Share

Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan
Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan
Penulis: Purple Rain

1. Maafkan Aku, Ibu

"Pergi dari rumahku! Kamu hanya menorehkan aib pada keluarga." Ujar Ayah Rose sambil menunjuk ke arah pintu utama.

Ayah Rose terbakar emosi ketika mengetahui anaknya telah hamil di luar nikah. Pria paruh baya tersebut begitu kecewa dengan putri satu-satunya. Dimana Rose tanpa sengaja telah menyerahkan kehormatannya pada sang kekasih.

"Maafkan aku Ayah, Rose tidak sengaja melakukannya." Gadis itu bersimpuh dibawah kaki ayahnya. Ia memohon agar sang ayah memberikan kesempatan agar Rose bisa memperbaiki semua kesalahan yang telah diperbuat.

"Percuma Kau meminta maaf pada Ayah, jika semuanya telah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur, Rose!" pria berusia 45 tahun tersebut, mengangkat wajahnya. Ia tidak sudi melihat ke arah anaknya sedikitpun.

"Ayah sangat malu, Rose." Wajahnya memerah karena amarah Ayah Rose belum reda. Hingga di bagian wajahnya ada peluh yang membanjir sebesar biji jagung.

"Rose mohon Ayah, maafkan khilaf yang Rose perbuat." Rose menunduk lebih dalam, ia mencium telapak kaki ayahnya. 

Gadis itu meminta simpati agar sang ayah bisa sedikit saja berbelas kasih kepadanya. Tapi sayang, hati pria paruh baya tersebut sudah tertutup oleh amarah.

"Pergi Kamu! Jangan menghalangi langkahku!" 

Ayah Rose meraih tubuh putrinya dengan paksa. Ia hanya bisa menurut, ketika pria itu menyeret tubuhnya dengan kasar. 

Dan tak lama kemudian, tubuh ringkihnya sudah mendarat di tanah yang basah. Sang ayah telah mengusirnya dari dalam rumah dengan paksa. 

"Aku tidak sudi mempunyai anak sepertimu!"

Brak!

Terdengar bunyi pintu ditutup dengan kasar. Ayahnya membiarkan gadis itu terduduk layu di bawah guyuran air hujan.

Air mata yang keluar sudah tak terlihat karena bercampur dengan gerimis. Kepalanya menunduk, menyesali perbuatannya yang telah mencoreng nama baik keluarga.

Hingga sebuah sentuhan di bahu, menyadarkan dirinya. Rose menoleh perlahan, ia mendapati wajah yang sangat dikenalnya. Ibu Rose, melihatnya dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya bergetar karena menahan luapan emosi.

"Ibu ...." keduanya saling memeluk di bawah rintik hujan.

"Bersabarlah, Nak. Ibu sangat menyayangimu ...." perempuan berusia 43 tahun itu membelai lembut rambut putrinya.

"Maafkan Rose, Ibu ...." Rose sesenggukan, ia mengurai pelukan ibunya. Ia memandang wajah ibunya yang masih cantik itu dengan kelopak mata berkabut.

"Jangan menolak, Nak! Ambillah untuk kebutuhanmu di luar sana." Ibu Rose mengangsurkan sebuah amplop bewarna putih. Amplop tersebut tidak begitu tebal. Tapi, setidaknya bisa menyambung hidup putrinya ketika jauh dari dirinya.

"Tidak, Ibu! Rose tidak bisa menerima semua ini." Amplop tersebut diserahkan kembali pada ibunya. 

"Tapi, Nak ...." Ibu Rose meneteskan air mata kembali. Ia mengusap pipi Rose yang semakin tirus.

"Doakan Rose, Ibu. Rose akan berusaha untuk membesarkan anak Rose dengan baik." Jawab gadis malang itu dengan penuh ketegsan.

"Maafkan ibu yang tidak bisa membantumu, Nak. Dari dulu watak ayahmu memang sangat keras. Semoga saja, seiring berjalannya waktu, ayahmu bisa kembali menjadi ayah yang baik."

Keduanya saling memandang, Rose mencoba untuk tersenyum meskipun terasa pahit.

"Ibu pergi dulu, takut ayahmu marahnya semakin menjadi-jadi." Perempuan itu menggenggam tangan putrinya dengan erat.

"Iya, Bu ...." Rose mengangguk tanda mengerti.

"Jaga dirimu baik-baik, Rose! Jaga cucu ibu, ibu sangat sayang padamu ...." sebuah pelukan dari ibunya membuat hatinya sedikit menghangat. Ia melihat ibunya berjalan semakin menjauh dan meninggalkan dirinya yang masih terduduk di atas tanah.

"Tenanglah, Nak. Meski tidak ada yang menginginkanmu tapi mama akan berusaha kuat untukmu." 

Rose mengusap perutnya yang masih rata, ia bertekad untuk mempertahankan benih yang sudah berkembang di rahimnya. Ia akan membesarkan sang anak, meski tanpa adanya dukungan dari siapapun.

***

"Nggak mau, Mama. Dania maunya pakai baju princess!" Ujar gadis cilik itu dengan wajah yang masam.

"Iya sayang, besok akan mama belikan baju princess seperti yang Dania mau." Rayu Rose pada putri kecilnya yang tengah rewel ketika hendak memasuki ruangan kelas.

Gadis cilik itu bernama, Dania Anastasya Dimitri. Gadis berpipi chubby itu kini berusia 4 tahun. Dan pagi ini, Dania merajuk hanya karena tidak mau memakai seragam sekolah.

"Maunya sekarang, bukan besok Mama!" gadis cilik itu berteriak dan menarik perhatian salah satu pengajar di sana.

"Selamat pagi, Dania. Aduh, kenapa ini? Kenapa anak cantik marah-marah?" sapa salah satu pengajar Pra Tk di tempat Dania belajar.

"Miss, Dania mau pakai baju princess sekarang." Gadis itu mengadu dengan wajahnya yang menggemaskan.

"Wah, begitu ya? Miss tahu, pasti Dania akan semakin cantik jika memakai baju princess." Disentilnya hidung anak itu yang tidak seberapa mancung. Gadis cilik tersebut tersenyum senang.

"Bagaimana kalau sekarang Kita gabung bersama teman yang lain? Ayuk!" pengajar yang bernama Miss Andini tersebut mengulurkan tangannya ke arah, Dania. 

Untung saja, Dania langsung menyambut uluran tangan Miss Andini. Sehingga Rose bisa bernapas lega, mengingat ia sudah terlambat untuk berangkat ke tempat kerja.

"Terima kasih banyak, Miss Andini." Rose sedikit membungkukkan badan, sebagai ucapan terima kasih dan juga peintaan maaf karena sudah menjaga Dania.

"Sama-sama, Mama ...."

Rose pun melihat keduanya pergi menuju barisan di depan lorong sekolah. Lekas Rose pun bergegas pergi dari aula sekolah putrinya.

"Kenapa sifatnya harus sama persis dengan ayahnya ....?" guman Rose ketika membuka pintu mobil. Lekas ia memacu kuda besinya agar bisa secepatnya sampai di PT. Garmen Angkasa Jaya.

Untung saja, jalanan tidak macet saat jam kerja. Rose bisa datang tepat waktu meskipun harus bersusah payah berlari kecil mengenakan sepatu hak tinggi.

"T-Tunggu ....!" 

Rose memaksa untuk bisa mencapai pintu lift. Tangannya berhasil menggapainya dan ia berusaha masuk dengan napas yang terengah-engah.

Saat ia berhasil menenangkan kembali dirinya. Rose memandang sekeliling, ada beberapa orang di dalam lift yang bersamanya. Ia berusaha menyunggingkan senyuman yang manis.

Deg!

Pandangannya berhenti pada salah satu orang di sudut pintu lift. Dimana orang tersebut tidak membalas tatapan matanya. Wajahnya begitu dingin dengan garis rahang yang tegas. Ia terlihat dewasa dengan jambang halus di sekitar dagunya.

'Kenapa dia ada di perusahaan Garmen Angkasa Jaya?' (Tanya Rose dalam hatinya).

Hingga pintu lift terbuka, perempuan itu masih terpaku di tempat. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. Rose, tubuhnya seakan benar-benar melayang ke angkasa.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
El Vi No
sangat memuaskan
goodnovel comment avatar
Masrie Napitupulu
Waoo, Rosa kamu kok mempermalukan keluarga, seh.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status