Share

2. Diana Rosalina

"Tunggu!"

Rose sedikit berlari mengejar pintu lift agar tidak tertutup. Napasnya tersengal karena mengejar waktu. Hampir saja ia terlambat pergi ke kantor hanya karena putrinya tengah merajuk.

"Terima kasih," ucapnya pada seseorang yang sudi menunggu dirinya masuk ke dalam lift.

Ia berusaha mengatur napasnya. Kening Rose berpeluh, ia mengusapnya dengan selembar tisu.

"Fiuh …." ia menghembuskan napas perlahan untuk membuang penat.

Rose, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia berdiri di barisan belakang bersama dengan beberapa rekan kerjanya. 

Deg!

Perempuan yang kini mengenakan setelan blouse berwarna putih tulang tersebut, tertegun. Ia memicingkan kedua matanya saat melihat sosok di sudut pintu lift. 

Jantungnya terasa lepas dari bingkai. Rose menunduk lalu mencuri pandang pada sosok yang kini terlihat lebih berwibawa.

'Seperti Zain, kenapa ia ada di perusahaan Garmen ini?' (Tanya Rose pada hatinya).

Ia menyembunyikan wajahnya, Rose takut jika ia salah dalam melihat.

Pintu lift pun terbuka, tepat di lantai 12 Rose melangkahkan kaki untuk keluar bersama karyawan yang lain.

Ia tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun. Hingga sebuah mata elang awas dengan kehadiran dirinya.

'Apakah itu, Rose? Dia bekerja di sini?' (Batin Zain bertanya).

Zain, yang ditemani oleh seorang pengawal pun keluar dari lift. Ia segera berjalan menuju ke dalam ruangan CEO.

"Tetaplah di luar! Jika ada sesuatu yang dibutuhkan, aku akan segera menghubungimu." Perintahnya pada lelaki berbadan besar tersebut.

Dihempaskan bobot tubuhnya di atas kursi kerja. Kedua tangan Zain menopang pada dagunya yang ditumbuhi oleh jambang halus.

Zain bernostalgia dengan masa lalunya. Teringat ketika beberapa tahun silam, ia pernah dekat dengan salah seorang gadis. Hingga mereka terlibat hubungan asmara yang sangat serius. 

Entah bagaimana nasib gadis itu sekarang. Ia harus mencari tahu kebenarannya.

***

"Selamat pagi, Pak. Saya Rose, staf marketing yang baru." Rose mencoba untuk memperkenalkan diri pada manager perusahaan.

Setelah ia merapikan meja kubikelnya, ia langsung menuju ke lantai atas. Dimana ia harus melakukan briefing di ruang divisi bersama rekan kerjanya. 

"Selamat pagi, Rose. Selamat datang di PT. Garmen Angkasa Jaya. Sebuah perusahaan yang berkembang di bidang garmen dan juga manufaktur." Sapa manager perusahaan dengan ramah.

"Sudah siap dengan meeting pertama Kita?" manager berkacamata tebal tersebut mengulas senyum ke arahnya.

"Siap, Pak!" ia mengangguk dengan mantap. Lalu mereka pun pergi bersama ke salah satu ruangan khusus. Dimana semua kepala divisi dan perwakilan staf tengah melakukan sebuah pertemuan.

Baru saja ia duduk di sebelah manager divisi. Saat ia mengangkat wajahnya, Rose mendapati sosok itu berada di ujung meja. Di depan meja panjang tersebut terdapat sebuah plakat bertuliskan—Attala Zain Dimitri, CEO.

Deg! 

Keringat dingin mulai mengucur di seluruh tubuhnya. Mendadak tubuh Rose terasa panas dingin. Ia, tidak bisa berkonsentrasi sepanjang meeting berlangsung.

Tapi tidak dengan pria muda itu. Ia terlihat sangat tenang dan dingin. Bahkan saat kedua mata mereka saling bertemu tanpa sengaja, Zain bersikap santai dan profesional seperti pada umumnya.

Selesai meeting, Zain memanggil salah satu asisten pribadinya untuk menghadap.

"Berikan saya file perusahaan! Terkait dengan perekrutan semua karyawan." Perintahnya pada asisten pribadi yang kini sudah berdiri di depan mejanya.

"Baik, Pak!" jawab asisten tersebut langsung kembali ke meja kerjanya dan menyiapkan semua yang dibutuhkan oleh, Zain.

***

"Ada apa denganmu, Rose? Apa Kamu sedang sakit?" tanya Nadine yang melihat perubahan sikap sahabatnya itu.

"Aku baik-baik saja, Dine. Hanya lelah dengan, Dania." Jawabnya singkat, ia memijat pangkal hidungnya. Tiba-tiba saja, kepalanya terasa pusing.

"Jadi seorang ibu itu harus kuat, Rose!" Nadine mengelus pundaknya dengan lembut.

"Hem, iya." Rose mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis.

"Oh iya, Rose. Kamu dipanggil sama bos baru ke kantornya sekarang."

"Aku? Memangnya ada perlu apa?" perempuan itu menautkan kedua alisnya.

"Entah," Nadine mengedikkan kedua bahunya.

Rose nampak berpikir sejenak, ini hari pertamanya bekerja di perusahaan Garmen. Ia tidak boleh merusak semua rencana yang sudah disusun dengan rapi.

"Aku kembali ke mejaku. Kalau ada yang ingin Kamu tanyakan, aku ada di sana." Suara Nadine menyadarkannya, ia menunjuk ke arah mejanya.

"Ya, tentu saja. Aku akan terus merepotkanmu." Lalu keduanya tertawa lepas. Seiring waktu yang berjalan merangkak di siang hari.

***

Sementara itu, Rose yang masih bingung. Belum beranjak dari meja kubikelnya. Ia mematikan layar monitor yang baru saja dinyalakan. Dan bersiap untuk menuju ke ruang direktur utama.

"Kemana, Rose?" sapa salah satu rekan kerjanya.

"Ke ruangan bos," jawabnya sambil menunjuk ke arah koridor. 

"Hem, sukses Rose. Siapa tahu langsung naik jabatan." Kelakar temannya tersebut yang membuat Rose tersenyum masam.

Di sepanjang perjalan menuju ruangan sang CEO. Ia memegang dadanya yang berdebar dengan sangat kencang. Langkahnya terasa berat, hampir saja ia memutar balik karena merasa ragu. 

Tapi terlambat, ia kini sudah berada di depan sebuah pintu yang menurutnya sangat besar. 

Rose mengetuk pintu besar tersebut, dan dari dalam terdengar suara berat yang terasa sangat mengintimidasi.

"Masuk!" 

Rose membuka pintu tersebut dengan sangat hati-hati. Entah kenapa suhu tubuhnya semakin dingin. Hingga tangannya gemetar saat menyentuh handlenya.

"Maaf, apakah Bapak memanggil saya?" tanya Rose dengan sopan. 

"Saya ingin Anda menginput dokumen-dokumen yang ada di gudang." Ujar Zain sambil melihat Rose sekilas, lalu menunduk kembali mengerjakan dokumen yang ada di depannya.

"Baik, Pak!" Rose tidak membantah sedikitpun. Ia takut jika Zain masih mengenalinya. 

Buru-buru ia keluar dari dalam ruangan CEO, setelah tubuhnya sedikit membungkuk saat berpamitan.

Rose berlari kecil menuju meja kerjanya. Ia mengambil sesuatu yang akan dibutuhkan di gudang. Lekas ia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh sang atasan. Sepertinya, hari ini Rose akan terlihat sangat sibuk. 

"Diana Rosalina. Ya, hem …." Zain mengetuk-ngetuk perlahan sebuah CV yang dikirimkan oleh Rose beberapa pekan lalu. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Vivo Oke
duh rose,,Zain mengenalimu
goodnovel comment avatar
Devi Shb Natalia
Bagaiman bisa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status