Beberapa detik kemudian, keadaan terbalik. Selain Seno yang ternyata sulit disentuh, selalu dapat mengelak dan menghindar, Seno juga tiba-tiba memiliki kesempatan balas menyerang. Hingga akhirnya... BUGH! Tinju Seno berhasil menghantam wajah lawan. Alhasil, ketua mafia itu terbanting dua langkah ke belakang, tapi masih dalam keadaan posisi berdiri. Mendapatkan hal itu, sang ketua mafia terbeliak kaget diikuti tatapan tak percaya semua orang. Bagaimana mungkin boss mereka yang malah terdesak? Terkena pukulan? Bukan kah seharusnya... Sementara itu, Seno menghentikan serangan sejenak. Sebab ia yang masih mengulur waktu, ia akan mengajaknya bicara. Tentu, untuk membahas apa yang barusan ia lakukan. "Kukira akan sangat sulit memukulmu," ujar Seno sambil tergelak. Kemudian, ia memicingkan pandangan saat melanjutkan, "Tapi ternyata, cukup mudah. Ckck. Bagaimana bisa kau dipercaya oleh Tuan Besarmu? Kemampuanmu saja hanya sebatas ini..., " Sontak, perkataan Seno membuat ketua mafia
Seketika wajah ketua itu menggelap begitu mendengar perkataan Seno yang terdengar menjengkelkan di telinga sekaligus merendahkan. Aura buas tak terkira terpancar. Pun anak buahnya yang tadi tengah duduk-duduk kompak berdiri, yang tadi juga tampak santai, kini wajah-wajah itu berubah mengeras sebab marah. Mereka segera bersiap, menunggu intruksi dari sang ketua yang pasti akan menyuruh mereka untuk segera menghabisi perwakilan dari keluarga Herlambang tersebut. "Mau kupenggal kepalamu dan kuhidangkan pada makan malam anggota keluargamu, hah?!" tiba-tiba, sang ketua berseru. Suaranya menggelegar. Mendadak, atmosfer dalam pabrik itu berubah tegang. Meski dibawah tatapan mematikan, barusan mendapatkan ancaman yang begitu mengerikan, tak membuat Seno gentar. "Bagaimana jika kita bertarung dulu?" Sebelah alis Seno terangkat. "Aku ingin bertarung denganmu untuk mengetahui kemampuanmu. Juga mengukur kemampuanku sendiri." "Jika aku kalah, aku akan segera memberikan uang yang kalian mint
Terlihat gesekan yang terjadi antara petugas keamanan dengan anggota mafia. Jumlah yang timpang, membuat petugas keamanan pabrik, harus babak belur. Kini, beberapa satpam masih berdiri dan berusaha untuk menjalankan tugasnya. Meski pun wajahnya telah berlumuran darah, tapi mereka masih berusaha menahan para anggota mafia. Semua pandangan langsung tertuju ke arah Seno tatkala pria itu tengah berjalan dengan tenang ke arah mereka. Dalam hati, mereka bertanya-tanya. Siapa pria itu? Namun, sepertinya dia bukan Presdir perusahaan keluarga Herlambang yang sedang mereka tunggu-tunggu kedatangannya! Seno menghentikan langkah di hadapan dua diantara mereka dengan tatapan dingin. Hal tersebut membuat wajah dua anggota mafia itu berubah, lantas balik menatap Seno dengan tak kalah tajamnya, sarat akan permusuhan! Sebelum mereka berdua angkat bicara, suara Seno lebih dulu terdengar. "Yang mana ketua kalian?" "Siapa kau berani menanyakan siapa ketua kami?!" salah satu diantara mereka ber
Bondan dan Darius tiba di pabrik terlebih dahulu. Mereka berdua masuk melalui pintu belakang dengan arahan dari General Manager pabrik. Sehingga, para mafia yang ada di depan tidak mengetahui kedatangan mereka berdua. "Apakah kau sudah menemui mereka lagi dan katakan kalau aku akan datang? Berhasil menahan mereka untuk tidak membuat keributan makin besar?!" Bondan langsung mencecar General Manager pabrik dengan pertanyaan begitu tiba di ruangan itu. Di dalam sana, banyak managemen pabrik yang berkumpul untuk bersembunyi dari pasukan mafia. General Manager pabrik mengangguk. "Untungnya mereka menurut, Presdir dan katanya akan menunggu kedatangan anda." Sebenarnya, dia sendiri takut bukan main tadi saat menemui para mafia itu sebab taruhannya adalah nyawa! Apalagi saat melihat beberapa orang yang mencoba menentang sekaligus mengusir malah berakhir dipukuli. Sedangkan Bondan dan Darius yang mendengar hal itu sedikit lega. Setidaknya mereka bisa berpikir untuk menentukan langkah a
Namun, Darius tidak berkata apa-apa lagi. "Lalu, saat ini, Ayah sedang ada di mana? Apakah masih berada di kantor? Dan apakah paman sudah menemukan cara atau telah bertindak untuk menyelesaikan masalah yang saat ini sedang terjadi di pabrik?" Darius pun menjelaskan tentang masalah itu lebih lanjut. "Aku akan segera ke sana, Yah!" ucap Seno penuh keyakinan. "Katakan pada paman, biar aku saja yang menghadapi mereka!" Di tempatnya, Darius terang saja terkejut sekaligus tidak percaya. Setelah selesai berbicara dengan Ayah mertuanya, Seno berganti menghubungi Bagas. Namun, Seno terlebih dahulu menanyakan perkembangan tugas yang ia berikan kepada Bagas sebelumnya untuk mengurus perusahaan keluarga Herlambang yang disabotase. Bagas memberitahu jika ia bersama yang lainnya tengah mengurusnya. Setelah itu, Seno baru membicarakan masalah yang terjadi pada pabrik perusahaan tersebut. "Ternyata bukan cuma perusahaan saja yang disabotase Pak Bagas. Pabrik keluarga Herlambang pun sama. Ada
"Organisasi mafia?!" seru Bondan terkejut sekaligus heran. Bagaimana mungkin... Selama ini, perusahaan keluarganya belum pernah sekali pun berurusan dengan dunia mafia. Pun tidak memiliki bisnis ilegal atau bekerja sama dengan dunia bawah tersebut. "Apa nama organisasi mafia mereka? Suruhan siapa mereka? Dan apa maksud kedatangan mereka ke pabrik dan membuat keributan?!" cecar Bondan selagi bertanya-tanya. Sebelum seseorang yang ditanyainya menjawab, Bondan kembali mencecar, "Apakah kau sudah menemui mereka? Menanyakan maksud dan tujuannya?!" "S-sudah, Pak. Tapi mereka tidak mau memberitahu. Mereka malah menyuruhku untuk memanggil Presdir ke sini. Ketua dari mereka mengatakan ingin bertemu dengan anda." Kening Bondan berkerut. Mereka ingin bertemu dengannya? Di titik ini, Bondan menggeram. "Tidak bisa kah kau urus mereka? Kau bersama yang lainnya bisa mengusirnya, mereka paling hanya preman-preman kampung tidak jelas yang menginginkan uang. Kasih mereka uang saja. Tempuh jalur n