Mendadak, kemarahan dan kekecewaan yang beberapa saat lalu Seno rasakan terhadap keduanya langsung menguap. Seno, dengan pandangan menunduk ke bawah berujar, "M-maafkan saya T-tuan Besar Aliando. Saya tidak tahu kalau ternyata orang berpengaruh di negara ini seperti anda pernah menjalani kehidupan dari kasta, status bawah dan bernasib sama seperti saya–" "Panggil aku dengan sebutan Papa mulai sekarang, Liam! Jangan Tuan Besar Aliando!" pinta Aliando cepat menyela perkataan Seno. "Begitu juga padaku, Liam. Jangan panggil aku dengan sebutan Nyonya Besar lagi. Panggil aku dengan sebutan mama. Aku adalah mamamu!" ucap Nadine menambahi suaminya. Seno baru mendongak menatap kedua orang itu secara bergantian seraya mengangguk pelan dengan senyum kecut di bibirnya. Ia belum bisa memanggil keduanya dengan sebutan demikian sebab mereka belum melakukan test DNA. Di saat ini, Aliando merangkul pundak Seno dan berkata, "Papa paham mengapa kamu sempat marah, kecewa kepada kami tadi, Liam." S
Seno, Andin, Aliando dan Nadine tengah duduk di sofa yang sama di ruang keluarga. Wajah-wajah penuh haru terpancar sangat jelas. Sedangkan Seno justru tampak bingung sekaligus terkejut. Ia masih berusaha mencerna apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini juga perkataan semua anggota keluarga Aliando Aryaprasaja. Sebelumnya, mereka mengobrol panjang lebar. Terlebih, pasangan suami istri itu yang bercerita kepada Seno. Mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan dan kerinduan mendalam terhadap sosok anak mereka berdua yang hilang sejak masih kecil yang tidak lain adalah Seno. Aliando dan Nadine juga menceritakan mengapa Seno bisa hilang. Mereka berdua langsung menceritakan hal itu sebab begitu sedih tatkala mengetahui Seno hilang ingatan dari Andin. Demikian, mereka berdua berharap, dengan Seno mendengar cerita tersebut, dapat dengan cepat membantu memulihkan ingatannya. Namun, tiba-tiba, Seno marah sekaligus kecewa dengan mereka berdua. Mengapa ia baru ditemukan sekaran
Akhirnya, setelah terdiam beberapa saat, Seno balik menghadap Erika. "Kalau seandainya istriku tahu kita berpegangan tangan, bermesraan dan terjadi kesalahpahaman. Kamu harus membantuku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada istriku!" pinta Seno dengan wajah serius. Erika menganggap remeh permintaan Seno. Lantas ia melambaikan tangan dan berkata, "Itu masalah gampang, Seno. Aku bisa mengatasinya. Aku yakin, istrimu tidak akan sampai tahu. Toh, mantanku dan orang-orang di sana tidak ada yang mengenalmu atau istrimu!" Seno mendecakan lidah. "Kalau seandainya saja..., " "Baik lah, kalau seandainya istrimu tahu. Aku akan membantumu menjelaskan padanya!" ucap Erika seraya manggut-manggut. *** Di saat ini, Seno tengah berbicara dengan Andin di telepon. "Kak, Mama dan Papa sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganmu. Sebenarnya, mereka langsung ingin bertemu denganmu sejak pertama kali aku menemukan Kakak dan memberitahukannya kepada mereka!" jelas Andin dengan hati-hati. Me
Erika mengenakan tank top dan hotpant yang terbuat dari bahan satin. Hal tersebut membuat dadanya terlihat semakin menonjol dan paha putih serta mulusnya terekspos begitu jelas. Sebenarnya tidak masalah Erika mengenakan baju seperti itu. Namun, tentu saja bisa mengundang syahwat pria yang melihatnya. Banyak wanita di luar sana yang mengenakan baju seperti itu ketika sedang berada di rumah. Apalagi seorang diri di kamar. Tapi, masalahnya ini ada seorang pria asing di rumahnya! Meski mereka bekerja di kantor yang sama, tapi profesi keduanya yang sangat kontras membuat keduanya tak pernah mengobrol sebelumnya. Kalau bukan karena Seno yang terseret masalah Iqbal, sepertinya ia tidak akan berada di rumah wanita itu saat ini. Mungkin jika pria lain yang berada di posisi Seno saat ini akan senang. Malah menganggap hal itu sebagai rejeki nomplok. Tapi tidak dengan Seno yang sudah beristri dan memang tak ada niatan untuk terpincut dengan wanita lain. Apakah Erika sengaja berpakaian se
[Sepulang kerja nanti temui aku untuk membahas kelanjutanmu menjadi kekasih pura-puraku dalam semalam!] Usai membacanya, Seno mengirimkan balasan. [Baik, Bu] Ketika jam pulang kerja telah tiba, Seno langsung menuju ruangannya Erika. Di dalam, manager HRD itu tampak tengah beberes. Sepertinya pekerjaanya telah usai. Tanpa menoleh ke arah Seno, Erika yang sudah menyadari kedatangan pria itu bertanya, "Kamu bisa menyetir?" Mendengar itu, Seno mengangguk. "Bisa, Bu." Erika tidak langsung menimpali, tetap melanjutkan kegiatannya. Baru, setelah dirasa selesai, ia mendongak menatap Seno. "Bagus," ucapnya seraya tersenyum kecil. "Antar aku pulang. Kamu akan menjadi sopirku untuk sementara waktu. Kita bahas di rumahku saja!" Didengar dari suaranya, seakan itu adalah sebuah perintah dari atasan yang tak boleh dibantah oleh bawahan. "Kenapa saya malah jadi sopirnya Bu Erika?" tanya Seno heran sekaligus terkejut. "Dan kenapa tidak dibahas di sini saja, Bu?" "Tak usah banyak pr
Shinta yang terkejut sebelum akhirnya kesal buru-buru berkata, "Tapi Seno sudah menyuntikan dana ke perusahaan kita yang sebelumnya mau dijanjikan Nathan, Kak. Seno telah berkontribusi pada perusahaan. Tidak tanggung-tanggung, langsung 10 miliar dan Kakak masih mau mengusir Seno dan Felicia dari rumah ini?!" Sambil melirik ke arah Ayahnya, Shinta lanjut berkata, "Toh, Ayah dan Ibu sudah mengijinkan!" Sementara Darius dan Nina terdiam sebab tengah terjerat dilema. Bagaimana tidak, mereka mereka berdua tidak bisa mengusir Seno dan anaknya kali ini yang tidak lain dan tak bukan karena itu. Mendengar perkataan Shinta, Ronald mendengus seraya mengepalkan kedua tangannya. Kenyataan bahwa menantu sampah keluarganya dapat menyuntikan dana ke perusahaannya sangat membuatnya terkejut sekaligus tidak bisa menerima fakta itu. Terlalu mustahil baginya. Ia masih belum bisa mencerna dengan apa yang terjadi pada menantu itu yang mendadak berubah. Apalagi setelah tahu kalau Seno menggagalkan re