Share

Atasan Duda Itu Mantan Pacarku
Atasan Duda Itu Mantan Pacarku
Author: LinDaVin

Bertemu Mantan

Author: LinDaVin
last update Last Updated: 2023-10-06 09:21:48

"Dah dengar belum kalau wakil kepala cabang yang baru itu duda baru?" Tika yang duduk di depanku memulai obrolan di sela istirahat siang.

"Baru lulus dari Pengadilan Agama." Wina yang duduk di sampingku menambahkan.

Aku hanya mendengar obrolan kedua sahabatku itu sambil menikmati bekal makan siang yang kubawa. Sebuah ruangan di belakang kantor memang digunakan beberapa karyawan saat istirahat makan siang. Tiga buah meja ditata memanjang dikelilingi sejumlah bangku.

"Mbak Win … ini pesanannya, cabe mabelas kan?!" Aji, seorang OB kantor datang dengan membawa bungkusan berisi rujak cingur pesanan Wina.

Obrolan sesaat berhenti ketika Aji datang. Wina terlihat langsung membuka pesanannya setelah Aji keluar ruangan.

"Denger-denger sih masih muda, ganteng pula," cerita Tika kemudian dan obrolan kembali berlanjut.

"Iya aku dengernya gitu. Wah, bakal betah nih, di kantor. Hahaha." Wina menambahkan yang diakhiri suara tawa keduanya.

"Ish … asik banget makanya?" Wina mendekatkan tubuhnya ke arahku. "Pantesan hmm mau."

Melihat rendang jamur di kotak bekalku Wina langsung mengarahkan sendoknya. Aku sedikit menarik tubuh ke belakang agar dia lebih leluasa.

"Hmm enak," ucap Wina dengan masih mengunyah.

"Telen dulu baru ngomong," ucapku melihat kelakuan sahabatku itu. "Udah?" tanyaku saat dia kembali ke posisi duduknya semula.

"Udah … ntar rujaknya nggak kemakan lagi," jawab Wina sambil membuka kertas bungkus berwarna coklat di depannya.

Aku kembali menyantap makanan yang aku bawa. Mama membawakan bekal dengan lauk rendang jamur, sambal ijo padang dan juga daun ubi yang hanya direbus. Mama suka memasak dan dengan bekal aku bisa lebih berhemat.

Seperti biasa selepas makan siang kami melanjutkan dengan salat Zuhur di Mushola yang berada tak jauh dari ruang makan. Hari ini Wina sedang tidak salat jadilah aku dan Tika saja yang ke Mushola.

"Mau jamaah?"

Suara seorang pria membuatku dan Tika yang sedang mengenakan mukena menoleh bersamaan. Ada yang tersentil tiba-tiba di dalam dadaku saat pandanganku beradu dengan pria yang berdiri di ambang pintu Mushola itu. Hal yang sama sepertinya terjadi pada pria itu.

"Bo-boleh." Suara Tika memecah keheningan yang sesaat tercipta. "Silahkan," lanjut Tika mempersilakan pria tersebut untuk maju.

"Kenapa?" Senggolan tangan Tika saat pria itu sudah berada di depan membuatku tersadar dan aku hanya menjawab dengan gelengan.

Jujur, sepanjang salat aku sedikit tidak khusyu ini sangat tidak baik. Perasaanku yang semula baik-baik saja sekarang berubah menjadi kacau.

"Kayaknya itu deh wakil kepala cabang yang baru," ucap Tika selepas salat dan pria itu sudah keluar dari Mushola. "Beneran ganteng, ya?!"

Aku hanya tersenyum tanpa menjawab apapun. Iya, memang tampan Tika tidak salah. Hanya saja perasaanku berubah menjadi tidak nyaman dan kacau sekarang. Kenapa dunia begitu sempit sehingga kami bertemu lagi.

Satria Panji Wibawa pria yang aku kenal delapan tahun yang lalu. Saat aku pertama kali menginjakkan kaki di Jogja untuk melanjutkan kuliahku di usia tujuh belas tahun. Pria yang akhirnya dekat dan menjadi kekasihku sebelum perjodohanku datang empat tahun yang lalu.

Cukup lama kami menjalin hubungan dari dia kuliah sampai dia bekerja. Semuanya berakhir saat Papa memintaku menikah dengan anak temannya sebagai permintaan sebelum beliau meninggal. Aku kembali ke Malang dan mengakhiri hubungan dengan sebuah drama.

Wajar aku menangkap kesakitan dalam sorot mata Mas Satria. Wajar dia tidak menegurku dan seolah-olah tidak mengenalku. Yah … semua salahku memang tidak punya nyali untuk mempertahankan hubungan.

•••

"Kamu apa kabar?"

Aku mendongak mendengar suara yang sangat aku hafal dan masih melekat dalam ingatanku.

"Ba-baik. Mas Satria apa kabar?" tanyaku sedikit tercekat.

Aku sedang menunggu Arya adikku, motorku tadi pagi tidak bisa dinyalakan. Sebuah bangku di dekat pos security aku gunakan untuk duduk menunggu. Jujur aku sedikit gugup dan merasa tidak nyaman dengan suasana yang tercipta.

"Tidak sebaik kamu. Nunggu siapa? Suami kamu?" tanya pria itu dengan nada yang terdengar ketus dan tatapan dingin menusuk.

"Bu-bukan, lagi nunggu adik." Aku menjadi gagap karena tatapan Mas Satria yang seolah menusuk dasar hatiku terdalam.

"Sepertinya kita akan bertemu setiap saat, tapi, sepertinya aku malas melihatmu. Ada pikiran untuk pindah kerjaan?"

"Mas masih marah?" tanyaku pelan.

"Mau bareng?" Roni yang baru keluar dari ruang absen menghampiriku. Sesaat melihat ke arah Mas Satria yang berdiri di sampingku.

"Sudah dijemput Arya, makasih yah," jawabku ke Roni dengan memaksakan senyumku.

"Kan bisa ditelpon dulu," ucap Roni lagi.

"Iya tapi …." Aku tak menyelesaikan kalimatku untuk Roni saat melihat Mas Satria beranjak pergi dan berjalan menuju mobilnya.

Aku terdiam dan hanya menghela napas panjang. Sepertinya Mas Satria masih menyimpan dendam padaku. Sepengetahuannya aku telah mengkhianatinya dengan selingkuh sampai aku hamil. Itu semua aku lakukan agar dia membenciku. Dan semua itu berhasil, Mas Satria benar-benar membenciku.

Apakah aku benar-benar menikah? Sepertinya aku mendapat karmaku. Pria yang Papa jodohkan denganku menghamili perempuan lain. Rencana pernikahan yang sudah disusun oleh kedua keluarga tinggalah rencana. Aku bersyukur waktu itu karena aku memang tidak ingin menikah sebenarnya.

Hanya saja saat aku ingin kembali menjelaskan kepada Mas Satria aku kehilangan jejak. Nomor ponsel dan semua media sosialnya yang aku tau raib. Saat aku mencari tahu ke kantornya dia juga sudah keluar. Aku mengira dia kembali ke Bengkulu karena sepengetahuanku orang tuanya tinggal disana.

Sekarang kami bertemu kembali setelah sekian lama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Tony Rahadian
Smggaa bsa balikan lgi...
goodnovel comment avatar
Nadia adzkia Danesh
awal Reading...
goodnovel comment avatar
Ery d'Roses
ceritanya bagus menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Danta 2 End

    Pandanganku terhenti pada sosok yang cukup aku kenal, meski mungkin dia tidak mengenalku. Satria, pria dari masa lalu Rania istriku terlihat berada di depan ruang praktek dokter Anna. Di sampingnya terlihat seorang perempuan berperawakan kecil seperti anak SMA, yang jelas itu bukan istrinya yang dulu. Karena kalau istrinya yang dulu aku sempat tahu saat dirawat disini.Tidak mungkin adiknya juga karena setahuku adiknya sudah meninggal, itu aku dapat dari cerita Rania. Apa mungkin itu istrinya dan Satria sudah menikah lagi, tetapi, perempuan itu terlihat sangat muda. Keduanya seperti sedang menunggu antrian periksa di dokter Anna di poli kandungan.Hamil?Kenapa jadi aku yang kepo dan ingin tahu, sudahlah. Aku melanjutkan langkah untuk menuju ruang praktekku. Kalau pun itu memang benar istrinya dan sekarang hamil itu akan lebih baik. Berarti Satria sudah menemukan kebahagiaannya sekarang. Aku tahu masih ada rasa bersalah atau apalah yang Rania rasakan selama ini

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   End Danta Pov 1

    PoV Danta Aroma wangi masakan menguar dan menghampiri Indera penciumanku saat aku berjalan mendekat ke arah dapur tempat Rania berada sekarang. Selepas salat Subuh tadi dia sudah berkutat di dapur untuk mengeksekusi resep masakan yang baru dilihatnya semalam di sebuah channel youtube. Wanita yang sudah hampir setahun aku nikahi itu memang punya kegemaran baru sekarang, yaitu mencoba resep masakan. “Wangi banget,” ucapku saat memasuki dapur, Rania menoleh dan tersenyum.“Semoga nggak keasinan lagi seperti kemarin,” jawab Rania dan kembali menarik pandangannya ke arah panci di depannya.Aku tersenyum mengingat kejadian kemarin, entah berapa sendok garam yang dia masukkan ke dalam masakannya. Kalau ada pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, hal ini tidak berlaku untuk Rania. Mama mertuaku pintar memasak dan enak bahkan pernah membuka catering juga cerita Rania, tetapi, berbenda dengan anak perempuannya yang juga istriku ini. Tetapi, R

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 22

    Duda itu Mantan PacarkuPart xtra 22*** Ketukan di kaca mobil sontak membuat dua insan yang tengah terbuai dalam debar asmara itu saling menjauhkan diri satu dengan yang lain. Wajah keduanya menghangat seketika dengan debaran di dada yang semakin kencang terasa. Aletha lekas menurunkan kaca mobil saat melihat keluar telah berdiri sahabatnya, Titan yang mengetuk pintu mobil Satria.“Ada apa?” tanya Aletha yang masih sedikit gugup kaget.“Jangan lewat sepanjang jalan Plaosan Timur ada kegiatan warga nutup jalan katanya, nanti lurus aja terus masuk ke kiri selepas lampu merah dekat pom bensin.” Titan memberi tahu kondisi jalan yang akan mereka lewati nanti ke tempat acara syukuran yang diadakan di sebuah restoran.“Oh … gitu, okay. Ya udah ini mau langsung ke sana.” Aletha mengangguk mengerti, Satria yang duduk di belakang kemudi ikut mengangguk.Sepasang pengantin baru itu tengah menetralisir perasaannya masing-masing karena

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 21

    Sepertinya ini adalah persiapan pernikahan tercepat dari sebelumnya yang pernah aku lakukan, karena setelah aku melamar Aletha hanya butuh waktu kurang dari 2 minggu saja sampai hari yang di tentukan, yaitu hari ini. Aku dan Aletha sepakat untuk menikah di Masjid samping KUA dengan disaksikan keluarga dekat saja, tidak ada resepesi yang akan digelar karena Aletha tidak menghendakinya. Keluarga Aletha hanya mengundang kerabat dekat untuk syukuran selepas ijab kabul.Ini bukan yang pertama, bukan juga yang kedua aku akan mengucapkan kalimat sakral sebuah janji suci, tetapi, aku berdoa ini menjadi yang terakhir aku melakukannya. Aku tidak ingin mengulang lagi untuk suatu masa nanti, biarlah kegagalan pernikahanku dulu menjadi sebuah pelajaran yang berharga untukku. Hari Sabtu jam 9 pagi ini kesendirianku akan aku akhiri dan aku akan membuka sebuah lembaran baru dengan cerita baru.Aku menyetir sendiri dan mempersiapkan semuanya sendiri, kemeja putih dengan jas d

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 20 Aletha

    Pov Aletha *** [Dari kantor aku langsung ke rumahmu] [Aku sudah OTW] Aku membuka aplikasi chat berlogo warna hijau di ponselku, dua pesan masuk dari Mas Satria yang biasa aku panggil dengan sebutan Om itu beberapa waktu yang lalu. [Iya, hati-hati di jalan] Sebuah kalimat balasan aku kirimkan kemudian, belum terbaca setelah beberapa detik. Mungkin dia sedang menyetir. Aku kemudian meletakkan ponselku di meja dan beranjak ke lemasri untuk memilih baju yang akan aku kenakan. Masih merasa aneh dengan semuanya, serasa mimpi, tapi, bukan mimpi. Bahkan beberapa hari yang lalu pria itu masih sangat ketus padaku, tapi, entah apa yang terjadi padanya hinga dia sampai mengatakan hal itu. Lalu bagaimana denganku? Aku juga tidak tahu kenapa mengatakan iya, tapi, aku juga sedang tidak main-main denga

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 19

    “Tidak.” Aku menggeleng meski Pak agus juga tidak akan melihatnya. “Kami tidak sedang mencari tempat pelarian, tetapi, mencari tempat untuk kami bisa saling mengisi dan melengkapi,” jawabku kemudian. “Aku mengerti, aku senang dengan hal ini. Aku menganggapmu bukan hanya rekan kerja, lebih dari itu dan Aletha adalah keponakan kesayanganku. Yang aku minta jangan pernah membuatnya patah lagi dan berbahagialah kalian. Aku akan bicara dengan mamanya Aletha setelah ini. Lebih cepat juga lebih baik daripada ada apa-apa nanti kalau ditunda- tunda.” Pak Agus memberikan dukungannya dan aku merasa lega untuk itu. Sekarang tinggal bicara lagi dengan Aletha untuk mempersiapkan semuanya dengan lebih matang. Mungkin aku hanya bisa pergi sendiri saat nanti mengutarakan niatku kepada keluarga Aletha karena di kota ini aku tidak memiliki keluarga selain Ibu saja. Aku menutup panggilan selepas mengucapkan salam, sudah jam 6 lebih dan aku haru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status