“Ayah pergi pagi-pagi menemui ibuku?” tanya Lucas dengan terkejut. Dirinya sedang berjalan menuju taman mansionnya untuk berolahraga. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Julian yang ternyata memang ingin bertemu dengannya. Julian memberitahukan pada dirinya jika pagi tadi ayahnya pergi tiba-tiba dengan kuda menuju kediaman Leonardo tempat ibu dan adiknya berada. Ia pun sontak terkejut karena baru berselang dua hari mereka kembali dari sana dan sekarang tiba-tiba saja ayahnya pergi ke sana lagi dengan kuda bukan kereta. Sepertinya sangat buru-buru hingga memilih menaiki kuda dibanding dengan kereta. “Saya tak sengaja melihat Tuan Duke yang memacu kudanya keluar gerbang. Di sana kebetulan ada Tuan Sebastian yang mengantar kepergiannya jadi saya bertanya tentang itu pada Tuan Sebastian,” jelas Julian pada Lucas. Lucas yang sedang meregangkan badannya segera berhenti dan berbalik menatap Julian menunggu penjelasannya lebih lanjut. Dirinya takut apakah terjadi sesuatu yang buruk pada
Terdengar suara ribut dari suatu tempat. Terlihat ada segerombolan wanita berbaju pelayan mengelilingi dua orang yang tengah berdebat itu. Beberapa wajah mereka tampak kesal mendengar suara arogan seseorang. Bahkan ada yang sampai menggelengkan kepala melihat seseorang yang sedang berteriak itu. Orang tersebut sedang memarahi seorang pelayan hanya untuk masalah sepele. Pelayan itu hanya meminta tolong pada wanita itu untuk ikut membantu para pelayan yang bertugas di ruang cuci. Meski sebenarnya itu memang bagian dari tugas orang itu. Tetapi orang yang sama-sama pelayan ini sering mangkir bahkan minta bertukar dengan yang lain. Dia sering melakukan ini dengan alasan alergi dengan sabun jadi ia takut tangannya akan rusak. Padahal semua orang tahu orang itu hanya beralasan saja.“Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku di halaman. Jadi untuk apa aku membantu menyuci?!” sanggahnya dengan suara keras.Pembelaan Winna tadi semakin menimbulkan kekeselan pada pelayan di hadapannya. “Winna, kami t
Lucas mengangguk paham mendengar penjelasan mengenai hukuman yang diberikan pada Winna dari Sebastian. Sejauh ini rencana berjalan lancar tanpa hambatan. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menggiring rubah yang buta menuju perangkap. Setelah selesai menyampaikan laporan Sebastian undur diri meninggalkan Lucas dan Peter berdua. “Sepertinya setelah ini jika ibu dan adik ingin kembali ke sini bisa dilakukan lebih cepat,” ucap Lucas pada ayahnya. Peter mengangguk menyetujui ucapan putranya itu. Setelah dua bulan berpisah dengan istri dan putrinya kini Peter sudah merasa kelegaan melihat mereka akan berkumpul lagi. Beberapa waktu yang lalu setelah Lucas memberitahukan padanya bahwa Winna memiliki rencana untuk merayunya, putranya itu memberikan padanya sebuah saran. Saran untuk menghentikan sekaligus menjebak Winna. Sejujurnya setelah beberapa kali insiden racun ulah dari Winna ini membuat Peter menyerah untuk tetap bersabar pada wanita itu. Dari yang hanya menginginkan nyawa istriny
Winna menatap masam pada sepasang suami istri yang terlihat tertawa itu. Dua orang tersebut tak lain adalah Peter dan Anna. Winna benar-benar terkejut dan tak tahu jika sang Duchess Chester telah kembali. Saat itu dirinya yang tengah bosan dengan kegiatannya di istal diam-diam pergi berjalan-jalan untuk mencari kesenangan. Langkah kakinya tanpa sadar membawa dirinya ke taman yang rupanya cukup dekat dengan istal. Dari sanalah matanya menangkap sepasang suami istri itu tengah duduk di hamparan rerumputan. Nampaknya mereka tengah melakukan piknik karena terlihat ada keranjang makanan lalu terdapat pula beberapa kudapan yang tertata di dekat mereka. Kemudian tak lama datanglah sang tuan muda Chester yang sedang menggendong adiknya itu datang menghampiri kedua orangtuanya. Melihat kehadiran Anna membuat Winna terkejut sekaligus kesal. Gara-gara dirinya pindah ke area istal dirinya jadi kesulitan mendapatkan informasi apapun. Tangannya mengerat pada rok pakaiannya dengan tatapan marah yang
Musim dingin telah berganti kini musim semi menyambut. Salju yang tadinya menutupi jalan kini telah mencair dan menghilang. Jalanan tampak lebih bersih bunga-bunga bermekaran dengan cantik. Sangat memanjakan mata. Bertepatan dengan hari ini ulang tahun Lucas yang kesembilan kediaman Chester nampak sibuk menyiapkan acara pesta untuk nanti malam. Aula pesta terlihat sudah didekorasi dengan cantik. Tirai yang tergantung indah menjuntai lembut berwarna putih di setiap jendela menambah kesan yang sederhana, namun elegan sesuai dengan citra Chester. Vas bunga yang biasanya terisi bunga mawar kini berganti dengan bunga daisy sesuai permintaan sang pemilik pesta nanti malam. Pesta kali ini lebih istimewa dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan kehadiran Estelle sang putri Chester yang akan muncul untuk pertama kalinya pada publik. Dengan alasan ini banyak para bangsawan nampak tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Mereka penasaran dengan sosok nona muda Chester itu. Bahkan jika beruntung pa
Sepanjang pesta berlangsung semua orang tak henti-hentinya melontarkan pujian pada Estelle. Banyak sekali perkataan manis yang dilontarkan demi menjilat keluarga Chester. Lucas hanya bisa tersenyum melihat pemandangan itu. Sungguh lucu sekali ini terjadi disaat pesta ulang tahunnya. Dia tak iri atau tidak suka. Justru ia merasa ada kebanggaan sendiri melihat adik kecilnya menerima banya pujian. Hanya saja Lucas menyayangkan mengapa itu datang dari orang yang tidak tulus. Dirinya tahu apa arti dibalik setiap lontaran pujian yang tujukan pada adiknya. Itu semua karena mereka ingin terlihat baik di depan ayah dan ibunya. Lucas pun yakin jika kedua orangtuanya menyadari hal itu. Tetapi, mereka tak ambil pusing dengan itu. Mereka hanya bersikap tidak tahu dan terus membiarkan semua orang berbusa mengelurkan ribuan pujian untuk Estelle. Si bayi yang sedang jadi pusat perhatian pun duduk diam di pangkuan sang nenek -Marchioness Alia-. Kedua tangannya nampak sibuk dengan pita berwarna kuning
“Melihat putrimu membuatku ingin ikut memiliki seorang putri juga,” celetuk Selir Helena. “Benar bukan Yang Mulia Ratu?” Semua bangsawan langsung menahan napas saat mendengar celetukan ringan dari Selir Helena. Apalagi dia mengatakannya di hadapan Ratu Camellia yang tak memiliki seorang anak. Sungguh perkataan yang kejam dan tak berperadaan. Ratu Camellia tersenyum kecil mendengar perkataan dari selir kesayangan suaminya itu. Meski dalam hati ia merasa sakit hati. Sebuah tangan menggenggam tangannya yang berada di pahanya. Tangan yang menyalurkan kehangatan untuk menenangkannya. Ia tahu siapa pemilik tangan tersebut dan dia berterimakasih dalam hati. “Kau benar Selir Helena. Putri Duke Chester sangat menggemaskan membuat orang yang melihatnya jadi menginginkannya. Melihat Selir Helena begitu menginginkannya sepertinya aku bisa menunggu kabar baik itu darimu.” Ratu Camellia tersenyum ringan menatap Selir Helena. Perkataannya yang terakhir tadi cukup mencubit hati Selir Helena. Hal ini
Suara orang-orang saling bersahutan meriahkan suasana pasar yang berada di pusat kota itu. Banyak gerobak berjejeran yang menjajakan berbagai jenis barang. Dari makanan, pernik-pernik seperti gantungan kunci dan aksesoris rambut. Area pasar ini sangat luas dan terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama pasar yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari seperti makanan. Bagian kedua berjajar gedung yang menjual pakaian dari busana untuk rakyat biasa hingga bangsawan. Meskipun kebanyakan bangsawan lebih memilih memanggil para penjahit ke rumah mereka dan memilih langsung gaun atau pakaian yang dibawakan. Lalu, area ketiga atau terakhir banyaknya cafe atau resto yang menjual makanan ringan seperti dessert hingga makanan berat. Di tengah-tengah area itu terdapat pula bangunan yang difungsikan sebagai penginapan. Pada salah satu bangunan cafe itu duduklah Lucas bersama Julian. Di meja mereka terdapat kudapan dan minuman yang dipesan untuk menemani kegiatan mereka. Dari luar mereka terlihat