
ISTRI 48 JAM TUAN CEO
"Mas, ayo kita bercerai!"
Sebaris kalimat itu meluncur dengan lugas dari mulut, Jasmine Adrielle Zivanna (22 tahun).
Pagi ini tepat 48 jam mereka baru saja melangsungkan pernikahan, tapi dengan beraninya Zee menggugat Kayvandra Shawn Dirgantara (27 tahun) untuk berpisah.
"Jangan bercanda, nggak lucu, Zee." Timpal pria yang masih membiarkan letak resleting celananya terbuka. Kay tertawa geli, ia menggeleng kecil sambil berkacak pinggang di tepi ranjang.
"Aku serius, Mas." Jawab Zee sambil memegang erat ujung selimut yang membungkus tubuhnya hingga bagian dada.
Ya. Mereka adalah sepasang pengantin baru, dan mereka telah melewati malam pertama dengan penuh cinta yang membara.
"Aku sudah memenuhi kewajibanku padamu, Mas. Kamu senang kan sudah mendapatkan bukti jika aku masih perawan. Lagi pula nggak lucu kalau sampai orang lain tahu, janda Kayvandra Shawn Dirgantara, pemilik perusahaan garmen ternama .... masih virgin."
Zivanna, perempuan muda itu pasti memiliki alasan kuat saat menginginkan perpisahan secara sadar.
"Kamu sudah gila, Zee?" raut wajah Kay berubah tidak santai, ia menurunkan bahunya perlahan.
"Iya, aku memang sudah gila, Mas. Oleh karena itu cepat talak aku sekarang untuk menyudahi kegilaan ini!"
Perempuan berkulit putih bak batu pualam dengan rambut kemerahan tergerai sepunggung itu menatap tajam presensi Kay yang mati-matian sedang menahan emosinya.
Tapi kenapa Zivanna mendadak memutuskan untuk mengambil jalan perceraian ketika mereka baru saja melewati malam pengantin 48 jam dengan penuh gelora?
Apa yang sebenarnya sudah terjadi dengan perempuan yang selalu dipandang Kay adalah wanita termanis dan lemah lembut itu?
Kenapa sekarang Kay melihat Zee menjadi sosok tegas dan penuh percaya diri?
Read
Chapter: 121. ALL ABOUT KISSING Bella menyandar ke dinding lift yang dingin, mencoba menenangkan napasnya yang terengah-engah. Bau antiseptik dari Celestial Spring seolah masih melekat kuat di pakaiannya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, berusaha menghapus sisa-sisa kepanikan bertemu Ethan. Tiga puluh menit. Waktu yang sangat tipis. Jika ia naik bus, ia akan terlambat. Tidak ada pilihan lain, ia harus naik taksi online. Saat ia keluar dari rumah sakit, Bella mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi. Pandangannya menyapu jalanan yang macet di depannya, dadanya terasa sesak. Ia merasa seperti seorang penjahat yang sedang melarikan diri, padahal ia hanya seorang putri yang berjuang untuk ibunya. Taksi tiba lima menit kemudian. “Tolong ke Gedung Goc'ta Company di Distrik Pusat, secepat mungkin, Pak!” seru Bella kepada pengemudi. Sepanjang perjalanan, Bella tidak bisa mengalihkan pandangan dari jam digital di ponselnya. Pukul 10:25. Pukul 10:30. Pukul 10:40. Kemacetan seolah berkon
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: 120. POSSESIVE CEOBella menyambut para anggota dewan dengan senyum profesional dan formalitas yang sempurna. Ia mengarahkan mereka ke ruang VVIP, memastikan semua orang mendapatkan air mineral dan padfolio yang tepat. Dalam perannya, ia bergerak dengan efisien, kontras dengan gejolak batinnya yang baru saja ditimbulkan oleh Ethan.“Jika semua sudah beres, kau boleh pergi.” Ucap Alexa seakan memberikan peringatan untuknya.“Baik, Bu.” Bella mengangguk hormat."Violla," panggilan dari Alexa menghentikan langkahnya.Bella menoleh, "Iya, Bu? Apa ada yang perlu saya kerjakan lagi?""Tidak. Terima kasih..." ucapnya dengan wajah datar.Bella mengulas senyumnya, "Sudah menjadi tugas saya, Bu Alexa."Setelah pintu ruang rapat tertutup, Bella tahu ia punya waktu luang sekitar dua jam, waktu yang sangat berharga. Ia meraih ponselnya, mencari jadwal bus tercepat menuju tempat yang harus ia kunjungi.Ia bergegas ke ruang loker kecil di belakang pantry Eksekutif. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan seragamnya dan
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: 119. PART TIME JOB Bella memasukkan ponselnya kembali ke saku seragamnya, berusaha mengabaikan sensasi geliat aneh di perutnya akibat balasan Ethan.“Nona Bella, ini kopi Anda,” kata petugas keamanan itu, kembali dari Coffee Corner lobi dengan Americano spesial di tangan.Bella mengambilnya. Aroma biji kopi segar langsung menyeruak. “Terima kasih banyak. Anda bisa letakkan troli di sudut dekat meja breakout di luar ruang VVIP. Saya akan urus sisanya.”“Siap, Nona,” jawab petugas itu, lalu pergi.Bella melangkah ke ruang VVIP, yang sunyi dan kosong, hanya diterangi oleh cahaya pagi yang lembut dari jendela kaca. Ruangan itu megah, dengan meja kayu mahoni yang panjang dan kursi-kursi kulit mewah. Di atas meja sudah tersedia air mineral dan padfolio untuk setiap peserta rapat.Tugas pertama adalah memastikan cangkir kristal dari laci ketiga pantry Executive sudah tersedia. Ia mengambil cangkir yang dimaksud—tipis, ramping, dan jelas sangat mahal. Bella menuangkan kopi ke dalamnya, terlihat sempurna
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: 118. RENCANA LICIK ALEXASetelah pintu lift tertutup di belakangnya, senyum tipis di wajah Bella menghilang, digantikan oleh ekspresi kelelahan yang mendalam. Jantungnya masih berdebar, bukan tentang pertemuan dengan Clara di pesta, tetapi karena sisa-sisa gejolak dari Ethan. Ia bersandar di dinding lift yang dingin, memejamkan mata, dan memaksa napasnya menjadi normal.“Ini hanya akting, Bella. Hanya akting,” bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba mengendalikan banjir emosi yang disebabkan oleh pria itu.Saat ia memasuki apartemennya, suasana gelap dan sunyi terasa seperti pelukan yang disambut baik. Ia menjatuhkan tas tangan kecilnya ke sofa, melangkah ke kamar mandi, dan berdiri di depan cermin. Gaun zamrud yang menakjubkan itu kini terasa seperti beban yang harus ia singkirkan segera.Bella menatap bayangannya: rambut yang berantakan, pipi yang masih sedikit merona, dan bibir yang terasa bengkak. Ia menyentuh bibirnya lagi, merasakan sisa sensasi tekanan dan dominasi Ethan. Itu adalah ciuman paling ber
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: 117. MY FIRST KISSEthan membeku sesaat, terkejut dengan inisiatif Bella. Detik berikutnya, keterkejutannya berganti menjadi gejolak liar yang familiar. Ciuman Bella—atau Violla—bukanlah sekadar sentuhan bibir yang ragu. Itu adalah pernyataan. Tangan Bella yang mengalung di lehernya menariknya dengan paksa, menuntut balasan yang sama intensnya.Bau rokok mint yang belum sempat ia hisap, kini tergantikan oleh aroma manis gaun zamrud Bella dan napasnya yang hangat. Otak Ethan yang biasanya bekerja seribu kali lebih cepat dari orang lain, mendadak kosong, hanya dipenuhi sensasi lembut namun mendesak dari bibir Bella.Ia membiarkan Bella mengambil kendali sejenak, merasakan ritme yang salah namun adiktif. Rasa malu, ketegangan, dan sedikit rasa ingin membuktikan sesuatu, semua tercampur dalam desakan Bella.Namun, Ethan Dirgantara tidak pernah membiarkan orang lain memegang kendali terlalu lama.Tiba-tiba, ia membalikkan keadaan. Tangannya yang tadinya hanya terdiam, kini bergerak cepat dan kuat. Satu
Last Updated: 2025-12-06
Chapter: 116. DIAM DULU SAYANG...Di luar, sebuah mobil sedan mewah hitam sudah menunggu. Sang sopir, dengan pakaian rapi, segera membukakan pintu untuk mereka. Bella duduk di kursi belakang, dan Ethan duduk di sebelahnya.Perjalanan terasa sunyi, namun keheningan itu justru dipenuhi oleh ketegangan yang membingungkan. Aroma parfum mahal Ethan dan aroma gaun zamrud Bella bercampur, menciptakan suasana intim yang Bella coba hindari.Saat mobil mulai melaju, Ethan tiba-tiba memecah keheningan."Nggak perlu tegang gitu, santai aja Bella." Katanya, menatap lurus ke depan, ke arah kaca jendela. "Kau adalah Violla Isabella malam ini. Semua orang akan mengharapkan kemewahan, arogansi, dan sedikit drama. Aku tahu kau bisa melakukannya dengan baik."Bella menoleh, bingung. "Kamu bicara soal beberapa skrip yang harus perankan, seakan-akan aku ini adalah seorang pemain drama di atas panggung.”Ethan akhirnya menoleh, matanya kembali intens. "Panggung kehidupan sosial, Bella. Kau adalah bintang di sana malam ini. Dan aku," ia ber
Last Updated: 2025-12-05

Pengantin Untuk Tuan Lumpuh
Dipaksa menikah demi menyelamatkan keluarganya dari lilitan hutang, Evelyn Wijaya (21) harus menjadi istri dari Samudra Bumiputera (27) — pria dingin yang duduk di kursi roda dan menolak dicintai.
"Cari Sugar Daddy, Eve! Siapa tahu bisa menyelesaikan masalah yang kamu hadapi sekarang." Saran Ane Jesslyn saat mereka sedang minum bersama di sebuah klub.
"Gila! Aku bukan pelacur, An." Histeris Evelyn dengan semburat wajah bercampur.
"Aku punya kenalan. Mereka membutuhkan pekerja paruh waktu, gajinya gede Eve. Kalau kamu mau, aku bisa atur pertemuan kalian."
"Benarkah? Berapa yang bisa aku dapat dalam satu bulan?" matanya bersinar, seperti mendapatkan angin segar.
"10 juta untuk merawat putranya yang sakit. Dan 100 milyar, jika kamu bersedia menikah dengannya." Ane menatap tajam, ia memberi pilihan yang sulit.
Evelyn membeku, ia menelan salivanya mentah-mentah.
Bagi Samudra, Evelyn hanyalah “pengantin titipan” yang datang karena terpaksa, bukan karena cinta. Namun bagi Evelyn, pernikahan ini adalah awal dari ujian terbesar dalam hidupnya— menghadapi pria yang membenci dunia… dan juga dirinya sendiri.
Saat rahasia masa lalu mulai terbongkar, Evelyn dihadapkan pada pilihan: bertahan dengan cinta yang perlahan tumbuh, atau pergi sebelum hatinya hancur ketika mendapati ada dua wajah yang sama di hadapannya.
Read
Chapter: 40. HAVE FUN TONIGHT Explicit!Rate: 21+Harap bijak dalam memilih bacaan.🍁🍁🍁Samudra merasakan getaran halus dalam tubuh Evelyn saat wanita itu mengucapkan "Aku sudah memilihmu." Itu bukan hanya kata-kata—itu adalah sebuah deklarasi yang menyakitkan, sebuah penarikan garis tegas antara masa lalu yang dirindukan dan masa depan yang dipilih. Itu adalah tanda bahwa ia akhirnya membiarkan Dirga pergi.“Bagaimana kalau kita bersenang-senang di sini? Biarkan mereka pesta di bawah tanpa kita,”Evelyn tersenyum manis, “Bilang aja kalau Mas mau dienakin,” canda Evelyn sambil menyentil ujung hidung Samudra.“Mas yang akan enakin kamu. Gimana, hem… masih bisa terjaga, satu atau dua jam ke depan?” bisiknya menggoda.“Ah! Masss… nakal, ih!” gigitan kecil di bagian telinganya membuat Evelyn memekik kecil.Kelembutan yang diberikan Samudra hanyalah pendahuluan. Saat ia memeluk Evelyn dari belakang, tangannya yang besar dan hangat menangkup perut Evelyn yang membuncit, ia tidak hanya memberikan kenyamanan; ia mene
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: 39. AKU TELAH MEMILIHMUKoridor panjang itu diselimuti kehangatan temaram dari lampu dinding bergaya klasik, jauh berbeda dengan kilau kristal yang membutakan di ruang pesta. Bagi Evelyn, koridor ini terasa seperti batas antara dua dunia: dunia gemerlap yang menuntut senyuman palsu dan dunia sunyi tempat ia bisa menjadi dirinya sendiri, seorang wanita hamil yang lelah dan berduka.Martha berjalan mendampinginya, langkahnya pelan dan penuh perhatian."Nyonya muda, apakah Anda membutuhkan teh hangat? Atau mungkin saya siapkan kompres untuk kaki Anda?" bisik Martha, nadanya dipenuhi keibuan yang tulus. Kepala pelayan itu sudah lama melayani keluarga Bumiputera dan telah menyaksikan setiap babak dalam kehidupan anak kembar itu—termasuk kisah cinta rahasia yang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan.Evelyn menggeleng perlahan. "Terima kasih, Martha. Aku hanya ingin istirahat lebih cepat malam ini.”Saat mereka mencapai tangga besar menuju kamar tidur, Evelyn berhenti sebentar. Ia menoleh ke belakang, k
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: 38. KEPUTUSAN YANG TERLAMBAT Sorak sorai dan ucapan selamat membanjiri Dirga dan Queen Aurora. Lampu kristal di langit-langit seakan ikut berkilauan merayakan pengumuman bahagia tersebut.Samudra tertawa lepas, menepuk bahu adiknya kembarnya dengan rasa bangga. "Dirga! Ini berita yang luar biasa! Selamat! Queen, selamat datang di keluarga besar Bumiputera! Kami harus segera merencanakan pesta besar-besaran untuk kalian!"Queen tersenyum anggun, memeluk Samudra singkat, lalu beralih menyalami Tuan Bumiputera dan Nyonya Celine yang terlihat sangat gembira. “Selamat ya, Sayang. Kamu… sangat cantik.” Puji Celine pada calon menantunya.Evelyn menatap adegan itu, merasa seolah ia sedang mengamati drama di panggung yang jauh. Tidak ada air mata, tidak ada tarikan napas kaget, hanya keheningan di tengah keramaian.Ia mengarahkan matanya ke Dirga.Dirga membalas tatapannya. Matanya yang tajam dan dewasa kini diselimuti oleh lapisan pelindung, tetapi Evelyn bisa melihat, di sudut terdalamnya, ada penyesalan yang tert
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: 37. KEMBALI BERTEMUDi Braveheart, Evelyn terbangun dari tidur singkat. Ia merasa lebih kuat. Ia berjalan menuju jendela dan melihat keindahan taman yang terawat.Terdengar ketukan di pintu."Masuk," katanya, suaranya mantap.Pintu terbuka, dan Samudra masuk. Tatapannya dingin, namun ada keraguan yang tersembunyi di matanya."Hai," sapanya, nadanya terdengar canggung.Evelyn berbalik, menatapnya lurus. Di hadapannya, ia melihat pria yang harus ia coba cintai. Pria yang akan menjadi ayah dari anaknya."Hai," jawab Evelyn. Ia berdiam di tempat, menyentuh perutnya yang masih rata.Samudra terdiam. Ia hanya melihat perubahan dalam diri Evelyn yang begitu rapuh.”Mas, aku—”“Aku tahu. Semua perempuan akan melakukan hal yang sama, jika ada di posisimu.”Samudra melangkah mendekat, tangannya terangkat, menyentuh pergelangan tangan Evelyn dengan lembut."Mulai sekarang, aku akan menjagamu," bisik Samudra.🍁🍁🍁Delapan bulan kemudian di kediaman Bumiputera.Waktu terasa berjalan dengan kecepatan gan
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: 36. LEMBARAN BARU EVELYN DAN DIRGADirga berjalan menyusuri jalanan yang ramai, namun hatinya terasa sunyi. Langkahnya tidak lagi tergesa-gesa; tidak ada lagi misi yang mendesak, hanya penerimaan yang berat. Ia menolehkan kepala sedikit, memastikan siluet mobil Louis telah sepenuhnya menghilang. Hanya ketika ia yakin Evelyn sudah cukup jauh, barulah ia menghela napas panjang, menghembuskan seluruh beban yang selama ini ia pikul. Ia meraih ponselnya, mencari sebuah nama. Ia tahu, setelah semua drama ini, ia harus menghadapi konsekuensi yang lebih besar dari sekadar perpisahan. "Halo, Louis?" Suaranya terdengar datar, kembali ke nada formal yang efisien. "Ya, Dirga. Kami sudah di jalan raya utama, sebentar lagi akan sampai di Braveheart," jawab Louis dari seberang, nadanya penuh rasa hormat. "Evelyn baik-baik saja, dia sudah mulai tenang." "Bagus," kata Dirga. "Tolong. Tetap awasi dia sampai benar-benar aman di sana. Pastikan tidak ada satu pun orang Samudra yang tahu tentang pertemuan kita," Dirga melirik k
Last Updated: 2025-12-06
Chapter: 35. BERKORBAN UNTUK BERTAHAN Dirga menyelesaikan pengepakan dengan cepat, mengemas kenangan sekaligus harapan. Gerakannya tenang, efisien, seolah-olah dia sedang menjalankan sebuah misi penting yang hanya bisa dilakukan olehnya.Ketika ia menutup resleting koper terakhir, ruangan itu kembali diselimuti keheningan yang kini terasa berbeda—bukan lagi karena ketegangan, melainkan karena penerimaan yang dalam dan menyakitkan.Dirga berbalik, meraih kedua koper itu dengan satu tangan, sementara tangan kirinya yang terluka sedikit gemetar menahan beban. Ia berjalan menuju Evelyn yang masih berdiri di tepi sofa, menatapnya dengan mata yang dipenuhi lapisan kaca."Semuanya sudah siap," katanya, suaranya mantap namun penuh kelembutan. "Louis menunggu di bawah. Dia akan mengantarmu dengan aman."Evelyn melangkah mendekat, tanpa sadar menyentuh punggung tangannya sendiri yang tadi menahan luka Dirga."Ga," panggilnya, suaranya lebih stabil sekarang, "Katanya kamu sendiri yang anter aku...""Sudah diurus, Eve. Jangan k
Last Updated: 2025-12-05
Chapter: 120. RENCANA KEVIN DI BALIK KEBAHAGIAAN MARISSAApartemen, Pukul 07:00 MalamSetelah badai emosi berlalu, keheningan yang penuh kebahagiaan menyelimuti kamar. Deniz tidak lagi mengenakan jas biru mudanya. Ia hanya memakai kaos putih dan celana piyama, duduk di tepi ranjang sambil memeluk Marissa yang bersandar di bahunya. Kotak mint itu tergeletak di karpet, terlupakan, digantikan oleh kenyataan yang jauh lebih berharga.“Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?” tanya Deniz lembut, mengelus rambut Marissa.Marissa mendongak, matanya masih sedikit bengkak karena tangisan bahagia. “Aku menunggu saat yang tepat, Mas. Aku nggak mau membebani pikiranmu dengan ini saat kamu sedang berjuang di kantor.”Deniz mencium keningnya. “Sayang, kamu adalah alasan aku berjuang. Kamu bukan beban. Kamu adalah rumahku yang sesungguhnya.”Ia kemudian bangkit. “Aku harus melakukan sesuatu. Kabar gembira ini butuh perayaan besar.”“Tapi, Mas,””Sttt… aku nggak mau dengar alasan apa pun.”Deniz meraih ponselnya dan mengirim pesan singkat.Li
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: 119. CAHAYA BARUKantor, Pukul 11:30 Pagi Ruang rapat direksi terasa seperti arena gladiator modern. Lampu kristal di langit-langit memantul pada permukaan meja mahoni yang mengkilap, menciptakan siluet tajam bagi 12 pasang mata yang menatap Deniz. Mereka adalah para veteran bisnis, pemegang saham yang kuat, dan juga para opportunist yang sigap dan tanggap jika terjadi bahaya sekecil apa pun. Kevin tidak hadir, tetapi kehadirannya terasa melalui ketegangan yang menggantung. “Dasar pecundang,” gumam Deniz. Deniz berdiri di ujung meja, menyandarkan tangan di permukaan meja. Tidak ada proyektor, tidak ada PowerPoint. Hanya dia, dan ketenangannya. Jas biru mudanya terlihat mencolok di antara setelan abu-abu tua dan hitam. Ia membiarkan keheningan itu berlarut selama beberapa detik, membiarkan detak jam dinding seolah menjadi hitungan mundur. “Selamat siang. Saya tahu mengapa kita semua ada di sini,” Deniz memulai, suaranya pelan tapi menusuk, “Kecemasan. Sebuah emosi yang disebarkan dengan sangat
Last Updated: 2025-11-29
Chapter: 118. AROMA MINT JAHEKantor, Pukul 11:00 PagiDeniz memasuki markas besarnya, lantai eksekutif yang biasanya tenang kini terasa berdenyut tegang. Aroma kopi premium di pantry tidak bisa menutupi bau kecemasan yang samar. Mark, orang kepercayaan Deniz, sudah menunggu di ambang pintu, wajahnya kaku seperti patung marmer.“Bos, direksi sudah berkumpul. Mereka menuntut penjelasan yang sangat spesifik,” kata Mark tanpa basa-basi.Deniz hanya mengangguk. Ia melepas mantelnya dan memberikannya kepada asistennya, gerakannya lambat dan penuh perhitungan. Jas biru muda yang dipilih Marissa membuatnya tampak tenang di tengah pusaran kegaduhan.“Bagus. Biarkan mereka menunggu sebentar lagi,” jawab Deniz, nadanya datar. “Apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi serangan Kevin?”Mark menyerahkan sebuah tablet. “Dokumen rahasia klien. Kevin membocorkan info tentang proyek akuisisi di Timur Tengah yang tertunda. Mereka memutarbalikkan fakta, mengatakan ini adalah tanda kegagalan finansial besar. Tentu saja, itu
Last Updated: 2025-11-28
Chapter: 117. SANG PEWARISPintu kamar tertutup. Keheningan apartemen yang mewah itu seketika dipenuhi suara desahan tertahan, derit kepala tempat tidur yang berirama pelan, dan bisikan-bisikan gairah yang hanya dimengerti oleh dua jiwa yang saling merindukan. Aroma teh jahe, tembakau, dan single-origin coffee yang melekat pada Deniz bercampur dengan parfum lavender samar di kulit Marissa, menciptakan campuran yang memabukkan—perpaduan antara dunia pebisnis yang dingin dan dunia seni yang hangat.Bagi Deniz, momen ini bukan sekadar pelampiasan lelah; ini adalah validasi. Di kantor, ia adalah seorang pemimpin yang harus bersikap tanpa cela. Di sini, di dalam pelukan Marissa, ia adalah manusia yang rentan, yang kerinduannya ingin diakui dan dipenuhi. Setiap sentuhan, setiap ciuman yang dalam, adalah pengakuan bahwa ia punya alasan untuk mnjadi pemenang di luar sana. Bukan hanya untuk aset dan kekayaan, tapi untuk kembali ke tempat ini, ke pelukan yang nyata, beraroma cat dan tawa.Marissa merespons intensitas
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: 116. MERINDUKANMU SETIAP WAKTU Keesokan paginya, Deniz tiba di kantor tepat pukul delapan. Udara di lantai eksekutif terasa tipis dan berenergi. Mark sudah menunggu di luar ruangannya, memegang dua cangkir kopi single-origin yang mahal."Rapat darurat, Bos. Tim Legal baru saja mengirim notifikasi gugatan dari 'Pihak Lama'—mereka mencoba memblokir aset operasional kita, mengklaim bahwa restrukturisasi ini melanggar perjanjian penangguhan utang lama," jelas Mark, nada suaranya sedikit tegang.Deniz menerima kopi itu, menyesapnya perlahan. Ia tidak menunjukkan reaksi terkejut sama sekali, seolah sudah mengantisipasi langkah ini. Kevin dan Joanna tidak akan membiarkannya bergerak tanpa perlawanan."Sajikan kopi ini untuk Tim Legal. Minta mereka siapkan berkas. Aku tidak butuh drama, Mark. Aku butuh solusi. Biarkan mereka bermain kotor, kita bermain lebih cerdas," kata Deniz, sorot matanya tajam. "Aku sudah memprediksi ini. Angka kerugian kita sudah kita hitung, dan itu sebanding dengan kemenangan yang akan kita dapatka
Last Updated: 2025-11-23
Chapter: 115. SEBUAH JANJIDeniz tidak membuang waktu. Kota menyambutnya dengan desakan yang familiar: kemacetan, rapat mendadak, dan aroma kopi mahal. Ruangan pertemuan di gedung pencakar langit yang dulu ia hindari kini ia masuki kembali, bukan sebagai pelarian, melainkan sebagai penakluk. “Pagi Bos,” sapa Mark dan Sam hampir bersamaan. “Siap kembali ke dunia bisnis?” lanjut Mark. “Silahkan masuk, Tuan.” Sam membuka pintu ruangan. Terlihat begitu tenang, dengan aroma lavender saat ia memasukinya. Rapat pertama berjalan tegang. Deniz meletakkan komitmennya di atas meja, bukan sebagai permintaan, tetapi sebagai dekrit. "Aku akan kembali memimpin. Tapi syaratnya mutlak," ucap Deniz, suaranya tenang, namun memiliki resonansi karang yang tak tergoyahkan. "Perusahaan ini, mulai hari ini, akan kembali beroperasi. Kita mulai dari nol, dan membuktikan bahwa Deniz Ansel Ghazy tidak akan menyerah hanya karena sandungan kecil.” Ronan Blaire, yang dikenal pragmatis, mencoba menyela. "Kita bisa buat kembali strukt
Last Updated: 2025-11-21
Chapter: 99. Menjalani Hidup Masing-masingBUG!"Hentikan segera! Ini bukan arena tinju, Tuan." Salah satu petugas yang berjaga di barak bagian tahanan pria, berlari kecil sambil mengacungkan jari telunjuknya."Saya mohon jaga sikap kalian berdua, Tuan-Tuan!" teriaknya sekali lagi.Tapi ada yang aneh saat petugas tersebut sudah sampai untuk melerai dua saudara beda ibu itu. Zain dan Alex tetap bergulat dan saling memukul tanpa ada yang memisahkan keduanya."Biarkan saja, Opsir! Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya. Kita lihat saja hasilnya seperti apa." Cynthia menghadangnya dengan sebelah tangan. Petugas kepolisian itu pun menghentikan langkahnya dengan tatapan yang aneh. "Tapi Nona, mereka bisa saling menyakiti …." “Tenang saja Opsir. Mereka akan berhenti jika sudah merasa puas.” Ujar Cynthia dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh petugas tersebut. Ia pun menuruti saran dari Cynthia yang memintanya untuk tidak ikut campur. Terpaksa petugas itu membiarkan perseteruan yang
Last Updated: 2023-07-31
Chapter: 98. KejujuranBiarkan aku menemuinya! Biarkan aku masuk ke dalam sana, sebentar saja. Aku mohon ….” Zain berusaha menerobos penjagaan di sel tahanan sementara khusus laki-laki. Setelah mendapatkan informasi dari Rose soal kakaknya, ia langsung kembali ke gedung tahanan kota Perth.“Maaf Tuan, Anda harus mematuhi jam berkunjung. Apakah Anda adalah keluarganya? Tolong tenanglah, Tuan!” cegah salah satu petugas itu dengan menarik pergelangan tangan, Zain. Ia tidak mengizinkan pria itu untuk masuk begitu saja tanpa izin.“Bagaimana aku bisa tenang, jika yang ada di dalam sana adalah kakakku. Kakak tiriku yang telah dinyatakan telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Aku harus memastikan kalau yang ada di dalam sel tahanan itu adalah orang yang sama.” Zain menatap tajam pada petugas itu. Dari cara pandangnya, Zain menunjukkan keseriusan.“Aku hanya ingin melihatnya, Opsir. Aku ingin memastikannya, itu saja. Aku yakin jika Anda memiliki keluarga yang telah dinyatakan menghilang atau meninggal. Kalian ak
Last Updated: 2023-07-30
Chapter: 97. Mimpi “Mau apa kamu ke sini? Apa belum puas kalian menyakitiku? Belum puaskah kamu sudah mengambil putriku?” Zain menghentikan langkahnya. Benar saja, Rose menatapnya dengan sorot mata yang tajam. Ada banyak luka dan dendam yang tidak bisa dibicarakan secara transparan. “Jika kamu datang hanya untuk menyakitiku, maka kamu datang di waktu yang tidak tepat. Pergilah dari hadapanku!” Rose telah mengusirnya dengan cara yang tidak hormat.“Dengarkan dulu, Rose! Aku mohon,” Zain mencoba untuk bisa mendapatkan kesempatan kembali. Tapi sayang, Rose sudah terlanjur sangat kecewa kepadanya.“Jangan mendekat!” tunjuk Rose dengan tatapan yang sengit. Rose berusaha untuk menghentikan niat, Zain. Ia sudah muak selalu dicekoki oleh janji manis yang tidak berujung. “Kalian berdua sama saja,” gumamnya sambil melengos. Zain menghentikan langkahnya, ia memiringkan kepala dengan dahi yang berkerut. “Apa maksudmu, Rose? Siapa yang kamu samakan denganku? Apa yang kamu bicarakan saat ini adalah dokter, Frans?
Last Updated: 2023-07-29
Chapter: 96. Datang Untuk Menyakiti“Apa kamu sudah tidak laku? Sampai dirimu merebutnya dariku?” Kalimat itu, masih diingatnya dengan baik. Ia menatap dokter Frans dengan menitikkan air mata. Ucapan dokter Rhea Zalina kala itu, membuat Rose melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras. Ia tidak bermaksud merebut siapapun, hingga terjadi miss komunikasi di antara keduanya.“Dokter ….” Rose memanggilnya berulang kali setelah ia mengusap titik embun di sudut kelopak matanya.Dokter Frans terkesiap, ia menoleh ke arah Rose yang menatapnya dengan bola mata berkaca-kaca. Tujuannya menyusul ke Australia untuk membebaskan Rose dari segala tuduhan, ia sangat yakin jika perempuan itu tidak bersalah meski sifatnya sedikit keras kepala. Tapi apa yang didapatinya setelah sampai di tujuan? Perempuan itu seperti telah menolaknya mentah-mentah.“I-Iya, maafkan aku. Tidak seharusnya aku berada di sini, aku hanya ….”“Terima kasih banyak, Dok. Dokter telah menyelamatkan hidupku untuk yang kedua kalinya.” Rose menyela ucapan dokter, Fr
Last Updated: 2023-07-28
Chapter: 95. Potongan Memori Yang Hilang“A-Ampun! Tolong ampuni saya!” Alex mencoba untuk bangkit, tapi ia kesulitan. Kerumunan itu tiba-tiba terbentuk dengan sendirinya. Rose dan Alex sudah berada di dalam lingkaran. Rose mengambil alih kembali, ia melayangkan bogem mentahnya pada Alex.“Hei ….! Berhenti! Apa yang sedang kalian lakukan, hah?! Bukankah kalian itu seharusnya saling menyemangati demi kepulanganmu Nona.” Salah satu petugas itu pun menyusup masuk ke dalam lingkaran. Ia melihat ada dua orang tengah adu kekuatan di antara tahanan yang lain.“Huuu ….” suara sorak sorai disertai tepuk tangan menggema di seluruh ruangan. Mereka berkumpul di satu titik yang dianggap sangat menarik. Bagi mereka, sudah lama tidak ada tontonan yang membuat mereka terlihat sangat bergairah seperti saat ini. Apalagi posisi Rose yang berada di atas tubuh, Alex. Para tahanan itu semakin memberinya semangat untuk meneruskan aksi heroiknya.“Apa-apaan kau ini, Nona?! Ikutlah denganku!” tarik salah satu petugas yang sudah menggenggam erat le
Last Updated: 2023-07-27
Chapter: 94. Jangan Menyebut Namanya!“Suster, tenanglah ….!” dokter Frans berusaha mencegah agar suster Karina menghentikan aksinya. “Tiba-tiba mataku sakit saat melihat suster mondar mandir seperti layangan putus,” ujar dokter Frans dengan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Sepertinya ucapan dokter Frans sangat manjur, suster Karina langsung menghentikan aksinya. Ia memandang dokter Frans dengan tatapan yang — entah. “Apa ….?” ia memiringkan wajahnya sedikit. Suster Karina merasa aneh dengan apa yang diucapkan oleh dokter, Frans. Apa benar dokter Frans saat ini sedang sakit mata? Bisa-bisa rencana kepergian mereka gagal hanya karena sakit mata. “Eh, apa-apaan ini, Sus? Apa yang kamu lakukan, hah ….?” tanya dokter Frans yang menyadari jika suster Karina mendekat padanya hanya berjarak sepuluh sentimeter. “Dokter sakit ….? Apa perlu saya ambilkan obat? Kalau sedang sakit mata, jangan dibiarkan begitu saja! Bisa semakin bahaya nantinya, Dok.” Ujar gadis perawat itu memberikan sebuah penjelasan. “Ish, apa sih, S
Last Updated: 2023-07-26