Beranda / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Bab 5. Pasti Erland Bukan Pria Sembarangan

Share

Bab 5. Pasti Erland Bukan Pria Sembarangan

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-22 21:09:18

Amelia ditemukan setelah mobilnya memasuki kota kelahirannya. Maka, segera wanita ini dihadapkan pada Adhinatha dan Sopia. “Dari mana saja?” tanya wanita ini dengan santai walau tatapannya tetap mengandung kekecewaan.

“Menitipkan Kenzo ke panti asuhan.” Wajah Amelia sedikit menunduk guna menyembunyikan kebohongannya. 

“Panti asuhan mana?” Sopia masih menatap lurus ke arah putrinya. 

“Mama dan papa tidak perlu tahu yang penting kan Kenzo tidak di sini, itu kan yang mama dan papa mau.” Hampir saja air matanya jatuh jika Amelia tidak mati-matian menahannya. 

Adhinatha membuang udara pendek. “Iya sudah, kamu siap-siap lalu ikut papa.” Maka, hari ini Amelia disibukan dengan sederet kegiatan yang dikenalkan Adhinatha sebagai jalan masa depan menuju kesuksesannya. Namun, karena berjauhan dengan buah hatinya maka wanita ini sering tidak fokus hingga membuat Adhinatha memberikan teguran kecil.

“Kalau kamu bekerja seperti ini, papa yakin tidak akan ada orang hebat yang melirik, bahkan kamu hanya akan mendapatkan kekalahan di dunia bisnis dan politik. Kamu harus bisa bersikap sebagaimana seorang pemimpin!”

“Maaf pa, mungkin hari ini Amei memang sedang tidak bisa fokus.”

“Duduklah.” Adhinatha memberikan putrinya waktu untuk bicara tidak seperti Sopia yang serba tegas demi keseimbangan siklus keluarga. Amelia segera duduk di atas sofa yang sebenarnya sangat nyaman, tetapi tubuhnya tidak menemukan kenyamanan sama sekali. Adhinatha memerhatikan berbagai macam gambaran dalam lukisan wajah putrinya hingga dirinya pikir sesekali harus menempatkan diri menjadi teman curhat Amelia, “Ceritakan saja pada papa apa yang membuat kamu cemas?”

“Kenzo, pa. Kenapa papa dan mama tidak biarkan Kenzo bersama kita? Kenzo bukan aib kok pa. Kalau misalnya papa tidak mau orang-orang tahu kan mudah saja, tidak usah bawa Kenzo kemanapun, biarkan Kenzo di rumah.”

“Cara itu memang bisa dilakukan, tapi hanya hitungan jam saja. Kamu tahu sendiri, tamu papa, keluarga besar, semuanya sering datang ke rumah, apa mungkin keberadaan Kenzo bisa dengan mulus disembunyikan?”

“Harusnya papa coba bicara dulu pada keluarga besar kita, mungkin om atau tante siap menerima Kenzo, menjadi orangtua asuh Kenzo saat Amei tidak bisa mengurusnya.”

“Maaf Mei. Tapi kita ditakdirkan hidup di bawah aturan demi masa depan cemerlang kita bersama. Untuk apa papa menyekolahkan kamu jika ternyata papa tidak melihat hasil sekolah kamu.” Adhinatha mulai bersikap dingin setelah sebelumnya seakan mengerti posisi Amelia.

Amelia bergeming hingga beberapa lama karena kalimat yang terlontar dari mulut Adhinatha tidak mengandung solusi sama sekali apalagi menghilangkan kecemasannya terhadap Kenzo, mengikis saja tidak. “Pa, hari ini saja Amei mau sendiri dulu. Boleh kan pa?”

Embusan udara dibuang oleh Adhinatha. “Iya sudah, tapi besok kamu harus sudah siap dari segi fisik dan mental!”

“Terimakasih, pa.” Segera, Amelia meninggalkan gedung tinggi besar salah satu tempat kejayaan ayahnya. Wanita ini sibuk mengenang kebersamaannya dengan Kenzo di sebuah taman kota. Maka, panggilan segera mengudara pada ibu asuh Kenzo. “Kenzo sedang apa?”

“Baru saja tidur, non.”

“Sudah minum susu dan makan, popoknya sudah duganti kan? Jangan lupa mandikan Kenzo sore hari pakai air hangat.”

“Sudah semua non, kecuali mandi karena ini masih siang.”

“Syukurlah. Tolong rutin chat saya ya, katakan kegiatan serta perkembangan Kenzo.”

“Baik non, akan saya katakan mulai sekarang.” Wanita ini sangat mengerti kekhawatiran seorang ibu pada anaknya walau kakaknya mengatakan jika Kenzo adalah anak pungut, tetapi dari sikap Amelia, wanita ini mampu menebak dengan akurat jika balita ini adalah putra dari Amelia.

Setelah mendengar kabar Kenzo hati Amelia cukup tenang. Maka, dirinya mulai merogoh KTP milik Erland. “Aku akan menyusul kamu dan mengatakan tentang Kenzo.” Mobil segera melaju ke alamat yang tertera dalam kartu identitas legal dari negara. Niat Amelia sangat bulat, mengatakan segala hal yang telah terjadi setelah one night stay itu.

Namun, setelah tiba di lokasi ternyata penjagaan kediaman Erland sangat ketat dan formal. “Apa benar ini rumahnya Erland?” Amelia mengintip di dalam mobilnya tanpa berani membuka kaca mobil sedikitpun. Di sekeliling bangunan mewah itu terdapat banyak bendera negaranya, “Erland orang seperti apa?” Isi kepalanya segera berputar, mencoba menebak ini dan itu, tetapi tidak menemukan jawaban sama sekali hingga seorang penjaga menghampiri mobil yang terparkir di tepian kediaman sang tuan.

Kaca mobil Amelia diketuk halus oleh pria berpakaian formal tersebut, jabatannya seperti seorang satpam atau semacamnya, tetapi pakaiannya sangat rapih. Amelia membuka ksedikit kaca mobilnya. “Maaf nona, ini area dilarang parkir.” Kalimat yang segera dilontarkan oleh pria ini.

“Maaf tuan, apa benar ini kediaman Erland?” santun Amelia yang sedang berusaha memposisikan diri di wailayah asing yang barusaja dipijaknya. 

Segera, kedua mata pria ini memicing penuh curiga pada Amelia. “Ada perlu apa?” Datar, dingin dan tegas. Itu adalah sikap yang ditunjukannya.

“Kebetulan saya mengenalnya, tetapi sudah lama sekali tidak melihat Erland.”  

“Maaf nona. Jika tidak ada kepentingan lebih baik Anda urungkan niat menemui Tuan Erland.” Kini hanya sikap dingin yang diperlihatkan pria ini hingga membuat Amelia tidak nyaman, tetapi dirinya harus melanjutkan penyelidikan walau sepertinya tidak semulus dugaannya.

“Apa Erland berada di negara ini?”

“Anda tidak perlu tahu, nona!” tegas si pria.

“Maaf, tapi saya butuh bertemu dengan Erland.”

“Maaf, tidak bisa!” ketegasannya semakin berlipat. Amelia rasa tidak ada cara untuk mencari informasi di wilayah penuh penjagaan ini, bahkan pria yang menatap penuh penyelidikan ini terlihat sangat privasi pada informasi tuannya.

“Baiklah, tapi kalau bertemu dengan Erland tolong katakan wanita yang ditemuinya kurang lebih dua tahun lalu datang mencarinya.” Senyuman palsu ditambahkan, kemudian kembali menutup jendela mobil lalu pergi.

“Siapa Erland. Aku yakin dia bukan pria sembarangan, terbukti dulu saat pertama kali kita bertemu, dia berada di bar eklusif tempatnya manusia berkelas, lalu sekarang rumahnya terlihat sangat formal, bahkan satpamnya saja sangat formal untuk ukuran penjaga keamanan. Aku semakin penasaran pada Erland. Siapa dia?” Tidak habis Amelia memikirkan pria tampan yang membuatnya lupa pada dunia karena hanya merasakan syurga di atas ranjang yang hangat.

“Erland, lambat laun aku akan membuat kamu tahu kalau kamu punya anak dari hubungan kita. Kenzo telah terlahir, dia banyak mengambil wajah kamu. Jadi aku harap kamu tidak akan menolak Kenzo seperti papa dan mama,” sendu kembali merajang karena terpisah dengan sang buah hati. Namun, isi hatinya ini dibuyarkan kala tanpa sengaja mobilnya hampir bertaberakan dengan mobil dari arah lain.

Tin!!!

Klakson panjang itu dibuat oleh si pemilik mobil seiring berlalu, hingga membuat Amelia menggerutu, “Iya, aku tahu aku yang salah karena hampir saja melewati garis batas. Huft!”

Di sisi lain, seorang pria berpaikaian formal keluar dari dalam mobil. Segera, satpam berkata sangat hormat, “Maaf Tuan, tadi ada seorang wanita mencari tuan Erland. Katanya dia adalah wanita yang ditemui tuan Erland sekitar dua tahun lalu.”

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Albarra ghifarionald
mengharukan...
goodnovel comment avatar
Tranformer Fatih
sangat sedih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 294

    “Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 293

    Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 292

    Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 291

    Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 290

    Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 289

    Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 288

    William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 287

    Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 286

    Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status