Share

Bab 39. Ancaman mematikan

Penulis: Miarosa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 22:49:44

Sebelum Aurora sempat bereaksi, semuanya terjadi begitu cepat.

Pria itu tiba-tiba mendorong Andrew dengan kasar. Andrew terhuyung ke belakang sebelum jatuh tersungkur ke lantai marmer yang dingin.

Aurora terbelalak. Apa yang terjadi?!

Tanpa peringatan, pria itu mencengkeram lengannya dengan kasar. Jari-jarinya yang kuat mencengkeram pergelangan tangan Aurora hingga terasa sakit.

"Kamu harus ikut denganku!" Suaranya penuh ancaman.

Aurora merasakan ketakutan menjalari tubuhnya. Bau alkohol dari pria itu semakin menusuk, membuat perutnya terasa mual.

"Lepaskan aku!" jeritnya panik, meronta sekuat tenaga.

Ia menoleh ke belakang, berharap pada keajaiban.

Andrew sudah bangkit! Wajahnya penuh amarah saat ia berusaha mengejar mereka.

Namun, pria itu menyadarinya dan justru menyeret Aurora lebih cepat, hampir berlari ke arah pintu keluar gedung.

"Andrew, tolong aku!" teriaknya histeris.

"Aurora!" suara Andrew bergema di lorong, suaranya penuh kegelisahan.

Di sisi lain gedung, Henry sedang berj
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 82. Di antara doa dan air mata

    Sementara itu, Jesselyn terduduk lemas di sofa, wajahnya seputih kertas. Tangannya mencengkeram dadanya, berusaha meredakan kepanikan yang mulai menyesakkan. Tatapannya kosong, sulit menerima kenyataan bahwa calon adik ipar mereka mungkin tak akan pernah kembali. Florien menatap mereka satu per satu, dan tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipinya. Melihat orang-orang yang ia cintai hancur seperti ini membuat hatinya ikut remuk. Vernon menelan ludah, berusaha menguatkan diri untuk melanjutkan, tapi kata-kata itu begitu sulit untuk keluar dari bibirnya. "Polisi sudah melakukan pencarian sejak tadi malam." Suaranya bergetar, hampir tidak terdengar. "Tapi sampai sekarang mereka belum menemukan Aurora." Keheningan menyergap ruangan, begitu pekat hingga suara isak tangis Rosamaria terdengar menyayat hati. Margarita masih melantunkan doa dengan suara lirih, tangannya menggenggam rosario begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Di sudut ruangan, Vernon berdiri mematung. Dada

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 81. Hilang bersama senyap

    "Tidak... tidak mungkin." Suara Florien nyaris tak lebih dari bisikan, suaranya gemetar. "Aku tahu ini sulit dipercaya, Flo," suara Vernon terdengar berat, seolah ia berjuang keras menahan emosinya. "Aku juga masih syok. Aku sedang di tempat kejadian sekarang." Tangis Florien pecah begitu saja. Ia tak sanggup menahannya. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya, jatuh ke lantai tanpa suara. Kedua kakinya melemas, hampir saja ia terjatuh jika tangannya yang bebas tidak segera mencengkeram pinggiran sofa. "Flo?" Suara Vernon kembali memanggil. "Apa kamu masih di sana?" "I-iya." Napasnya tersengal. "Apa... apa Aurora selamat?" Hening sejenak di seberang sana. Seakan Vernon butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya menjawab dengan suara yang hampir patah. "Para penyelamat belum bisa menemukan Aurora." Florien menutup mulutnya, berusaha menahan isakan yang semakin membesar. "Pencarian dihentikan untuk malam ini," lanjut Vernon dengan suara putus asa. "Mereka

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 80. Di antara penyesalan dan kehilangan

    Henry duduk di tepi ranjang hotel, membiarkan tatapannya jatuh ke jendela besar yang menampilkan pemandangan kota yang terang benderang. Namun, cahaya itu tak bisa menembus kegelapan yang bersarang di hatinya.Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba mengusir rasa bersalah yang semakin menjeratnya seperti rantai besi.Ia meninggalkan Aurora.Lagi.Ia seharusnya bisa menebus kesalahannya di masa lalu, tetapi sekali lagi, ia justru menghancurkan wanita yang paling ia cintai. Ia pikir keputusannya sudah benar. Ia pikir dengan menjauh, ia bisa menghindari luka yang lebih dalam, tapi ternyata, rasa sakit itu tetap ada dan kini, lebih buruk dari yang pernah ia bayangkan.Dan sekarang...Sekarang mungkin sudah terlambat.Henry merasakan dadanya sesak. Ia tak pernah tahu seperti apa rasanya kehilangan seseorang yang begitu berharga sampai sekarang.Ia tak akan pernah bisa mengatakan bahwa ia masih mencintainya.Tak akan pernah bisa meminta maaf atas semua kesalahan yang ia buat. Tak ak

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 79. Senja di tepi jembatan

    Di atas jembatan, orang-orang berkerumun, menyaksikan kejadian tragis itu dengan keterkejutan yang masih membekas di wajah mereka. Beberapa menutup mulut, beberapa berbisik dengan ngeri, dan sebagian lainnya hanya terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.Di antara mereka, Vernon berdiri mematung, napasnya tercekat, tubuhnya membeku.Tidak.Tidak mungkin.Tidak mungkin yang baru saja ia lihat adalah kenyataan.Jantungnya seakan berhenti berdetak saat mobil Aurora menabrak pembatas jembatan dan jatuh ke sungai, menghilang ke dalam gelombang yang menggulung dengan kejam.Seketika, Vernon merasakan sesuatu dalam dirinya pecah. Tanpa berpikir panjang, ia keluar dari mobilnya dan berlari ke tepi jembatan. Matanya liar mencari di antara air yang beriak, berharap menemukan tanda-tanda Aurora. Namun, sungai hanya menyajikan kehampaan.Airnya terlalu keruh.Aurora ada di sana. Di bawah sana.Sendiri.Tanpa menunggu lebih lama, Vernon merogoh ponselnya dengan tangan gemetar d

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 78. Satu nama terakhir

    Aurora menggenggam erat kain gaunnya, jari-jarinya bergetar. Napasnya tercekat di tenggorokan. Jadi benar, Henry sudah tahu.Dugaan yang sejak tadi berputar di kepalanya akhirnya terbukti.Ia memejamkan mata, tapi air matanya terus mengalir, membasahi pipinya yang telah lama kering dari kebahagiaan. Tubuhnya gemetar hebat, seolah-olah ia hanyalah sebuah boneka porselen yang siap retak dan hancur kapan saja.Gaun pengantin putih yang tadinya berkilau kini tampak lusuh dan tak bernyawa seperti hatinya yang kini telah hancur berkeping-keping. Hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, hari yang selama ini ia nantikan dengan penuh harapan, berubah menjadi mimpi buruk yang tak akan pernah bisa ia lupakan.Henry, pria yang selama ini ia cintai lebih dari apa pun, pria yang telah ia pilih berkali-kali meskipun dunia terus berusaha memisahkan mereka telah mencampakkannya.Tanpa penjelasan.Tanpa sepatah kata.Ia pergi begitu saja, meninggalkannya di altar, seolah-olah sem

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 77. Di ujung luka

    Florien menggenggam tangannya. "Aku marah pada ayahmu, karena dia telah membunuh ibuku, tapi aku juga mencintaimu dan aku tahu, kau tidak akan menjadi seperti dia."Dada Vernon terasa sesak, tetapi kali ini bukan karena ketakutan melainkan karena keharuan yang begitu dalam. Tanpa ragu, ia menarik Florien ke dalam pelukannya, mendekapnya erat, seolah takut jika ia melepaskannya, semuanya akan lenyap.Keheningan mereka terpecah oleh suara seseorang yang berdeham pelan.Keduanya menoleh.Jesselyn dan William berdiri di sana, menyaksikan segalanya dalam diam."Aku setuju dengan Florien." Suara Jesselyn bergetar, tapi tetap tegas. "Ayahmu adalah ayahmu dan kamu adalah kamu. Kamu bukan pembunuh seperti dia, tapi jika benar ayahmu bukan pelakunya, maka kamu harus segera membuktikannya. Kamu harus membersihkan nama baiknya sebelum semua terlambat."Vernon menatap Jesselyn dalam-dalam, merasakan ketulusan dalam kata-katanya. Di tengah keterpurukan dan rasa bersalah yang menghimpit dadanya, mas

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 76. Di balik gaun dan air mata

    Di saat yang sama, di kediaman keluarga Henry, kepanikan melanda semua orang.Aurora berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat, matanya kosong menatap altar yang seharusnya menjadi saksi janji suci mereka. Tangannya gemetar, hatinya terasa remuk."Kenapa, Henry? Kenapa kau pergi?"Ia tak mengerti. Seharusnya ini menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, tetapi justru menjadi hari paling menyakitkan. Air matanya mengalir perlahan, jatuh membasahi gaunnya yang begitu indah.Margarita berusaha mencari jawaban. Wanita tua itu menekan mencari putranya, Archer, satu-satunya orang yang paling mungkin tahu sesuatu. Ia menemukan putranya berada di ruang kerja sedang mdnyendiri."Archer, apa kamu yang memberitahu Henry siapa pembunuh ibunya?"Archer terlihat bingung. "Apa yang terjadi?""Henry pergi saat upacara pernikahan akan dimulai! Dia tidak ada di mana pun!" Suara Margarita bergetar."Lebih baik mereka tidak menikah," jawab Archer dingin."Apa kamu yang memberitahunya?""Tidak. Aku tida

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 75. Hari bahagia yang terluka

    Vernon menatapnya dalam-dalam. "Karena kali ini, kau benar-benar takut kehilangan Henry."Aurora menoleh padanya dan untuk sesaat, air mata hampir jatuh dari matanya, tapi ia menahannya. Ketika mereka tiba di rumah Margarita, Jesselyn dan Florien sudah menunggu di pintu masuk."Aurora!" Jesselyn menyambutnya dengan pelukan hangat. "Kau terlihat luar biasa."Aurora tersenyum, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Terima kasih!"Florien juga tersenyum. "Ayo, kami akan mengantarmu ke ruangan khusus sebelum upacara dimulai."Aurora mengangguk dan mengikuti mereka. Di dalam ruangan itu, sendirian, Aurora berdiri di depan cermin, melihat pantulan dirinya sendiri. Ia adalah pengantin. Ia adalah seorang wanita yang mencintai pria yang akan dinikahinya.Langit biru cerah membentang luas, seolah alam ikut merayakan hari bahagia ini. Angin berhembus lembut, menggoyangkan kelopak bunga yang tertata rapi di sepanjang lorong menuju altar. Kediaman keluarga Henry telah disulap menjadi taman impia

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 74. Pernikahan

    Margarita menggeleng dengan frustrasi. "Aurora adalah wanita yang baik, cerdas, dan penuh kasih sayang. Hanya dia yang bisa membuat Henry bahagia. Setelah perceraian mereka, Henry seperti mayat hidup. Dia bekerja tanpa henti, tidak ada gairah dalam hidupnya."Archer menggerutu, tetapi tidak membalas. Ia tahu ibunya benar.Di sisi lain halaman, Margarita menyambut Jesselyn dan suaminya, yang baru saja tiba dari Jerman bersama putra mereka, Theodore. Bocah kecil itu berlari-lari di antara tamu, tertawa riang."Jesselyn, Sayang! Akhirnya kau tiba!" ujar Margarita, memeluk cucu perempuannya erat.Jesselyn tersenyum hangat. "Tentu saja, Nenek. Aku tidak akan melewatkan pernikahan kakakku."Suaminya, yang berdiri di sampingnya, menjabat tangan Margarita. "Senang bertemu denganmu lagi, Nenek," katanya sopan.Margarita tersenyum pada pria itu, lalu meraih tangan kecil Theodore. "Aku ingin melihat pengantin wanitanya!" katanya antusias."Oh, kau akan melihatnya nanti, Sayang," jawab Margarita

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status