Share

Sosok Pelengkap yang Belum Terungkap

Tentang kamu,

Kamu yang entah di belahan bumi mana

Yang tengah Allah siapkan untukku

Aku senang merinduimu

Aku kecanduan membayangkan sosokmu

Tentang bagaimana caramu melontarkan senyum simpulmu

Tentang bagaimana caramu kelak menegurku

Tentang bagaimana caramu kelak membujukku

Tentang bagaimana sabarnya kamu mengahadapi sifat manjaku

Dan tentang kamu lainnya

Entahlah,

Bagaimana aku mampu melukiskan tentang kamu

Kamu yang ada dalam semogaku

Meski aku tak tau rupamu

Namun selalu melangiti asaku

Sejak kemaren, aku selalu kepikiran dengan orang yang dimaksud mama yang mau datang kerumah. Aku jadi penasaran, siapa ya dia? Sosok laki-laki seperti apa yang bakal menjadi calon imamku?

Hari ini aku gak ada kuliah, tapi bosan juga di kos gak ada kerjaan juga. Aku putuskan untuk pergi keluar mencari makan. Aku ingin makan bakso hari ini, tanpa berpikir panjang aku langsung ke warung baksonya mang Dilan. Sepuluh menit perjalanan, aku sampai dan langsung memesan 1 porsi bakso spesial kesukaanku. Ketika hendak menuju tempat duduk, tak ku sangka ternyata di sana sudah duduk seorang pria yang baru seminggu ini aku kenal. Ya, dia Fajar, seniorku yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Dua tatap bertemu antara aku dan dia. Segera aku palingkan pandanganku darinya, setelah sebelumnya aku sempat dilayangkan sebuah senyum khas miliknya.

\Hari ini dia memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam dengan baju kaos putih di dalamnya. Terlihat begitu menawan. Cocok dengan perawakannya yang tinggi semampai dan kulit sawo matangnya. Keren memang.

Tak lama bakso pesananku datang, aku menikmatinya dengan perlahan. Di seberang sana masih terlihat sosok pria tadi yang terlihat seakan sedang memantauku dari sana. Membuatku tidak nyaman untuk makan. Ya siapa sih yang nyaman kalau pas makan tuh diperhatiin terus. Akhirnya aku putuskan untuk pindah ke bangku depan agar terlihat membelakangi dia, daripada bakso yang aku beli jadi mubazir kan.

Di perjalanan pulang ke kos, aku sempat kepikiran dia. Iya, Fajar. Kenapa ya, akhir-akhir ini aku sering ingat dia. Apa aku mulai suka ya sama dia? Ah ga mungkin. Bagaimana bisa semudah itu. Lagian sebentar lagi aku juga akan bertemu dengan orang yang dibilang sama mama. Ah sudahlah, toh nanti juga bakal tahu.

Dalam perjalanan, aku berubah pikiran untuk balik ke kost, akhirnya aku putuskan untuk pergi ke toko buku dulu. Ya, selain di pantai aku lebih suka menghabiskan waktu luangku di toko buku atau di perpustakaan. Meski tidak untuk membeli, namun sekedar membaca dan melihat-lihat buku saja, aku sudah merasakan kedamaian di sana. Sudah menjadi tempat favoritku untuk menghilangkan beban pikiran. Setelah aku merasa puas melihat-lihat, hari sudah menunjukkan pukul 15:35 WIB. Kemudian aku putuskan untuk sholat di musholah sini saja.

Setelah menunaikan sholat, aku ingin kembali kepada rutinitasku. Ya apalagi selain menikmai senjaku. Aku kemudian bejalan menuju pantai dengan langkah yang penuh semangat, seakan sudah lama tidak bertemu, seperti rindu yang menemukan sebuah temu, ya begitulah irama langkah kakiku menuju lembayung senja yang ingin kujumpa.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku melihat rona-rona senja di ujung sana. Dengan perpaduan warna jingga dengan pink keunguan, terlihat begitu megah. Aku mengambil beberapa potret senja yang terlihat elegan sebagai dokumentasiku hari ini, dan yang tak pernah lupa, aku selalu membawa sebuah notebook untuk menulis sebuah puisi. Di atas sebuah notebook yang kini ada di tanganku, dan sebatang pena di tangan kananku, kuguratkan beberapa rangkaian kata menjadi seuntai puisi.

Teruntuk senjaku,

Tetaplah membersamaiku setiap hari

Tetaplah mendamaikan hatiku yang usang

Tetaplah menenangkan hatiku yang semu

Tetaplah menjadi penawar di kala aku rindu

Tetaplah menjadi obat di kala aku sakit dan terluka

Tetaplah menjadi pelipur laraku

Tetaplah indah dengan rona megahmu itu

Hadirkan lembayungmu selalu

Walaupun disaat hatiku mendung sekalipun

Cukup puas untuk hari ini, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 18:13 WIB. Kuputuskan untuk kembali ke kost. Karena haripun sudah mulai gelap, seiring dengan kepergian senja. Sepertinya hari ini adalah hari terakhirku sebelum aku pulang ke rumah besok. Sampai ketemu lagi di lain waktu, senjaku.

Aku berjalan menapaki trotoar yang mulai di hiasi cahaya lampu-lampu jalanan.  Rintik gerimis mulai berjatuhan. Aku mempercepat langkahku agar tak keburu basah kuyup sampai kost.

setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai di depan kos.  Aku masuk dan segera mandi kemudian menunaikan sholat Maghrib.

... (bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status