Beau Prince dan Ayanti Semito, terjebak dalam sebuah pernikahan kontrak. Beau secara sadar menyodorkan kontrak nikah kepada Aya dengan tujuan membuat Daphne cemburu, ia menginginkan sang mantan istri kembali padanya. Sedangkan Aya melakukannya demi saham dan impian. Namun di penghujung pernikahan, sebuah rasa menggelayuti hati Beau. Batas yang telah ia jaga selama ini terlanggar. Dampak dari malam pertama di penghujung kontrak telah mengukir bekas mendalam di hati Beau. Padahal, ia sudah terlanjur menyodorkan Aya untuk Liam dan Aya mulai menyambut uluran asmara yang ditawarkan oleh Liam. Kemanakah kisah asmara tersebut akan bermuara? Apakah ada kesempatan kisah tersebut lepas dari label kisah di atas ranjang?
View More*****
Kedua tubuh itu bergerak seirama, menyatu di bawah temaram lampu kamar yang terpasang di dinding sisi kiri ranjang. Napas keduanya terasa berat, peluh membuat tubuh mereka lengket. Jangan ditanya bagaimana bentuk sprei putih gading itu sekarang. Kucel dan basah oleh keringat bercampur darah dan cairan kenikmatan. "Beast!" Geram sosok yang berada di atas. Gerakannya semakin terpacu. Orang yang dipanggil Beast, terpejam merasakan kenikmatan yang ditawarkan sang lawan. Kedua tangannya meraba-raba punggung telanjang sosok di atasnya. "Kita telah melanggar kontrak, Beau!" Ucapnya kepayahan. "Aku tidak perduli! Cium aku!" Mereka pun berciuman dengan tubuh keduanya yang masih saling menghentak, berusaha mereguk puncak kenikmatan surgawi. Beau tidak menyangka akan kembali merasakan hal yang pernah ia rasakan semasa sekolah. Ia masih mengingat jelas kali pertama ia melakukannya, melepas keperjakaannya dengan seorang kakak kelas. Perbedaannya kali ini, dirinyalah yang menjadi pihak penerima. "Kukira kau berbohong, ternyata kau benar-benar belum tersentuh!" Beau melayangkan kecupan-kecupan ringan di bahu Beast. Wanita itu merintih pelan sembari menyamankan posisi tidurnya. Sesi percintaan mereka telah berakhir sejam yang lalu, kini mereka terbaring kelelahan di atas ranjang dengan Beau yang memeluk tubuh Beast dari belakang. "Aku masihlah orang dari timur dengan norma yang mengikat!" Timpal Beast, ia mulai memejamkan mata. Kantuk mulai menyapa. "Tapi, gerakanmu sangat lihai!" Beast tersenyum. "Ada yang dinamakan video dewasa, Beau!" "Ya, aku rasa aku tahu sekarang, darimana referensi adegan dewasa dalam 365 Hari berasal." ***** (Rapat rutin perusahaan; Selasa) Beau melonggarkan dasinya, satu tangan memainkan pena. Ia bergerak gelisah, bayangan liar semalam menyerbu benak. Tubuh Beast yang meliuk di depannya, terhimpit di antara tubuhnya dan tembok kamar. Kedua tangan Beast meraba-raba dinding berwallpaper coklat sebagai bentuk pelampiasan dari rasa nikmat. "Sial! Fokus Beau! Kau sedang rapat sekarang!" Beau berusaha keras menjaga kewarasannya. Sekarang, ia sedang menghadiri rapat yang membahas mengenai perencanaan pembangunan cabang perusahaan. Rapat akbar yang dihadiri oleh beberapa investor asing dan para pemegang saham. Ia berdeham lalu mengambil segelas air putih yang tersedia di depannya. Dengan air itu ia berharap fokusnya bisa kembali atau mungkin sekedar meredam bara yang mulai merayapi tubuh. Namun, apa yang bisa diharapkan dengan segelas air putih? Bukannya mereda, justru bayangan erotis lain merangsek masuk. Beast dan dirinya yang berpelukan di bawah guyuran shower, mengais nikmat dalam penyatuan tubuh. "Oke! Kita sudah tersambung dengan Aya!" Tiba-tiba suara seorang pria hadir. Membuat netra biru Beau yang semula terpejam -karena terlalu larut dalam fantasi liarnya- seketika terbuka. Kesadaran seolah ditarik paksa, visual liar yang berputar di benak perlahan memudar, seperti serpihan puzzle yang mulai terlepas. Kini, ia disajikan langsung dengan sebuah layar yang menampilkan satu sambungan komunikasi online. Seorang wanita berkacamata dengan rambut setengah basah tergerai, sedang memenuhi layar besar. Ia mengenakan piyama dan duduk di atas ranjang. "Maaf, jika membuat Anda sekalian tidak nyaman dengan situasi tempat yang saya gunakan. Saya akui, saya memang sedang dalam kondisi tidak bisa bangun dari tempat tidur," jelas si wanita lembut. "Anda baik-baik saja, Mrs. Prince?" Seseorang bertanya dengan nada khawatir. "Memang kurang fit, tapi selebihnya saya baik-baik saja. Terima kasih banyak atas atensinya." Senyum itu begitu tulus, yang ditujukan untuk para hadirin rapat. Beau tersenyum samar menyaksikan interaksi si wanita dengan para peserta rapat. Terasa dekat, malah cenderung intim. "Intim? Sial! Kenapa benakku kembali mesum?" Setelah basa-basi tersaji, Henry Star, sang Pimpinan Redaksi memulai sesi rapat dengan memberikan beberapa patah kata pembuka. Tuntunan mengenai agenda rapat yang akan mereka bahas. Topik pembahasan rapat akan terfokus pada prospek PrincePages seandainya mendirikan sebuah cabang baru yang menaungi berbagai multibidang, seperti entertaintment yang menaungi produksi series dan movies. Atau mungkin bisa ditambahkan modelling dan advertising. Ide yang cukup gila untuk bisa terealisasi pada sebuah perusahaan penerbitan. Wanita bernama Aya Prince adalah sang pencetus ide. Ia begitu terobsesi oleh perusahaan fiksi bernama W dari sebuah fiksi novel bergenre romansa karya dari BeastStories, salah satu penulis besutan PrincePages. Beau, sebagai CEO -entah kenapa sang kakek menyematkan posisi ini pada sebuah perusahaan penerbitan- berusaha keras mencerna setiap kalimat yang terucap dari bibir Henry. Fokusnya terbagi karena seseorang di line seberang. "Kenapa dia malah menerima panggilan? Sial!" Beau memandang layar komunikasi yang masih menampilkan wajah Aya Prince. Ia sangat serius mendengarkan perkataan Henry. Senyumnya selalu terulas, memamerkan keramah-tamahan kepada para rekan bisnis yang hadir. Beau terbilang beruntung bisa menyematkan surename-nya menggantikan nama belakang keluarga Aya. Aya Prince merupakan magnet bagi para investor. Optimisme dan kegigihannya dalam mewujudkan ide-ide di luar nalar mampu membius siapapun yang berkecimpuk di dunia bisnis. Dia itu beda dan unik. Rupanya, wanita itu tahu kalau sedang diperhatikan. Pandangannya yang semula fokus pada Henry beralih ke Beau. Mereka saling berpandangan sesaat sebelum Aya memutuskan pandangan dengan seulas seringai. Seringai sama yang mengingatkan Beau pada sosok yang telah membuai gairahnya semalam. Krieeet! Cukup! Ia sudah tak mampu menahannya lebih lama! Henry menghentikan penjabarannya. Semua hadirin rapat menoleh heran melihat sang pimpinan perusahaan berdiri dengan kedua tangan terkepal. Wajahnya memerah padam. "Ada sesuatu yang membuat anda tidak berkenan dengan penjelasan saya, Mr. Prince?" Tanya Henry. "Tidak! Bukan itu!" Beau menatap Aya sesaat. "Kalian lanjutkan saja rapatnya tanpa aku, perutku mulas! Sepertinya aku salah makan tadi!" Beau Prince pun berjalan keluar ruangan, meninggalkan rapat yang bahkan baru seperempat berjalan. Setiap orang terdiam, termasuk Aya Prince. Apa yang telah terjadi? "Oke! Sepertinya, kewenangan Mr. Prince teralih padaku sekarang," ucap Allyson Star, sang wakil CEO yang sedari awal rapat hanya diam memperhatikan. Ia mencium sesuatu yang mencurigakan dari gerak-gerik Beau Prince. "Silakan dilanjut, Mr. Star!" Intruksinya kemudian kepada Henry, yang ternyata suaminya sendiri. Aya prince menatap pintu ruang meeting dengan sendu. Seolah Beau berdiri di sana. Suaminya itu jarang pulang belakangan ini, setelah Beau memberikan salah satu apartemen mewah di pusat London pada Daphne. Mantan Beau yang kini menjadi selingkuhan sang suami. Aya bahkan menemukan chat mesra Daphne semalam. "Oh Beau! Aku semakin ketagihan dengan permainan ranjangmu! Kau bisa datang kembali kan setelah kau menyelesaikan rapatmu?" Beau Prince sudah gila! Apa yang ia pikirkan? Bagaimana jika para investor mengendus affair mereka? Ini bisa berimbas pada rencananya merealisasikan W. Aya tidak bisa membiarkan mereka mengacaukan impiannya. Ia harus berbuat sesuatu! Aya Prince harus memberikan penegasan pada si bangsawan murahan tersebut, bagaimana ia harus bersikap. "Aku akan memberimu sedikit pembelajaran, Daph!" *****Beau berdiri, kedua tangannya menumpu meja makan, badannya condong ke depan, seolah hendak menggapai keberadaan Max di kursi seberang."Jadi, itu alasanmu berinvestasi?! Berapa hutang istriku padamu?!""Tidak, bukan seperti itu, Mr. Prince, maafkan aku." Max membuat gesture tangan agar Beau kembali duduk.Sedangkan Allyson menarik lengannya, melakukan isyarat yang sama. "Beau, kita dengarkan dulu penjelasan dari Mr. Braun," cegah Allyson, matanya melirik ke arah Wiwid dan Rengganis yang menampilkan ekspresi wajah tidak ramah.Beau menurut, ia harus mampu mengendalikan temperamentalnya. Ini demi investor teralot yang akhirnya mampu mereka taklukan. Kecemburuannya memang merayu, mencekokinya dengan beberapa praduga tentang pertemuan Max dan Aya. Juga membuat Beau berpikir, kenapa Aya mendadak menjalani rawat inap di rumah sakit? Mereka memang bertengkar pagi tadi, tapi Beau yakin ia meninggalkan Aya dalam keadaan baik-baik saja. Lalu, panggilan itu, suara Aya berubah setelah ia menyebut
Acara makan malam berlangsung cukup hangat dan khidmat. Beau sendiri berusaha keras untuk terlibat dalam perbincangan ringan, melupakan sejenak kekalutan hati akan keadaan sang istri. Sebuah panggilan via video call dari Aya sedikit meredakan kegelisahan. Tapi, Beau berjanji akan menengok Aya usai dinner nanti."Aya baik-baik saja, Beau? Boleh aku memanggilnya dengan panggilan yang sedikit akrab?""Tentu saja Max! Kau akan sering bertemu dengan kami dan kami ingin kau merasa nyaman selama tinggal di Inggris. Anggap kami seperti keluargamu," sahut Allyson yang ditanggapi Max dengan senyum ramah.Max melirik Wiwid yang duduk bersebelahan dengan Rengganis, istrinya. Selama perhelatan dinner berlangsung mereka cenderung diam, lebih memilih fokus dengan menu yang disajikan."Aya berada dalam pantauan dokter saat ini. Jadwal rilis bukunya kian dekat dan dokter mengatakan jika Aya terlalu larut dalam event ini ..." Henry menanggapi, ia menoleh ke arah Rengganis, lalu berkata, "kau juga harus
"Aku yakin dia baik-baik saja, Ipar! Mbak Aya berada di tangan orang yang tepat. Dr. Lorraine Rodney merupakan salah satu dokter terbaik Inggris. Sekarang, fokuskan dirimu pada investor kehormatan kita!"Rasa-rasanya Beau ingin mengumpati ipar satu-satunya yang ia anggap -dengan terpaksa- karena telah mempersulitnya untuk menemui Aya. Bukankah Beau berhak? Ia suami sah Aya -sejak dokumen nikah kontrak ia robek dan pengajuan nikah resmi dikabulkan oleh pengadilan Inggris- tapi Ipar sialannya itu masih saja mencari gara-gara dengannya. Ia telat tiba di Green Mansion, satu setengah jam dari perkiraan karena dua investor asal Rusia meminta untuk bertemu. Beau tidak mungkin untuk tidak mengabulkan permintaan tersebut. Padahal, ia sangat khawatir dengan Aya, mengingat wanita itu berbicara dengan nada cemas dan takut sebelum memutuskan sambungan telepon sepihak."Sepertinya kau tidak terlalu khawatir? Apa yang sebenarnya terjadi, Wid?"Wiwid menghentikan pekerjaan dapurnya, memberi isyarat k
Aya mendapati kedua telapak tangannya bergetar, jantungnya berpacu tak karuan. Sebuah trauma masa lalu merasuk, takut menyergap hatinya dengan cepat. Nama itu merupakan momok yang ia coba kubur selama ini."Tidak! Pasti Max yang lain!" batinnya, mencoba memberi keyakinan pada dirinya sendiri.Hari ini, kemelut tidak jadi terbentuk. Beau berubah pikiran, ia akan mempertimbangkan permintaannya. Dan dua investor yang selama ini PrincePages incar telah mereka dapatkan. Ia tidak boleh merusak semua itu. Aya memejamkan mata, mencoba mengatur napas guna meredakan perasaan cemasnya. Smitz dan Braun, hanya itu yang pasangan Henry dan Beau katakan tentang dua investor incaran. Aya tidak pernah mempertanyakan lebih detail dan memang tidak mau berurusan dengan semua itu. Ia dan Rengganis lebih memilih fokus pada perilisan Lost in Love; South Mansion di Desember awal nanti. Pun Wiwid yang sedang fokus menyambut persalinan sang istri. Menjaganya begitu ketat, karena sikap keras kepalanya yang tidak
"Bagaimana kabar istrimu, Mr. Prince?"Sapaan itu membuat Beau menoleh. Ia tersenyum mendapati Max Braun telah berdiri di sampingnya. Setelah berbagai bujukan yang dilancarkan oleh pasangan Star, konglomerat asal Jerman itu akhirnya memutuskan untuk berinvestasi pada Mega project W. Ini pertama kalinya ia mengikuti rapat.Mereka saling berpelukan dan menepuk bahu. "Kau harus mempertemukan kami, Beau! Aku penasaran dengan otak dari project massive ini!""Tentu saja! Atur waktumu Max, lalu kabari kami!""Aku akan memutuskan untuk tinggal di Inggris, mungkin sekitar dua tahun, memantau kinerja kalian tapi sebelumnya aku harus kembali ke Jerman terlebih dahulu untuk mengurus berkas. Dan penerbanganku terjadwal besok siang.""Well, Mr. Braun, bagaimana kalau dinner di Green Mansion malam nanti?"Peserta rapat membubarkan diri satu persatu, hanya beberapa investor yang masih tinggal. Dua investor dari Rusia sedang berembug dengan Allyson di sudut lain. Sedangkan Henry, menghampiri Beau dan
"Kau masih mencintainya?"Pertanyaan dari Allyson membuat Beau terdiam sejenak. Seharusnya ia bisa langsung menjawab 'tidak', tapi nyatanya ia meragu. Benarkah rasanya terhadap Daphne bisa luntur begitu saja oleh malam-malam panasnya bersama Aya?"Apa yang kaucintai dari Aya? Tubuhnya atau hatinya?"Sedangkan, pertanyaan kedua cukup menyinggung Beau, ia hendak menyanggah, namun kata yang seharusnya terucap seolah terhenti tepat ketika Beau membuka mulut."Sebuah pemicu, akan menjadi senjata mematikan bagi pasangan yang mempunyai sejarah jangka panjang. Dan Daphne memiliki permen buah rasa apel yang menjadi benang merah di antara kalian. Ia cukup pintar untuk mempergunakan hal itu guna membangkitkan nostalgia perasaan dalam dirimu. Tapi, jika rasamu sudah habis, niscaya kau tidak akan berpengaruh."Beau menghela napas, ia terduduk lemas. Allyson mungkin benar. Percintaannya dengan Daphne di atas ranjang rumah sakit dapat Beau pastikan tidak berada di bawah pengaruh hipnotis. Beau denga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments