Share

Bab 31. Berkah dari Bibir Kecil

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-08-05 18:38:45

Langit mulai gelap ketika Bima dan Arafah kembali ke depan masjid, kubah yang kokoh—tempat sekaligus saksi keduanya mengukir janji.

Dua yang kini jadi sepasang itu membiarkan angin malam yang sejuk menyapu wajah mereka. Tidak ada suara kecuali hembusan angin dan langkah-langkah kecil dari anak-anak yang masih setia menemani di sana.

Di antara anak-anak itu, seorang bocah laki-laki melangkah maju. Menghampiri Bima dan mengajaknya melakukan tos.

Dia adalah Omar, anak berusia tujuh tahun yang pernah ditolong Bima saat perang sedang berkecamuk hebat. Mata bulatnya menatap mereka dengan penuh harap, tangannya menggenggam erat tasbih lusuh yang selalu dibawanya ke mana-mana.

Dengan suara kecilnya yang bening, Omar berucap menggunakan bahasa yang hanya dimengerti Bima.

"Semoga Tuhan memberkati kalian. Semoga kalian selalu bahagia dan selalu bersama, selamanya."

Arafah terdiam. Ada sesuatu di dalam dadanya yang tiba-tiba terasa hangat, menyesakkan, tetapi juga begitu indah. Dia memang tidak m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 47. Menemui Orangtua

    Rapat akhirnya selesai setelah hampir tiga jam penuh pembahasan yang serius dan cukup menguras energi.Bima menghela napas, meregangkan bahunya yang terasa kaku setelah duduk terlalu lama. Sesekali sang Komandan Militer itu melirik arloji yang dikenakan—menghitung waktu. Sudah tidak sabar ingin segera pulang dan bertemu Arafah.Sebelum Bima sempat keluar dari ruang rapat untuk kemudian melanjutkan sisa jadwal yang tersisa, seorang juniornya, Letnan Dika, bergegas menghampiri dengan wajah penuh semangat."Komandan! Komandan Bima!"Bima menoleh dengan satu alis terangkat. "Kenapa kamu, Dik? Lari–lari begitu."Dika menyeringai lebar, matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah. "Saya baru saja menyelesaikan pendaftaran pernikahan, Komandan! Semuanya sudah resmi!"Karena padatnya tugas, Bima sampai tidak sadar salah satu bawahannya sedang ikhtiar menyelesaikan pencatatan pernikahan.Letnan Dika mengusap tengkuknya sambil nyengir. "Kami juga akan menggelar p

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 46. Panggilan Mendadak

    Bima berdiri di bawah pancuran, membiarkan butiran-butiran air mengalir di sepanjang tubuhnya yang masih sedikit lelah setelah jogging. Meskipun tubuhnya terasa lebih lelah dari biasa —sebab semalam hampir mengeluarkan seluruh kemampuannya membahagiakan istri tercinta— hatinya terasa hangat luar biasa.Bima sesekali tersenyum sendiri, mengingat bagaimana Arafah enggan melepaskannya tadi.Dulu, dia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang menunggunya pulang, mencemaskannya hanya karena dia keluar sebentar.Dulu, pulang baginya hanyalah sebatas kembali ke barak atau tempat singgah sementara. Tidak ada yang benar-benar menunggu. Tidak ada yang mengkhawatirkan.Tapi sekarang, ada Arafah.Ada seseorang yang melihatnya sebagai rumah. Seseorang yang menunggu dengan mata berkaca-kaca hanya karena dia terlambat.Bima terkekeh pelan, mengusap wajahnya yang basah oleh air. Seolah kenyataan ini masih terlalu indah untuk dipercaya."Kenapa dia lucu sekali?""Sudah gila kamu Bima. Sadarla

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 45. Pagi Setelah Malam Panjang

    Arafah terbangun dengan tubuh terasa remuk. Persis seperti menyelesaikan aktivitas berat, otot-ototnya seakan menjerit protes setiap kali dia mencoba bergerak.Perempuan yang busananya entah terlempar kemana itu mengerjapkan mata, mencoba mengusir kantuk yang masih menyelimutinya. Begitu kenangan tentang semalam menyeruak, wajah Arafah langsung memanas.Malam yang begitu intim.Malam yang membuat Arafah memahami sepenuhnya bagaimana menjadi seorang istri bagi Bima.Arafah meraba sisi tempat tidur, mencari keberadaan lelaki yang semalam begitu memanjakannya dengan segala hal."Mas?" panggilnya, sedikit merengek manja. Tetapi yang Arafah temukan hanyalah kasur kosong—melompong, tidak ada kehangatan tubuh Bima di sana.Keningnya berkerut. "Kemana Mas Bima pagi–pagi begini?" gumamnya bicara sendiri. "Panggilan tugas?"Dengan usaha ekstra, Arafah akhirnya bangun. Dia meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang dipenuhi bercak merah—tanda kepemilikan Bima— lalu berjalan pelan keluar kamar.

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 44. Malam Penuh Gairah

    Bima tidak hanya menyentuh Arafah, tetapi juga menjaganya.Setiap gerakan, setiap sentuhan yang dia berikan, selalu diiringi dengan kesabaran dan perhatian yang besar. Bima tidak henti–hentinya memastikan bahwa selama penyatuan mereka, Arafah merasa nyaman. Bahwa istrinya benar-benar menikmati setiap momen yang mereka jalani bersama."Fah," panggil Bima sensual. "Jika kamu ingin membuatku gila, kamu berhasil. Kamu terlihat cantik malam ini, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu."Malam itu adalah malam di mana mereka benar-benar menjadi satu—bukan hanya dalam ikatan pernikahan, tetapi juga dalam perasaan dan hasrat yang selama ini mereka jaga.Arafah kehilangan dirinya dalam kehangatan Bima. Setiap desahan napas, setiap sentuhan, setiap kecupan yang diberikan suaminya membuatnya merasa dicintai dengan cara yang begitu mendalam."Terima kasih," ucap Arafah tulus, disela–sela aktivitas sang suami yang mengulum buah dadanya. "Berkat Mas, aku merasa sangat dicintai.""Aku sangat s

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 43. Menyatunya Dua Hati

    Begitu salat mereka selesai dan doa dipanjatkan, Arafah masih duduk diam di tempatnya, menatap sajadah dengan mata yang berbinar.Arafah baru menyadari betapa sayang Tuhan kepadanya.Bima menoleh, memandang istrinya yang tiba–tiba menjadi kalem lalu tersenyum kecil. "Kenapa, Sayang?" tanyanya pelan.Arafah menggeleng, mencoba menyembunyikan senyum di bibirnya. "Nggak apa-apa, Mas. Aku cuma merasa terharu dan bahagia aja."Bima mengangkat alis, memiringkan sedikit kepalanya agar lebih mudah memandang sang istri. "Kamu nangis, Rafah?" tanyanya kemudian."Nggak," balas Arafah sesingkat dan sesimpel mungkin. "Aku bahagia."Bima terkekeh, lalu tanpa aba-aba, dia meraih jemari Arafah dan menggenggamnya erat. Tatapannya penuh kasih, begitu tulus.Kemudian tanpa berkata apa-apa pula, Bima mencondongkan tubuhnya dan mengecup kening Arafah dengan lembut. Seakan mengunci semua perasaan yang tak terucapkan.Arafah terdiam.Aliran hangat menjalar dari dahinya, turun hingga ke dalam dada. Rasanya s

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 42. Insiden di Kamar Mandi

    Di dalam mobil, Arafah tetap diam dan menatap lurus ke depan, berusaha mengendalikan wajahnya yang masih terasa panas.Bima meliriknya dari samping, menyeringai kecil. "Kenapa mukanya merah lagi?" tanyanya dengan nada menggoda.Arafah mendesis pelan. "Mas Bima, lain kali jangan kayak gitu, dong!"Bima tertawa kecil. "Lain kali apa? Kenapa? Masnya tadi baik banget, 'kan? Malah mendoakan kita juga."Arafah melirik tajam. "Mas Bima, sumpah, ya. Aku kesel banget sama kamu!"Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Bima mencondongkan tubuhnya mendekat dan menatapnya dalam-dalam."Kenapa?" bisiknya.Arafah menahan napas."Lagipula, Mas Rizal bener," lanjut Bima santai sambil menghidupkan mesin mobil. "Kita harus semangat, kan?"Arafah memukul bahu Bima spontan. Bima hanya terkekeh puas sambil mulai melajukan mobil.Di dalam mobil yang melaju dengan tenang, Arafah masih sibuk menahan rasa malunya, sementara Bima hanya bisa tersenyum penuh kemenangan.Begitu sampai di rumah, Arafah lan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status