Share

Awal Mula

Author: Rumza
last update Last Updated: 2021-10-06 08:30:00

06, Juni, 2019

Pesantrenyang istimewa

Disinilah sebuah kisah bermula.

Berkisah tentang percintaan di sebuah pesantren, kenakalan para santri dan bahkan suka dukanya menjadi santri.

Santri tidak boleh membawa ataupun memiliki alat komunikasi yang canggih, dilarang untuk pacaran, keluar pesantren tanpa izin dan bertemu lawan jenis kecuali saat ada pembelajaran bersama saja.

Namun, masih ada saja beberapa santriwan dan santriwatinya yang bandel. Mereka terus berusaha melanggar peraturan yang sudah di tetapkan oleh pendiri pesantren, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Ada yang diam-diam pacaran, ada juga yang menyelinap keluar dari pesantren, ada juga yang masih ngeyel membawa hp dan masih banyak lagi kelakuan nakal mereka.

Kenakalan anak pesantren memang berbeda dengan anak sekolah pada umumnya.

Bagi santri yang ketahuan pacaran, mereka akan dicambuk rotan sebelum diarak sambil berkalung batu bata dan di tempelkan tulisan 'Pacaran itu haram'.

Berbeda lagi santri yang sering menyelinap keluar pesantren tanpa izin, mereka akan berdiri di bawah tiang bendera seharian. Bagi wanita, akan di lepas jilbabnya kalau laki-laki akan dicambuk menggunakan rotan.

Bagi yang ketahuan merokok, akan di suruh makan terasi mentah dan tidak lupa cambukan-nya. Anak pesantren juga tidak bisa sebebas anak sekolah biasa.

Setiappagi hari mereka akan belajar kitab kuning, saat siang mereka belajar pengetahuan umum dan saat malam mereka  melakukan pengajian bersama. Belajar mengaji, tausiyah, membaca barzanji, dan banyak lagi.

***

"Bik ...! Aku ingin masuk pesantren, tempat bibi menimbah ilmu dulu," ucap Lia bersemangat dikala mengungkapkan keinginannya kepada adik dari Ibunya tersebut.

"Serius, kamu ingin masuk pesantren?!" Tanya sang bibi sedikit terkejut atas kemauan sang keponakan.

"Aku serius bik, aku ingin memperdalam ilmu agamaku!" ucapnya tegas.

"Ya ... walaupun aku mempunyai niat lain selain agama, aku juga ingin kurus. Pasti di sana nanti aku bisa kurus," ucapnya bergumam didalam hati sambil tersenyum tidak jelas. 

"Ya sudah kalau itu memang keinginan kamu, bibi akan menemanimu ke pesantren tempat bibi menimbah ilmu dulu," jawab sang bibi sambil tersenyum bahagia, karena mendengar kemauan sang ponakan.

Niat yang tak masuk akal. Niat yang bisa menghancurkan harapan indah. Ingatlah ...! Awali segala hal dengan niat yang baik agar kelak tidak ada penyesalan dikemudian hari.

Niat buruk cuma akan memperkeruh masalah, karena yang dibayangkan tidak akan selalu sesuai dengan yang diinginkan.

***

Aku kadang merasa bosan dengan kehidupan seperti ini. Namun, aku juga tak mampu dan tak ingin beranjak dari posisi nyamanku.

Aku menjalani hidup yang bagi sebagian orang, itu tidak menyenangkan dan membosankan. Aku pun tak memungkir, rasaku juga terkadang sama seperti mereka. Pernah merasa bosan, menjalani semua ini.

Namun, aku harus tetap berusaha menjalani walau, batin menjerit ingin segera terbebas. Saat keadaan itu datang, hati mulai menyadarkan.

Kelak, semua ini tak kan bertahan selamanya. Kehidupan abadi yang bahagia telah menanti dihadapan.

Aku bukanlah makhluk Tuhan yang sempurna, yang tak pernah berbuat dosa. Hati ini adalah keranjang dosa yang selalu terisi dengan sadar ataupun tidak.

Kekhilafan kadang mampir, tuk sekedar bertengger ataupun menetap. Di saat itulah batin meronta ingin terbebas, terbebas dari dosa yang terus bertambah.

***

Desir angin menerpa wajah ku yang kini terduduk di sebuah pelataran bambu dibawah pohon beringin yang rindang. Aku menggoyangkan kaki, berusaha mengusir kegundahan hati.

Aku merindukan keluarga yang jauh di sana. Ingin rasanya aku terbang tuk pulang tapi, apalah daya raga ini tak mampu. Aku sendiri di sini, tak ada keluarga yang menemani.

Saat ku sakit dan terluka namun, aku harus tetap bangkit walau tanpa keluarga di sisiku. Karena di sini aku dididik belajar mandiri, berusaha menyelesaikan semua masalah yang ada, walau umurku masih belum untuk dikatakan dewasa.

Belajar bekerjasama, guna memupuk rasa persaudaraan supaya kami bisa memahami satu sama lain.

"Assalamu'alaikum, Lia," seorang teman memanggil sambil menepuk bahu ku, menyadarkan diri ini dari lamunan belenggu rindu, terhadap keluarga nan jauh di sana.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa Mila?" tanyaku menoleh kearahnya setelah kembali tersadar.

"Kamu kenapa melamun?" tanyanya sambil duduk di sampingku dan sedikit menepukan tangannya di atas pahaku, "Rindu keluarga di rumah ya?" tanyanya lagi sambil menoleh kearahku dengan senyum indahnya.

Aku tersenyum sambil mengangguk seraya menoleh kearahnya, langsung setelahnya mengalihkan pandanganku ke arah depan. Mila adalah salah satu sahabat yang ku punya di sini.

Aku mempunyai tiga orang sahabat di sini dua perempuan dan satu laki-laki, mereka semua sangat baik padaku. Mereka menerima kekurangan dan kelebihan ku.

Saling membantu dikala susah, saling menolong dikala kesulitan dan saling menasehati dikala salah melangkah.

Namun, persahabatan yang ku jalani tak seperti persahabatan kebanyakan anak sekolah di luar sana.

Disini kami seperti keluarga, kami tak pernah bertemu sebelumnya namun, kami mampu membuatnya seakan sudah lama saling mengenal.

"Ikut aku pulang ke kampung saja, siapa tahu bisa mengurangi rasa rindu terhadap keluargamu. Kalau dari sini kita bisa pulang dengan berjalan kaki, ya ... walaupun perjalanannya meniti hutan dan lumayan jauh sih," katanya sambil tersenyum padaku.

"Hitung-hitung, sekalian cuci mata dan wisata ke alam bebas gitu," sambungnya lagi, sambil terus tersenyum ke arahku.

Kata-kata penghibur yang terlontar dari mulutnya seakan membangkitkan gelora dalam jiwa. Kata sederhana, namun menyenangkan.

Persahabatan yang ku banggakan. Persahabatan tanpa syarat, yang kami bangun bersama seiring berjalannya waktu.

Terkadang hidup tak sesuai dengan harapan, hidup yang kita inginkan belum tentu terbaik untuk kita jalani. Namun, yang menurut kita baik belum tentu itu yang terbaik.

Terima kasih sahabat, telah memilihku menjadi teman terbaikmu. Salam dan doa selalu terucap seiring getaran hati.

***

*Tetaplah bahagia wahai sahabat*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta)   Memasak Bersama

    Aku kembali ke asrama, berhubung waktu sudah melangkah ke pukul lima sore. Tanpa aku sadari, rasa penasaran pada pemberian Erik mulai mengusikku.Perlahan tapi pasti, aku mendudukkan diri di lantai dan bersandar di lemari kayu milikku. Aku mulai membuka lembaran surat yang terselip, di atas kado yang ku terima.Bait demi bait ku baca, ada rasa takut akan hal ini. Namun, tak' memungkiri ada rasa senang juga. "Ternyata ada juga laki-laki yang menyukaiku, rasa yang tak' seharusnya kau tunjukan Erik," aku bergumam di dalam hati, sembari membaca surat darinya."Maaf, sepertinya aku gak bisa balas perasaan mu ini Erik. Aku tak' pernah berharap, seseorang mulai mengagumi ku," Aku berfikir, sambil mendongakkan ke atas. Setelah selesai membaca surat dari Erik.Aku hanya tersenyum penuh arti, tak' berniat menerima keingi

  • Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta)   Sebuah Bingkisan Cinta

    Jam istirahat telah tiba, kami langsung menuju mushola karena telah menunjukan waktu ashar. Selesai shalat kami kembali ke kelas, saat aku ingin menghampiri Mila.Tiba-tiba, Erik muncul dihadapan ku, entah dari mana tuh anak. Tahu-tahu sudah muncul, seperti hantu. Iya, seperti hantu. Suka muncul seenak hati dan menghilang tanpa bekas.Berkata seperti itu, seolah-olah aku pernah menjadi korban ghosting. Erik yang muncul secara tiba-tiba membuat ku sedikit terperanjat, betapa tidak. Dia muncul bagai malaikat pencabut nyawa.*Tadi hantu sekarang malaikat, authornya gabut nih. hehehehe.*Membuat jantung ku menjadi tidak normal, jantung ku berdetak lebih cepat. Desiran darah seakan memompa lebih dari biasanya. Namun, ini bukan perasaan jatuh cinta seperti di novel-novel roman.Melainkan perasaan takut. Takut akan ketahuan para staf pesantren dan aku bisa mendapatkan hukuman. Kalau sam

  • Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta)   Perhitungan Yang Tertunda

    Jam sekolah umum sudah hampir dimulai, waktu yang ku nanti sekaligus tak' ku harapkan.Menanti untuk belajar dan tak' berharap bertemu Erik. Lelaki yang selalu ada seperti parasit, akhir-akhir ini.Aku bukan membencinya tetapi, aku hanya risih atas kelakuan yang diperbuatnya. Kalau sekarang masih aman. Namun, tidak tau apa yang akan dilakukan dia selanjutnya.Sebenarnya Erik termasuk laki-laki yang baik, di tambah lagi dengan keahlian yang dimilikinya. Namun, entah mengapa aku tidak ingin mendekat, seperti ada sekat di antara kami.Di tengah perjalanan, aku berhenti di bawah pohon rindang, aku mendongak ke atas dan berfikir. Bisakah aku seperti pohon ini? Selalu meneduhi saat panas menerpa tanpa meminta balasan, atas apa yang dilakukannya.Tetap kokoh saat angin berhembus dan memberi udara sejuk di sekitarn

  • Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta)   APAC (Assalamu'alaikum Pesantren_Assalamu'alaikum Cinta)

    Aku menunduk memperhatikan telunjuknya, dan aku tersenyum saat mengangkat wajahku. Memperhatikan pahatan yang elok di depan mataku, wajahnya yang ayu rupawan, meneduhkan siapa pun yang memandang. Aku tersentak, dikala ingat sesuatu yang sempat aku lupakan .... "Astaghfirullah —!" "Ada apa?" "Aku lupa, ada janji sama Juju." "Janji—, janji yang kemaren?" "Iya, aku lupa." "Ya udah, nanti aja. Mending sekarang kita mondok dulu, kalo telat bisa kena marah loh!" "Iya deh, nanti siang aja." "Iya lah, kan kita ketemu di kelas mata pelajaran umum nanti siang." jawab Vivi sambil tersenyum menenangkan ku. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Vivi, kami keluar dari asrama menuju kelas. Saat pagi seperti ini kami akan belajar ilmu tasawuf dan kitab kuning lainnya.

  • Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta)   Rasa Malu

    Hutan yang mereka lalui sedikit lagi berlalu dan berganti padang rumput hijau nan indah. Karena kurang berhati-hati saat berjalan Lia hampir saja tergelincir, dengan sigap Erik menarik tangan Lia. Namun hal tak terduga terjadi.....Lia hampir terduduk di tanah. Jika saja Erik tidak sigap, semua teman-teman di belakang mereka tiba-tiba berhenti saat melihat kejadian itu."Ka — kamu, gak apa-apa kan?" tanya Erik sedikit tergagap."Gak apa kok tapi, apa kamu bisa melepaskan tanganmu dari lenganku?" jawab Lia sambil menunduk, karena rasa malu. Bagai awan hitam yang seakan menumpahkan hujan."Oh — maafkan aku, aku cuma berniat menolong," jawab Erik sembari melepas genggaman tangannya di lengan Lia."Iya— gak apa

  • Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta)   Kembali Pulang

    Persahabatan yang tulus tak pernah menuntut atau 'pun meminta hal 'tak mungkin.Persahabatan saling mengerti, menerima, dan melengkapi.Mengingatkan di kala salah,Merangkul di kala bersedih. Itulah arti dari persahabatan, persahabatan tanpa syarat.***Saat tengah sibuk dengan perdebatan kecil mereka, tiba-tiba Ibu memanggil mereka."Ayo ..., ibu manggil tuh!" ajak Mila sambil mengarahkan pandangannya ke pondok."Bentar, aku mau bawa ini dulu. 'Kan sayang pepayanya," jawab Lia menahan langkah kaki Mila yang hampir melangkah jauh.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status