid. Ini semata-mata karena ia tidak akan sanggup ke

  • Asmara di Atas Ranjang   Tubuh Yang Tersimpan Untuk Cinta

    -----"Arsa di mana?"Wiwid bertanya saat melihat Rengganis baru saja menutup pintu kamar dan mengunci dari dalam. Wanita itu menoleh, tersenyum samar. Ada lelah yang tak bisa disembunyikan dari wajahnya."Ia bersama Rebecca malam ini," bisiknya sambil menanggalkan bajunya perlahan. "Agar kita bisa menebus waktu yang terlewat."Wiwid tersenyum, hatinya menghangat. Percakapannya tempo hari dengan Rebecca ternyata membuahkan hasil. Ia menasehati wanita itu untuk lebih merendah mengingat posisinya sebagai istri ketiga. Bukan karena apa-apa, tapi Wiwid menginginkan ketiga istrinya rukun. Dan harus ada satu orang yang mau menurunkan egonya. Wiwid tahu sifat Rengganis yang cemburuan dan sedikit keras kepala tapi rela melakukan apa pun jika ia merasa nyaman dengan seseorang. Sedangkan, Elizabeth, ia mempunyai banyak kesibukan selain menjaga Daniyah. Elizabeth tidak akan mau menuruti perintah siapa pun kecuali dirinya, jadi Elizabeth akan menjadi urusannya."Ini yang kuinginkan dari kalian, t

  • Asmara di Atas Ranjang   Ipar, Anak dan Surat Ancaman

    "Mbak, kau tidak mendengarkanku!"Aya termenung, mengabaikan rajukan Wiwid. Ia mengamati bagaimana sibuknya para tukang kebun merawat taman belakang Mansion. Pandangan matanya sendu, ada gundah yang menggelayuti. Wiwid dengan mudahnya mampu menangkap keresahan itu. Ia sudah terbiasa mengamati gerak-gerik sang Kakak. Ini yang Ayahnya pesan, "Awasi Kakakmu dan pastikan keamanannya!"Ada apa? Apakah sesuatu telah terjadi?"Aku mendengarkanmu, ipar! Dan aku akan membantumu!"Wiwid menoleh, ke arah Beau yang sudah mengambil duduk di seberang mereka setelah pria itu menuangkan wine ke gelasnya. Sepagi ini, dan ia berniat untuk mabuk? Tidakkah ia sadar jika istrinya sedang mengandung?"Aku membutuhkan ini, Ipar! Jangan mengkritikku! W telah membuatku gila!" Beau menegak habis setengah gelas sebelum pandangannya beralih ke arah iparnya. Tersenyum miring seolah mencemooh.Wiwid membenci senyum itu. Seolah ia telah lama menunggu momen seperti ini, momen dimana Wiwid membutuhkan bantuan dan hany

  • Asmara di Atas Ranjang   Di Satu Meja Yang Sama

    Rebecca dan Wiwid berdiri terdiam di ambang ruang makan yang sengaja dibiarkan tanpa sekat. Wiwid tertegun, ia tidak mengira kedua istrinya masih menunggunya di sana. Padahal, ia dan Rebecca menghabiskan waktu hampir dua jam di dalam kamar. Sekarang, ia telah rapi dan hendak kembali ke kantor. Ada rapat perusahaan yang mengharuskan kedatangannya."Aku akan melewatkan makan siang, PrincePages membutuhkan kehadiranku. Kalian seharusnya tidak perlu menungguku," ucap Wiwid berusaha tegas.Ia melihat Rengganis menatapnya berkaca-kaca, wajahnya sembab. Sedangkan, Elizabeth duduk di sebelah Rengganis, menatap hampa sajian di atas meja. Hati Wiwid tercubit perih. Elizabeth telah mempersiapkan semua menu dan berharap ia bisa makan bersama-sama."Hanya perlu lima belas menit makan dalam diam, lalu kau bisa kembali ke kantor," ujar Elizabeth datar. Suaranya dingin namun menyesakan.Rebecca mengusap lengan Wiwid, suaminya itu memandang Elizabeth lekat, seolah menyampaikan beribu penyesalan. "Tida

  • Asmara di Atas Ranjang   Luka Yang Duduk Bersama

    "Kenapa sendiri? Dimana mereka?”Rengganis kembali ke ruang makan seorang diri. Tanpa Wiwid, pun Rebecca. Setetes air mata mengalir dari sudut mata wanita itu, jatuh tanpa suara. Sorotnya redup, terkubur luka yang sama, luka karena dipaksa berbagi cinta.Beberapa saat sebelumnya, Elizabeth sengaja meminta Rengganis memanggil Rebecca dan Wiwid untuk makan siang bersama. Hari itu, ia sedang luang. Daniyah tengah berlibur di rumah orang tuanya. Wiwid pun sempat pulang sejenak dari kantor. Rebecca dan Rengganis ada di rumah. Maka, Elizabeth memutuskan memasak menu sederhana, berharap perjamuan kecil itu menjadi jembatan, mengakrabkan hati-hati yang tak pernah benar-benar bisa berdamai."Sudahlah! Kita makan sendiri saja! Lagian, aku tidak bisa terlalu lama meninggalkan Arsa." Rengganis hendak menyendok kacang polong, namun gerakan tangannya ditahan oleh Elizabeth."Arsa ditangani oleh pengasuh profesional, tidak perlu terburu-buru. Kita tunggu saja mereka!"Nada Elizabeth terdengar tegas

  • Asmara di Atas Ranjang   Bukan Sekedar Istri Ketiga

    Rebecca menikmati bagaimana Wiwid mencumbu bibirnya mesra. Seakan ada kerinduan mendalam yang tercurah di sana. Kerinduan yang menumpuk begitu dalam lalu terlepas dalam sekali waktu. Rebecca tidak mampu menjelaskan rasa ini -yang pasti sentuhan Wiwid membuatnya bergidik, meremang dalam gemetar nikmat."Kau baik-baik saja, baby?" tanya Rebecca curiga. Bukannya ia tidak menyukai perlakuan lembut Wiwid tapi ia merasakan sesuatu yang berbeda dari gesture tubuh Wiwid."Kita sudah terlalu lama di kamar, baby. Mereka pasti sudah menunggu kita."Rebecca mencoba menjauhkan tubuhnya dari atas tubuh Wiwid, namun Wiwid tak bergeming. Ia justru mendekap pinggang Rebecca lebih erat, menciumi lehernya dengan manja.”Ada apa?" bisik Rebecca. "Ceritakan padaku!" suaranya lirih tertahan. Rebecca tahu, keintiman ini harus dihentikan sebelum mengarah ke sesuatu yang lebih panas."Kenapa kau tidak cerita padaku jika kita telah dijodohkan?"Tubuh Rebecca langsung menegang. Ia menatap Wiwid lekat-lekat, dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status