Jatuh cinta merupakan anugerah dari yang kuasa yang perlu kita syukuri, dan kalaupun kita jatuh cinta kepada orang yang tidak tepat seperti suami orang juga merupakan suatu anugerah cinta, tergantung bagaimana kita menyikapi cinta itu, dipendam sendiri demi tidak ada yang sakit hati atau terus melanjutkan mengejar cinta itu tanpa perduli dengan pasti ada hati yang akan terluka nantinya.
Syafira adalah salah satunya, gadis yang dianugerahi cinta oleh sang Illahi yang tidak bisa memposisikan letak cintanya. Dia jatuh cinta kepada suami dari kakanya sendiri yang telah merawat dan membesarkannya meski tidak ada ikatan darah diantara mereka. Tanpa berpikir panjang, tanpa memikirkan perasaan Inara yang merupakan kakanya, dia terus memamerkan dan menggoda sang Abang ipar. Dimana saja pun tempatnya dia selalu mencuri-curi pandang dan juga mencari-cari perhatian Bayu, Abang iparnya. Sering bahkan selalu dia memamerkan lekuk tubuhnya kepada Bayu jika Inara lagi tidak dirumah. Banyak trik dan caranya agar bisa dekat dengan Bayu. Sekali dua kali Bayu merasa risih dengan sikapnya Syafira. Bukan sekali dua kali Bayu menyuruh Inara agar Syafira ngekos saja. Dengan alasan takut fitnah orang lain dikarenakan Inara sering bekerja diluar, Bayu sering meminta agas Syafira dijauhkan dari keluarganya. Dan Inara yang benar-benar polos tidak paham dan tidak mengerti maksud Bayu selalu menolak permintaan suaminya, Inara selalu takut kalau Syafira sampai ngekos sendiri tanpa pengawasannya. "Mas tau sendiri lah kayak mana jaman sekarang, aku belum bisa melepasnya mas, tunggu lah beberapa tahun lagi sampai dia benar-benar dewasa, kata Inara. Bayu sebenarnya ingin jujur bagaimana sikap Syafira yang selalu menggodanya, tetapi disisi lain dia takut jika Inara tersinggung dan menjadi malapetaka dalam rumah tangganya. Dia tidak ingin kejujurannya akan menjadi biang masalah yang pastinya akan mendatangkan pertengkaran antara dia dan istrinya, Inara. Berulangkali Bayu tetap bisa mengontrol hati, emosi, perasaan dan nafsunya. Dia selalu mencari alasan untuk menjauhi jarak antara dia dan Syafira. Akhirnya pertahanan dia roboh ketika Inara menyuruhnya menjemput Syafira sekolah. Sudah berbagai alasan dibuatnya tetapi dasar Inara nya yang tidak kepikiran yang bukan-bukan terus memaksa suaminya untuk menjemput sang adik. "Ayolah mas, udah mendung, kasihan Syafira nya nanti gak ada angkot karena hujan." Tetap berlasan capek dan juga malas Bayu enggan untuk menjemput Syafira, dia benar-benar takut untuk berdekatan dengan Syafira. Karena terus-menerus didesak oleh Inara, mau tidak mau, ingin tidak ingin dengan berat hati dan meski setengah hati Bayu melangkahkan kakinya untuk menjemput Syafira. Sebelum Syafira sering menggodanya, Bayu sebenarnya sering menjemput adiknya kalau lagi ada kuliah sore yang pasti pulangnya malam yang membuat dia akan susah pulang karena tidak angkutan umum. Melihat Bayu datang menjemputnya, dada dan hati Syafira bergetar. Ingin rasanya dia berteriak dan menari-nari betapa dia sangat bahagia. Sudah lama Bayu mejaga jarak darinya yang membuat dia galau setiap hari. Sebenarnya Syafira merupakan gadis yang sangat cantik, karena kecantikannya pula lah yang membuat Inara khawatir melepasnya untuk tinggal sendiri. Bukan tidak banyak laki-laki yang menginginkan nya, bukan satu, dua atau tiga yang datang menyatakan cinta kepadanya, tetapi ditolaknya mentah-mentah dengan alasan kalau dia ingin fokus kuliah dan mengejar cita-cita. Kalau lah Inara dan seisi dunia tau kalau alasan dia tetap sendiri karena seorang Bayu, mungkin seisi dunia akan mencemooh, memaki dan juga menghujatnya. Dia simpan rapi perasaannya, yang tau hanya dia dan Bayu. Tanpa basa-basi dia langsung naik diboncengan motor Abang iparnya, Syafira sengaja melingkarkan tangannya diperut Bayu yang membuat Bayu salah tingkah. Sesekali tangan Syafira mencolek bagian bawah Bayu yang dari tadi sudah mengeras seperti batu. Syafira tersenyum, dia semakin memperlancar aksinya, dielus dia pelan-pelan punggung Bayu dari belakang yang membuat dada Bayu berdegup kencang. Mungkin alam dan takdir lagi berpihak kepada Syafira, entah dari kapan hujan langsung deras yang membuat motor Bayu mogok. Bayu segera menepikan motornya dan mencari tempat berteduh untuk mereka berdua. Pondok usang menjadi pilihan yang tepat karena kaki sudah lelah mendorong motor yang tiba-tiba mogok kehabisan bensin. Bayu duduk dan berharap ada orang lain lewat dan berbaik Budi memberikan tumpangan untuk mereka. Lama menunggu, hujan semakin deras dan hari yang semakin gelap membuat Bayu menjadi pasrah. Dia merebahkan badannya, duduk menyandarkan badannya ke tembok pondok usang itu. Syafira mendekati Bayu, dia beralasan takut dengan kegelapan. Syafira mulai melakukan aksinya, dia mengelus paha Bayu, dia terus megelus sampai keatas sampai ke tombak keperkasaannya Bayu. Bayu yang memang dari tadi menahan gejolaknya sudah tidak kuasa lagi melawan dan menolak aksi yang diberikan Syafira. Dia pasrah dan diam menikmati semua kenakalan adik iparnya. Bayu yang terus merasa nikmat lupa kalau tombak keperkasaannya sudah berada di mulut sang adik ipar. "Ahhhhhh, ja-ja-jangan...ahhhhh" Hanya itu yang bisa diucapkannya, Bayu seperti terhipnotis dengan keliaran Syafira. Dia menarik tubuh Syafira, dia mendekatkan bibirnya ke arah bibir Syafira yang membuat mereka bertukar saliva. Mereka terus berciuman bak anak muda yang lagi kasmaran, tangan Bayu tidak tinggal diam, tangannya terus beraksi mencari kenikmatan yang sedari ditahannya. Dan saat geloranya benar-benar memuncak, dia ingin menarik celana Syafira yang ditolak Syafira mentah-mentah. "Aku akan memberikannya saat hatimu sudah mulai tertaut pada ku." Bayu terdiam, dia pasrah dengan apa yang dikatakan oleh Syafira. "Tapi kamu tenang saja, aku bukan gadis penyiksa laki-laki, aku akan memuaskan kamu tanpa harus melakukan itu, aku akan bertanggung jawab melemaskan yang telah berdiri ini, ucapnya sambil mengerlingkan matanya. Syafira menyuruh Bayu berdiri, dia mengeluarkan tombak keperkasaannya Bayu dan melakukan aksinya yang membuat Bayu terperangah karena merasa ada kenikmatan dan sensasi tersendiri yang belum pernah didapatkannya dari Inara. Syafira terus mengulum tombak Bayu dengan gerakan berirama, tanpa terasa Bayu merasakan ingin melepaskan sesuatu yang telah tertahan dari tadi. Dia terkulai lesu sambil menatap Syafira yang tersenyum licik kearahnya. Bayu merasakan ada yang lain didadanya, dia begitu sangat menikmati permainan Syafira. Dia langsung membandingkan Syafira dan Inara, jika bersama Inara dia lah pemainnya dan bersama Syafira dia seperti dipuaskan bukan jadi pemuas. Bayu segera memakai celananya dan mengajak Syafira untuk berjalan mencari bengkel terdekat. Saat berjalan, Bayu curi-curi pandang ke arah Syafira. Dia terus membandingkan Syafira dan Inara. Hidung Syafira yang mancung, mata yang bulat, kulit yang putih bersih sangat jauh berbanding terbalik dengan Inara meskipun Inara juga lumayan cantik, tetapi jika dibandingkan dengan Syafira Inara benar-benar kalah jauh. "Apa aku jatuh cinta lagi? Ucapnya bermonolog dalam hatinya sendiri. Syafira yang menyadari Bayu terus memperhatikannya merasa tersanjung. Dia bersikap seolah-olah dia tidak mengetahui dengan sikap Abang iparnya yang sedari tadi meliriknya. Dia tetap santai dan santuy menikmati perannya yang telah dirancangnya menjadi wanita yang harus diperjuangkan. "Untuk sekarang biarlah aku menjadi wanita serendah-rendahnya di matamu, tapi seiring berjalannya waktu aku pastikan kamu akan bertekuk lutut kepada ku, aku pastikan nantinya kamu akan mengemis-ngemis cintaku." Ucapnya dalam hati dengan begitu percaya diri.Ardi tersenyum kearah Inara, ia tidak menyangka dengan sikap Inara yang begitu tegas, ia juga tidak mengira kalau Inara begitu luwes berhadapan dengan Bayu, yang merupakan mantan suaminya. Ardi memeluk Inara dan belakang. "Terimakasih sayang, aku sayang kamu, ucapnya sambil tangannya tidak mau diam terus memberikan sinyal kalau ia ingin dimanja. Inara berbalik, dan kini mereka sudah berhadap-hadapan, Inara memggangguk seolah memberi kode ucapan sama-sama dari ucapan terimakasih suaminya tadi. Ardi tidak kuasa menahan gejolak didadanya, apalagi dengan nafas Inara yang begitu wangi membuat ia semakin merasa panas dingin. Ardi berlari kearah pintu, celengak-celinguk melihat seisi rumah, merasa kosong yang artinya sudah aman, ia segera mengunci pintu dan berlari kearah Inara. Ardi langsung mencium bibir Inara, begitu juga Inara, ia membalas setiap ciuman yang diberikan oleh Ardi, mereka berdua terus bergulat dan beradu dalam permainan hisapan lidah yang begitu panas. Desahan
Bayu mengusap wajahnya kasar, kerutan di dahinya semakin dalam. Bayangan wajah mantan istrinya, Inara, dan senyum ceria adiknya, Ardi, saling berganti dalam kepalanya. Hatinya terasa sesak, seperti ada batu besar yang menindih dadanya. Inara, wanita yang pernah mengisi hatinya, kini menikah dengan adik kandungnya. Awalnya, Bayu menganggap rencananya akan berjalan lancar, pertemuan biasa antara dua orang yang sama-sama kehilangan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia melihat percikan kedekatan yang semakin nyata. Tatapan Inara yang dulu hanya berisi kesedihan, kini terkadang berbinar saat memandang Bagas. "Tidak mungkin," gumam Bayu, suaranya serak. Ia tidak rela, tidak mau jika Inara benar-benar jatuh cinta pada Ardi. Ardi, adiknya yang selalu ia lindungi, yang selalu ia anggap sebagai saudara kecilnya. Bayu merasa seperti sedang kehilangan dua orang yang paling berarti dalam hidupnya sekaligus. Rasa cemburu menggerogoti hatinya. Ia tahu dan terus berharap, Inara masih mencintain
Bayu dan Syafira segera bergegas pergi setelah bayangan ibunya benar-benar hilang. Bayu semakin meradang dengan sikap ibunya yang belum bisa menerima kehadiran istrinya. "Kan sudah aku bilang, kamu aja yang kesana, ucap Syafira sambil menghempaskan pantatnya duduk di sofa. Bayu memijit pelipisnya, dia sedih dengan sikap ibunya tadi karena sedikitpun tidak ada niatnya untuk terus-menerus perang hati dengan ibunya, tidak akur karena perangainya. Bayu pura-pura tidak mendengar ucapan istrinya, ia lagi tidak ingin ribut. Bayu meninggalkan Syafira yang terus mengomel, ia mengambil handuk dan masuk kekamar mandi. Ia segera mengguyur badannya, perasaannya jauh lebih tenang. Bayu keluar dari kamar dengan wajah dan perasaan yang tenang. Ia mendekati Syafira yang sudah berhenti mengomel dan sibuk dengan handphonenya sampai ia tak sadar kalau Bayu telah ada dihadapannya sedang memperhatikan gerak-geriknya yang senyum-senyum sendiri. Bayu sengaja berdehem, ia ingin mengalihkan perh
"Assalamualaikum..." Khadijah segera menuju pintu sambil menjawab salam seseorang yang sudah memberinya tanda tanya siapa-siapa sore-sore menjelang magribh begini hendak bertamu. "Walaikum salam warahmatullahi wabarokatuh" CEKLEK Wajah Khadijah langsung berubah saat melihat siapa yang bertamu ke rumahnya. "Ma..." Khadijah membuang mukanya. "Untuk apa kamu kesini dan membawa manusia yang tidak tahu diuntung ini kesini? Kamu jangan tambah luka dihati Inara dan juga kami." Ujar Khadijah dengan singit. Bayu menatap iba ke arah Syafira, ada sesal dihatinya kenapa tidak mengikuti ucapan istrinya tadi sebelum berangkat. "Kamu saja lah kesana, kamu saja yang minta ijin, nanti ibu semakin benci kepada ku, aku tidak ingin itu terjadi." Bayu tetap meyakinkan Syafira kalau tidak akan terjadi apapun, dan karena Bayu berjanji jika sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi dia akan pasang badan membela Syafira, akhirnya dengan berat hati dan perasaan tidak enak Syafira tetap ikut menemui
Bibi Ngatemi turun sendiri tanpa Salma dibelakangnya. "Non Salma lagi istirahat den, lagi gak enak badan, ucap bi Ngatemi berbohong. Ia juga tidak lupa menyampaikan pesan Salma untuk menyuruh mereka pulang. Ardi menatap bibi Ngatemi, Ardi ingin melihat ada atau tidak kejujuran disana. Meski Ardi tidak percaya dengan alasan Salma yang sedang sakit, ia tetap bergegas pulang demi menghormati dan menghargai Salma sebagai pemilik rumah. Inara dan Ardi pamit pulang setelah menyampaikan pesan kalau ia datang untuk meminta maaf karena telah menyinggung perasaan Subiantoro, ia tidak lupa menyampaikan kepada bibi Ngatemi agar Salma segera membuka blokiran kontaknya karena ia tidak ingin ada salah paham diantara mereka yang akan memutuskan tali silaturahmi. Ardi menghentikan motornya pas didepan kafe tempat ia biasa nongkrong dengan teman-temannya. Ia turun meski wajahnya kelihatan murung dan pikiran kusut yang membuat Inara menyimpan sejuta pertanyaan dihatinya. Dari pagi Inara ingin bert
Jujur itu memang susah, hanya dilakukan oleh orang-orang yang hatinya bersih. Begitulah yang dirasakan oleh Ardi, ia sudah berulangkali mengatakan kepada Salma agar memberitahu orangtuanya kalau mereka hanya sebatas teman tidak lebih seperti apa yang diharapkan oleh orangtuanya Salma. "Maaf pak, aku akan jelaskan semuanya... PLAKKK "Ini tamparan untuk laki-laki yang tidak bertanggungjawab seperti kamu, kamu laki-laki bejat." ucap ayah Salma dengan emosi Ardi memegang wajahnya yang sakit akibat tamparan pak Subiantoro, ayahnya Salma. Ia terus mencoba menjelaskan kepada ayahnya Salma agar tidak salah paham, tetapi bukan mendengarkan Ardi malah semakin emosi dan bringas. Inara terkejut bukan main, rasa bersalah dihatinya teramat besar melihat Ardi ditampar, ia merasa semua kejadian ini akibat dirinya. Inara kembali masuk kamar, ia.tidak ingin ikut campur dengan urusan Ardi. Sesak rasanya melihat Ardi diperlakukan seperti itu. Inara hanya bisa menangis. Sementara Bu Kha