Latar cerita tahun 2009 Bandung dulu ... Baru Jakarta ... Senyum dulu ... Baru dibaca ... Begitulah awal surat yang selalu mereka tulis. Percintaan didalam pesantren dengan berbagai macam larangannya, namun masih banyak santri yang melanggar. Di sini bukan tidak ada alat komunikasi canggih, namun para santri dilarang membawa alat komunikasi atau HP. Mereka dididik dengan cara yang berbeda. Terkadang mereka pacaran secara diam-diam, karena jika sampai ketahuan mereka akan dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku di pesantren. Penghianatan, percintaan, persahabatan dan perpisahan yang menguras emosi. Selalu hadir dalam hidup. Cinta segitiga, perasaan ditinggalkan oleh sang kekasih dan harapan yang pupus karena keadaan. Note: Mengandung pembelajaran agama dan kehidupan, ambil positifnya dan jangan ditiru kelakuan negatifnya. Semoga terhibur dan bermanfaat.
Lihat lebih banyak都内の閑静な住宅街の一角。豪邸が立ち並ぶ中に、一軒のこじんまりとした家があった。
小さな庭と赤い屋根が印象的なこの家は、四月の初旬、桜が咲き乱れる中で慌ただしかった。
「瑠香、待って! 今日から保育園だから!」
私のその声に、一歳三か月の娘はさらに廊下を走るスピードを上げた。追いかける私と遊んでいるつもりなのだろうが、こっちは必死だ。
「ねえ、お母さん! 瑠香を止めて!」
ようやく転ぶことなく小さな段差を超えられるようになった瑠香は、毎日元気いっぱいだ。
「ほーら、捕まえた」
私の母、静江にすっぽりと抱っこされた瑠香は、楽しそうにキャキャと声を上げる。
「彩華、今日十二時にお迎えでいいのよね?」
専業主婦の母が心配そうに私に声をかける姿に、少し苦笑する。
「うん、ごめんね。お願い。今日は慣らし保育だから早いの」
「本当に私はいいのよ。瑠香を保育園に入れなくても。ねー、瑠香」
その母の優しさはとても嬉しい。しかし、母にだって予定が入ることもあるだろうし、持病もある。あまり無理をさせたくないのが実情だ。
「早めに迎えに行ってくれるだけで助かるから」
そう言いながら、私と瑠香の部屋へ行き、クローゼットから久しぶりの洋服を取り出す。子育てに忙しかったこの一年は、Tシャツにジーパンという出で立ちだったが、今日はセンタープレスのブラックのパンツに、薄いブルーのインナー。それにジャケットを手にして階段を下りる。
リビングに入れば、瑠香を子供用の椅子に座らせながら、一緒に朝食をとる両親の姿があった。
東雲彩華、二十六歳。ブラウンの肩までの髪に、目はぱっちりとした二重だ。美人というタイプではなく、どちらかといえば幼く見えるかもしれない。身長は159㎝で、至って普通の体型だと思う。
高校を卒業後、大学へと進学して、大手のKOWA総合システムに入社した。しかし、一年半前から出産のために産休を取っており、今日から久しぶりの出社だ。
休みに入る前、シングルマザーとして出産をすることを一部の人に伝えてあり、その当時は多少噂にもなったし、父親が誰かという憶測もあった。今もその話が残っているかわからないが、戻ることに不安がないと言えば嘘になる。
しかし、私は、一生懸命働いて瑠香を育てていかなければいけない。この一年、実家の両親に甘えてばかりだったのだ。
今は父も働いているし、私たち二人を快く迎え入れてくれているが、きっといろいろ思うこともあるだろう。
そんな気持ちを隠すように、私は明るく声を上げる。
「ねえ、なんか新入社員みたいじゃない?」
キッチンで自分のコーヒーを用意しながら、母に問いかければ、まじまじと母も私を見る。
「確かにそう言われればそう見えるけど、気持ちは新入社員みたいなものでしょ? いいんじゃない?」
明るく言ってくれる母に、私も笑顔を浮かべる。
「彩華、今日は瑠香は俺が送っていくから」
新聞を読んでいて、私の姿に興味を持っていないと思っていた父の言葉に、「え?」と聞き返す。
「久しぶりの仕事なのに、遅刻はダメだからな」
そう言いながらも、父は瑠香を見ると表情を崩す。
「瑠香、じーじと一緒に行こうな」
「あーい」
意味がわかっているのかどうかわからないが、口いっぱいにおにぎりをほおばりながら瑠香は私にバイバイと手を振った。
「そう、じゃあお言葉に甘えて。お父さんありがとう」
「ああ」
私の素直なお礼に少しバツが悪そうな父を見て、母もクスクスと笑い声をあげた。
「いってきます!」
ここから会社までは電車で三十分ほどかかる。初日は少し早めに行きたいこともあり、両親に瑠香を任せると、久しぶりのパンプスを履いて外に出た。
そして数十歩歩くと、私の身長の二倍はある高い塀が現れる。その塀に沿ってしばらく歩くと、ようやく大きな門が見えてきた。
私の家とは比べ物にならないほど大きな洋館。小さい頃何度も遊びに行ったお宅だ。
しかし、今は誰も住んでおらず、手入れされていた木々が伸びてしまっている。
昔は、そこには春子おばあ様と私より四つ年上の男の子の二人が住んでいた。
雪平日向。私の生まれた時からの幼馴染であり、兄であり、守ってくれる人だった。
くりっとした好奇心いっぱいの瞳に、抜群な運動神経。日向の家の庭の木に登ってはおりられなくなる私をいつも助けてくれていた。「どうして両親ではなく、おばあ様と住んでいるの?」そう子供心に残酷なことを聞いてしまった時も、「二人は海外に行ってるんだよ」そう言って明るく笑ってくれる人だった。
家が隣同士。それだけでは片付けられないほど、私たちには絆があった。
Aku kembali ke asrama, berhubung waktu sudah melangkah ke pukul lima sore. Tanpa aku sadari, rasa penasaran pada pemberian Erik mulai mengusikku.Perlahan tapi pasti, aku mendudukkan diri di lantai dan bersandar di lemari kayu milikku. Aku mulai membuka lembaran surat yang terselip, di atas kado yang ku terima.Bait demi bait ku baca, ada rasa takut akan hal ini. Namun, tak' memungkiri ada rasa senang juga. "Ternyata ada juga laki-laki yang menyukaiku, rasa yang tak' seharusnya kau tunjukan Erik," aku bergumam di dalam hati, sembari membaca surat darinya."Maaf, sepertinya aku gak bisa balas perasaan mu ini Erik. Aku tak' pernah berharap, seseorang mulai mengagumi ku," Aku berfikir, sambil mendongakkan ke atas. Setelah selesai membaca surat dari Erik.Aku hanya tersenyum penuh arti, tak' berniat menerima keingi
Jam istirahat telah tiba, kami langsung menuju mushola karena telah menunjukan waktu ashar. Selesai shalat kami kembali ke kelas, saat aku ingin menghampiri Mila.Tiba-tiba, Erik muncul dihadapan ku, entah dari mana tuh anak. Tahu-tahu sudah muncul, seperti hantu. Iya, seperti hantu. Suka muncul seenak hati dan menghilang tanpa bekas.Berkata seperti itu, seolah-olah aku pernah menjadi korban ghosting. Erik yang muncul secara tiba-tiba membuat ku sedikit terperanjat, betapa tidak. Dia muncul bagai malaikat pencabut nyawa.*Tadi hantu sekarang malaikat, authornya gabut nih. hehehehe.*Membuat jantung ku menjadi tidak normal, jantung ku berdetak lebih cepat. Desiran darah seakan memompa lebih dari biasanya. Namun, ini bukan perasaan jatuh cinta seperti di novel-novel roman.Melainkan perasaan takut. Takut akan ketahuan para staf pesantren dan aku bisa mendapatkan hukuman. Kalau sam
Jam sekolah umum sudah hampir dimulai, waktu yang ku nanti sekaligus tak' ku harapkan.Menanti untuk belajar dan tak' berharap bertemu Erik. Lelaki yang selalu ada seperti parasit, akhir-akhir ini.Aku bukan membencinya tetapi, aku hanya risih atas kelakuan yang diperbuatnya. Kalau sekarang masih aman. Namun, tidak tau apa yang akan dilakukan dia selanjutnya.Sebenarnya Erik termasuk laki-laki yang baik, di tambah lagi dengan keahlian yang dimilikinya. Namun, entah mengapa aku tidak ingin mendekat, seperti ada sekat di antara kami.Di tengah perjalanan, aku berhenti di bawah pohon rindang, aku mendongak ke atas dan berfikir. Bisakah aku seperti pohon ini? Selalu meneduhi saat panas menerpa tanpa meminta balasan, atas apa yang dilakukannya.Tetap kokoh saat angin berhembus dan memberi udara sejuk di sekitarn
Aku menunduk memperhatikan telunjuknya, dan aku tersenyum saat mengangkat wajahku. Memperhatikan pahatan yang elok di depan mataku, wajahnya yang ayu rupawan, meneduhkan siapa pun yang memandang. Aku tersentak, dikala ingat sesuatu yang sempat aku lupakan .... "Astaghfirullah —!" "Ada apa?" "Aku lupa, ada janji sama Juju." "Janji—, janji yang kemaren?" "Iya, aku lupa." "Ya udah, nanti aja. Mending sekarang kita mondok dulu, kalo telat bisa kena marah loh!" "Iya deh, nanti siang aja." "Iya lah, kan kita ketemu di kelas mata pelajaran umum nanti siang." jawab Vivi sambil tersenyum menenangkan ku. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Vivi, kami keluar dari asrama menuju kelas. Saat pagi seperti ini kami akan belajar ilmu tasawuf dan kitab kuning lainnya.
Hutan yang mereka lalui sedikit lagi berlalu dan berganti padang rumput hijau nan indah. Karena kurang berhati-hati saat berjalan Lia hampir saja tergelincir, dengan sigap Erik menarik tangan Lia. Namun hal tak terduga terjadi.....Lia hampir terduduk di tanah. Jika saja Erik tidak sigap, semua teman-teman di belakang mereka tiba-tiba berhenti saat melihat kejadian itu."Ka — kamu, gak apa-apa kan?" tanya Erik sedikit tergagap."Gak apa kok tapi, apa kamu bisa melepaskan tanganmu dari lenganku?" jawab Lia sambil menunduk, karena rasa malu. Bagai awan hitam yang seakan menumpahkan hujan."Oh — maafkan aku, aku cuma berniat menolong," jawab Erik sembari melepas genggaman tangannya di lengan Lia."Iya— gak apa
Persahabatan yang tulus tak pernah menuntut atau 'pun meminta hal 'tak mungkin.Persahabatan saling mengerti, menerima, dan melengkapi.Mengingatkan di kala salah,Merangkul di kala bersedih. Itulah arti dari persahabatan, persahabatan tanpa syarat.***Saat tengah sibuk dengan perdebatan kecil mereka, tiba-tiba Ibu memanggil mereka."Ayo ..., ibu manggil tuh!" ajak Mila sambil mengarahkan pandangannya ke pondok."Bentar, aku mau bawa ini dulu. 'Kan sayang pepayanya," jawab Lia menahan langkah kaki Mila yang hampir melangkah jauh.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen