Home / Romansa / Atasan Posesif itu Mantan Suamiku / Bab 43. Di balik hasrat yang membakar

Share

Bab 43. Di balik hasrat yang membakar

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-05-01 22:18:36

Aurora tidak menolak. Sebaliknya, ia menyerah pada ciuman itu, membiarkan hasrat yang terpendam sekian lama kembali menyala. Ia merasakan kehangatan Henry menyelubunginya, memeluknya dalam genggaman yang kuat namun penuh kasih. Ketika bibir mereka saling menjelajahi, napas mereka semakin memburu, tenggelam dalam rasa yang selama ini coba mereka ingkari.

Henry menarik Aurora lebih dekat, tubuh mereka saling menempel tanpa celah. Jemarinya menjelajah, mengusap punggungnya dengan sentuhan yang menghantarkan sensasi menggigil di sepanjang tulang belakang wanita itu. Saat Aurora mengerang pelan di antara ciuman mereka, Henry semakin dalam menyesap manisnya bibirnya, menjelajahi setiap sudutnya dengan penuh gairah.

Aurora merasakan tubuhnya melebur dalam dekapan Henry. Sentuhan pria itu menghangatkannya, membangkitkan desir di setiap inci kulitnya. Ketika bibir Henry meninggalkan jejak panas di sepanjang lehernya, jantungnya berdebar semakin kencang. Jemari Henry yang besar dan hangat men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 44. Mencintai dan membenci

    Aurora melihat kopernya tergeletak tak jauh dari tempat tidur. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia segera beranjak ke kamar mandi, membiarkan air dingin menyapu kulitnya yang masih dipenuhi sisa-sisa emosi semalam. Tak ingin membuang waktu, ia mengenakan pakaian dengan tergesa-gesa. Ada seseorang yang ingin segera ditemuinya—Theodore, keponakan Henry yang kini telah berusia lima tahun. Saat ia dan Henry berpisah, bocah itu baru berusia tiga tahun. Saat menuruni tangga, matanya menyapu sudut-sudut rumah sang Nenek. Tidak banyak yang berubah. Rumah megah berlantai lima ini masih terasa terlalu besar dan sunyi baginya. Dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, ia hampir tersesat di dalamnya. Langkahnya terhenti mendadak. Henry muncul di hadapannya, tiba-tiba dan tanpa suara. "Henry!" serunya, terkejut. Salah satu tangannya terangkat ke dada, mencoba meredam detak jantungnya yang berdebar liar. Ia menarik napas dalam-dalam, menoleh ke sekeliling, memastikan tidak ada orang la

    Last Updated : 2025-05-01
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 45. Cemburu

    Kejujuran Henry membuat Aurora terhenyak. Hatinya berdebar kencang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Apa aku tidak salah dengar?" pikirnya."Kau serius?" bisiknya ragu, menatap Henry seolah mencari kebohongan di matanya."Tentu saja," jawab Henry tanpa keraguan.Aurora menelan ludah, dadanya terasa sesak. "Saat ini aku tidak bisa menikah lagi denganmu."Henry menghela napas panjang, tetapi tekadnya tak goyah. "Lalu, apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau kembali padaku?" tanyanya, suaranya penuh harap, hampir memohon.Aurora menundukkan kepala, menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. "Tidak ada," katanya lirih, tetapi dingin.Henry menatapnya, mencoba membaca pikirannya. Ia tahu Aurora berbohong. Wanita itu hanya takut membuka kembali luka yang belum sepenuhnya sembuh."Aku mencintaimu, Aurora," ucapnya lembut. "Dan aku ingin kita bersama lagi."Perasaan Henry begitu kuat, begitu nyata. Ia melangkah mendekat, lalu melingkarkan lengannya di

    Last Updated : 2025-05-02
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 46. Pagi yang menyenangkan

    Dengan kecepatan kilat, Henry menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, sementara Aurora buru-buru menyembunyikan wajahnya yang merah padam.Di sisi lain rumah, Margarita duduk di kursi meja makan di teras belakang, yang menghadap taman bunga mawar. Nenek itu menggenggam tongkatnya dengan tenang, matanya berbinar seolah tahu persis apa yang sedang terjadi di dalam rumah. Ia tersenyum kecil. Hari ini akan menjadi hari yang menarik."Mereka itu seperti anak kecil," gumam Margarita dengan nada geli kepada asistennya, Nicholas. Senyum tipis terbentuk di wajahnya, sementara matanya menatap lurus ke arah taman, seolah melihat lebih jauh dari yang tampak di hadapannya. "Mereka pikir aku tidak tahu bahwa mereka sudah bercerai."Wanita tua itu tertawa pelan, nada tawanya sarat dengan kebijaksanaan dan sedikit ironi. "Biarkan saja mereka beranggapan seperti itu."Dengan tenang, ia mengangkat cangkir teh ke bibirnya dan menyeruputnya perlahan."Jadi, Henry membawa Aurora ke kamarnya?" tanyany

    Last Updated : 2025-05-02
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 47. Bermain sandiwara?

    "Jadi kamu meragukannya?!" Suara Yolanda bergetar di seberang telepon, dipenuhi kemarahan dan rasa tertantang. "Anak ini adalah darah dagingmu, Henry!"Henry menekan rahangnya, mencoba meredam emosi yang mendadak berkecamuk di dalam dadanya. "Iya." Hanya itu jawaban yang keluar dari bibirnya, singkat dan tanpa emosi."Anak ini milikmu.”Henry tertawa pendek, getir. “Kau sadar betapa absurdnya itu? Kita baru kenal berapa lama? Dan kita hanya tidur sekali, Yolanda. Sekali.”“Aku tahu, Tapi aku tidak tidur dengan siapa pun selain kamu. Kau pikir aku sedang main sandiwara?” suara Yolanda mulai naik.“Dunia ini penuh sandiwara dan kau cukup jago jadi aktrisnya,” balas Henry cepat. “Atau ini bagian dari rencana barumu lagi? Mengikatku dengan cerita kehamilan?”“Kau pikir aku senekat itu? Mengada-ada tentang nyawa yang sedang tumbuh dalam tubuhku?” Yolanda hampir berteriak. “Aku tidak butuh uangmu. Aku hanya ingin kau tahu—aku tidak sendirian dalam urusan ini.”Henry terdiam beberapa detik.

    Last Updated : 2025-05-03
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 48. Berkuda

    "Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Henry dingin, suaranya terdengar tajam.Andrew tidak terpengaruh oleh sikap permusuhan Henry. Dengan santai, ia menjawab, "Aku hanya ingin melihat keadaan Aurora di sini. Aku ingin tahu, apakah dia bahagia atau justru merasa tertekan?"Henry tersenyum miring, lalu melirik Aurora. "Seperti yang kamu lihat, Aurora senang berada di sini. Bukankah begitu, Sayang?"Namun, Aurora tidak menjawab. Ia sengaja mengabaikan Henry, membiarkan pria itu semakin kesal, lalu memilih untuk langsung berbicara pada Andrew."Apa yang membuatmu datang ke sini?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih hangat dibanding saat ia berbicara dengan Henry.Andrew tersenyum kecil. "Besok aku akan kembali ke Inggris. Apa kita akan pulang bersama?"Seketika ruangan terasa membeku.Henry menatap tajam Andrew, rahangnya mengeras. "Kalian tidak akan pulang bersama. Aurora akan pulang bersamaku."Jesselyn yang duduk di sampingnya langsung menyenggol kaki Henry di bawah meja, memberi i

    Last Updated : 2025-05-03
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 49. Menggenggam hati

    Aurora hanya tersenyum tipis tanpa menjawab. Mereka berkuda selama beberapa menit, menikmati keheningan yang tidak lagi terlalu canggung. Hingga akhirnya, matahari semakin tinggi di langit, menandakan sudah saatnya mereka kembali. "Mau pulang?" tanya Henry. "Ya." Mereka kembali ke kandang, menyerahkan kuda-kuda itu kepada para pekerja. Lalu, berjalan beriringan menuju rumah. Namun, tiba-tiba Henry menghentikan langkahnya. Aurora menoleh, lalu mendapati dirinya terperangkap dalam tatapan pria itu. Mata biru Henry menatapnya dalam-dalam, menelusuri wajahnya seolah sedang mencari sesuatu. Ada keheningan di antara mereka, keheningan yang begitu pekat hingga Aurora bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Aurora menelan ludah, mengangkat sedikit dagunya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Henry tidak mengatakan apa pun. Aurora merasakan lagi energi yang bergejolak di sekitar Henry, seperti badai yang siap meledak kapan saja. Hawa panas yang dipancarkan lelaki itu membuat dadan

    Last Updated : 2025-05-04
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 50. Sandiwara Margarita

    Pelayan itu menelan ludah. "Tapi kalau Tuan Muda tahu, dia pasti akan marah."Margarita terkekeh pelan, suaranya penuh keyakinan. "Percayalah! Begitu dia tahu alasan di balik ini semua, dia akan berterima kasih."Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki berlari-lari di luar."Ah, akhirnya mereka datang." Margarita buru-buru menutup matanya. Sebelum itu, ia sempat menoleh pada Nicholas dan memperingatkan dengan suara pelan, "Ingat, kau harus terlihat sedih. Kalau perlu, keluarkan air mata. Jika tidak, kau kupecat!"Nicholas menghela napas, bersiap memainkan perannya.Pintu kamar terbuka dengan keras, hampir membentur dinding. Henry masuk lebih dulu, napasnya tersengal, wajahnya penuh kepanikan. Aurora menyusul di belakangnya, matanya dipenuhi kecemasan."Nenek!" Suara mereka berseru hampir bersamaan.Henry langsung berlutut di samping ranjang dan meraih tangan Margarita. Matanya yang biasanya tajam kini tampak kaca-kaca. Dengan suara parau, ia berkata, "Nek, jangan mati dulu! Aku belum

    Last Updated : 2025-05-04
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 1. Kedai kopi

    Pukul tujuh pagi, Aurora Stockwell berdiri dalam antrean di depan konter kedai kopi. Aroma biji kopi yang baru digiling seharusnya menenangkan, tapi pikirannya terlalu kacau untuk menikmati itu. Perusahaan tempatnya bekerja yang juga warisan ayahnya dan kini dikelola oleh kakaknya berada di ambang kebangkrutan. Jika itu terjadi, bukan hanya pekerjaannya yang hilang, tapi juga mata pencaharian banyak keluarga yang bergantung pada perusahaan tersebut dan semua ini salah Henry. Aurora mengepalkan jemarinya, menahan kemarahan yang hanya bisa didengar oleh batinnya sendiri. Dulu, hidupnya berjalan stabil. Ia seorang staf ahli keuangan dengan karier yang menjanjikan hingga hari itu terjadi---saat ia menabrak seorang pria di depan lift. Byur!Secangkir kopi tumpah, mengotori jas mahal pria itu. Henry Wilmington. Alih-alih marah, Henry justru terpesona. Ia jatuh cinta pada Aurora pada pandangan pertama, terpikat oleh mata biru tajamnya. Aurora teringat bagaimana pria itu merayunya dengan

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 50. Sandiwara Margarita

    Pelayan itu menelan ludah. "Tapi kalau Tuan Muda tahu, dia pasti akan marah."Margarita terkekeh pelan, suaranya penuh keyakinan. "Percayalah! Begitu dia tahu alasan di balik ini semua, dia akan berterima kasih."Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki berlari-lari di luar."Ah, akhirnya mereka datang." Margarita buru-buru menutup matanya. Sebelum itu, ia sempat menoleh pada Nicholas dan memperingatkan dengan suara pelan, "Ingat, kau harus terlihat sedih. Kalau perlu, keluarkan air mata. Jika tidak, kau kupecat!"Nicholas menghela napas, bersiap memainkan perannya.Pintu kamar terbuka dengan keras, hampir membentur dinding. Henry masuk lebih dulu, napasnya tersengal, wajahnya penuh kepanikan. Aurora menyusul di belakangnya, matanya dipenuhi kecemasan."Nenek!" Suara mereka berseru hampir bersamaan.Henry langsung berlutut di samping ranjang dan meraih tangan Margarita. Matanya yang biasanya tajam kini tampak kaca-kaca. Dengan suara parau, ia berkata, "Nek, jangan mati dulu! Aku belum

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 49. Menggenggam hati

    Aurora hanya tersenyum tipis tanpa menjawab. Mereka berkuda selama beberapa menit, menikmati keheningan yang tidak lagi terlalu canggung. Hingga akhirnya, matahari semakin tinggi di langit, menandakan sudah saatnya mereka kembali. "Mau pulang?" tanya Henry. "Ya." Mereka kembali ke kandang, menyerahkan kuda-kuda itu kepada para pekerja. Lalu, berjalan beriringan menuju rumah. Namun, tiba-tiba Henry menghentikan langkahnya. Aurora menoleh, lalu mendapati dirinya terperangkap dalam tatapan pria itu. Mata biru Henry menatapnya dalam-dalam, menelusuri wajahnya seolah sedang mencari sesuatu. Ada keheningan di antara mereka, keheningan yang begitu pekat hingga Aurora bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Aurora menelan ludah, mengangkat sedikit dagunya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Henry tidak mengatakan apa pun. Aurora merasakan lagi energi yang bergejolak di sekitar Henry, seperti badai yang siap meledak kapan saja. Hawa panas yang dipancarkan lelaki itu membuat dadan

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 48. Berkuda

    "Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Henry dingin, suaranya terdengar tajam.Andrew tidak terpengaruh oleh sikap permusuhan Henry. Dengan santai, ia menjawab, "Aku hanya ingin melihat keadaan Aurora di sini. Aku ingin tahu, apakah dia bahagia atau justru merasa tertekan?"Henry tersenyum miring, lalu melirik Aurora. "Seperti yang kamu lihat, Aurora senang berada di sini. Bukankah begitu, Sayang?"Namun, Aurora tidak menjawab. Ia sengaja mengabaikan Henry, membiarkan pria itu semakin kesal, lalu memilih untuk langsung berbicara pada Andrew."Apa yang membuatmu datang ke sini?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih hangat dibanding saat ia berbicara dengan Henry.Andrew tersenyum kecil. "Besok aku akan kembali ke Inggris. Apa kita akan pulang bersama?"Seketika ruangan terasa membeku.Henry menatap tajam Andrew, rahangnya mengeras. "Kalian tidak akan pulang bersama. Aurora akan pulang bersamaku."Jesselyn yang duduk di sampingnya langsung menyenggol kaki Henry di bawah meja, memberi i

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 47. Bermain sandiwara?

    "Jadi kamu meragukannya?!" Suara Yolanda bergetar di seberang telepon, dipenuhi kemarahan dan rasa tertantang. "Anak ini adalah darah dagingmu, Henry!"Henry menekan rahangnya, mencoba meredam emosi yang mendadak berkecamuk di dalam dadanya. "Iya." Hanya itu jawaban yang keluar dari bibirnya, singkat dan tanpa emosi."Anak ini milikmu.”Henry tertawa pendek, getir. “Kau sadar betapa absurdnya itu? Kita baru kenal berapa lama? Dan kita hanya tidur sekali, Yolanda. Sekali.”“Aku tahu, Tapi aku tidak tidur dengan siapa pun selain kamu. Kau pikir aku sedang main sandiwara?” suara Yolanda mulai naik.“Dunia ini penuh sandiwara dan kau cukup jago jadi aktrisnya,” balas Henry cepat. “Atau ini bagian dari rencana barumu lagi? Mengikatku dengan cerita kehamilan?”“Kau pikir aku senekat itu? Mengada-ada tentang nyawa yang sedang tumbuh dalam tubuhku?” Yolanda hampir berteriak. “Aku tidak butuh uangmu. Aku hanya ingin kau tahu—aku tidak sendirian dalam urusan ini.”Henry terdiam beberapa detik.

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 46. Pagi yang menyenangkan

    Dengan kecepatan kilat, Henry menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, sementara Aurora buru-buru menyembunyikan wajahnya yang merah padam.Di sisi lain rumah, Margarita duduk di kursi meja makan di teras belakang, yang menghadap taman bunga mawar. Nenek itu menggenggam tongkatnya dengan tenang, matanya berbinar seolah tahu persis apa yang sedang terjadi di dalam rumah. Ia tersenyum kecil. Hari ini akan menjadi hari yang menarik."Mereka itu seperti anak kecil," gumam Margarita dengan nada geli kepada asistennya, Nicholas. Senyum tipis terbentuk di wajahnya, sementara matanya menatap lurus ke arah taman, seolah melihat lebih jauh dari yang tampak di hadapannya. "Mereka pikir aku tidak tahu bahwa mereka sudah bercerai."Wanita tua itu tertawa pelan, nada tawanya sarat dengan kebijaksanaan dan sedikit ironi. "Biarkan saja mereka beranggapan seperti itu."Dengan tenang, ia mengangkat cangkir teh ke bibirnya dan menyeruputnya perlahan."Jadi, Henry membawa Aurora ke kamarnya?" tanyany

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 45. Cemburu

    Kejujuran Henry membuat Aurora terhenyak. Hatinya berdebar kencang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Apa aku tidak salah dengar?" pikirnya."Kau serius?" bisiknya ragu, menatap Henry seolah mencari kebohongan di matanya."Tentu saja," jawab Henry tanpa keraguan.Aurora menelan ludah, dadanya terasa sesak. "Saat ini aku tidak bisa menikah lagi denganmu."Henry menghela napas panjang, tetapi tekadnya tak goyah. "Lalu, apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau kembali padaku?" tanyanya, suaranya penuh harap, hampir memohon.Aurora menundukkan kepala, menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. "Tidak ada," katanya lirih, tetapi dingin.Henry menatapnya, mencoba membaca pikirannya. Ia tahu Aurora berbohong. Wanita itu hanya takut membuka kembali luka yang belum sepenuhnya sembuh."Aku mencintaimu, Aurora," ucapnya lembut. "Dan aku ingin kita bersama lagi."Perasaan Henry begitu kuat, begitu nyata. Ia melangkah mendekat, lalu melingkarkan lengannya di

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 44. Mencintai dan membenci

    Aurora melihat kopernya tergeletak tak jauh dari tempat tidur. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia segera beranjak ke kamar mandi, membiarkan air dingin menyapu kulitnya yang masih dipenuhi sisa-sisa emosi semalam. Tak ingin membuang waktu, ia mengenakan pakaian dengan tergesa-gesa. Ada seseorang yang ingin segera ditemuinya—Theodore, keponakan Henry yang kini telah berusia lima tahun. Saat ia dan Henry berpisah, bocah itu baru berusia tiga tahun. Saat menuruni tangga, matanya menyapu sudut-sudut rumah sang Nenek. Tidak banyak yang berubah. Rumah megah berlantai lima ini masih terasa terlalu besar dan sunyi baginya. Dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, ia hampir tersesat di dalamnya. Langkahnya terhenti mendadak. Henry muncul di hadapannya, tiba-tiba dan tanpa suara. "Henry!" serunya, terkejut. Salah satu tangannya terangkat ke dada, mencoba meredam detak jantungnya yang berdebar liar. Ia menarik napas dalam-dalam, menoleh ke sekeliling, memastikan tidak ada orang la

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 43. Di balik hasrat yang membakar

    Aurora tidak menolak. Sebaliknya, ia menyerah pada ciuman itu, membiarkan hasrat yang terpendam sekian lama kembali menyala. Ia merasakan kehangatan Henry menyelubunginya, memeluknya dalam genggaman yang kuat namun penuh kasih. Ketika bibir mereka saling menjelajahi, napas mereka semakin memburu, tenggelam dalam rasa yang selama ini coba mereka ingkari. Henry menarik Aurora lebih dekat, tubuh mereka saling menempel tanpa celah. Jemarinya menjelajah, mengusap punggungnya dengan sentuhan yang menghantarkan sensasi menggigil di sepanjang tulang belakang wanita itu. Saat Aurora mengerang pelan di antara ciuman mereka, Henry semakin dalam menyesap manisnya bibirnya, menjelajahi setiap sudutnya dengan penuh gairah. Aurora merasakan tubuhnya melebur dalam dekapan Henry. Sentuhan pria itu menghangatkannya, membangkitkan desir di setiap inci kulitnya. Ketika bibir Henry meninggalkan jejak panas di sepanjang lehernya, jantungnya berdebar semakin kencang. Jemari Henry yang besar dan hangat men

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 42. Apa kamu masih mencintaiku?

    Henry hampir melongo. Tetapi, ia cepat-cepat menyesuaikan diri dan memasang senyum. Dengan gerakan spontan, ia merangkul pinggang langsing Aurora, mendekatkannya ke sisinya.Mereka berdua tersenyum—senyuman yang terpaksa, tetapi entah mengapa terasa begitu nyata dan di dalam hati Aurora, sesuatu mulai berubah.Sang Nenek tersenyum hangat sebelum menarik Aurora ke dalam pelukannya. Pelukan yang begitu erat, seakan takut kehilangan. "Aku senang akhirnya bisa melihatmu lagi, Sayang," bisiknya penuh kasih.Aurora terdiam, dadanya terasa sesak. Ada rasa bersalah yang mencengkeram hatinya. Sudah dua tahun berlalu sejak perceraian itu, tapi mereka memilih menyembunyikan kebenaran dari sang Nenek. Mereka takut, terlalu takut jika kenyataan itu akan menghancurkan kesehatan wanita tua itu dan kini, kebohongan itu masih berlanjut."Ayo kita pulang!" suara sang Nenek membuyarkan pikiran Aurora.Saat itu, Henry mendekat, membungkuk sedikit, dan berbisik di telinganya, "Kita akan bicara nanti." Sua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status