Share

Part 3

Author: Afsana qalbi
last update Last Updated: 2023-07-28 15:37:58

Aku mencubit lengannya. Kayaknya ini anak sudah habis kesabarannya supaya tidak tahan menampung rahasia. Wajah putihnya sudah memerah layaknya udang rebus, namun aku hanya berusaha santai seolah makian mereka tidak pernah nyangkut di telinga. 

 

"Sudahlah Tari. Temanmu itu emang kere sejak lahir. Gak usah deh pake di belain segala apalagi ngehaluin dia jadi anak orang kaya. Duit lima ratus ribu itu aja mungkin belum pernah tuh di pegang sama si Maryam seumur hidupnya." Ujar Thalita yang di angguki oleh yang lain.

 

"Benar itu, Tari."

 

"Bener. Jangan ngehalu deh."

 

"Jadi, bagaimana ini kak?"

 

Salah seorang anak smp itu kembali bersuara yang berhasil menghentikan semua cemoohan mereka. Kini, semuanya hanya saling pandang dan mengedikkan bahu masing-masing.

 

Sebenarnya aku ingin sekali membantu Mesi dalam masalah ini, kebetulan tadi pagi ayah memberiku uang kes satu juta karena di minta untuk membeli bahan kue di pasar sore setelah pulang sekolah nanti. Aku fikir ayah tidak akan keberatan jika uang ini aku pakai dalam rangka membantu orang lain. Toh, selama ini ayah selalu mengingatkan agar kami anak-anaknya harus bisa ringan tangan kepada siapapun yang membutuhkan. "Dalam rezeki yang Tuhan titipkan pada kita, ada hak orang lain. Dan tidak ada yang namanya uang hilang ketika kita bersedekah." 

 

Tapi, bagaimana caranya menyerahkan uang ini pada anak-anak itu padahal Thalita dan komplotannya ada di ruangan ini? Jangan sampai mereka tahu siapa aku sebenarnya.

 

"Mar, bantuin gih. Gak kasihan emang?"

 

Ujar Tari yang membuatku semakin serba salah. Akupun tidak tega sebenarnya. Tapi, entah bagaimana caranya mengantarkan uang ini ke depan.

 

"Gimana, kak?"

 

"Hmm....Emangnya donasinya kapan di antarkan ke rumah Mesi, Dek?" tanyaku pada ke tiga anak smp itu. Jika tidak di antarkan saat ini juga, pastilah nanti pulang sekolah masih bisa ku masukkan ke dalam kotak itu.

 

"Nanti sore kak. Setelah pulang sekolah. Rencananya kami akan mengantarnya langsung ke rumah sakit sambil membesuk ayahnya." jawab mereka.

 

"Ehem!!! Kok gerah ya, padahal dingin begini? Yang lain hati-hati tasnya. Entar ada yang hilang, lagi." Thalita mengibas-ngibaskan jilbab segi tiganya. Menatapku sinis dengan mencebikkan bibir atasnya.

 

"Kamu gak salah, Mar nanya-nanya kek begitu? Emangnya kamu ada uang?" tambah Nora menyelidik.

 

"Mungkin uang tabungan yang ia kumpul dari kelas satu sd. Hi...hi...." Suri menimpali.

 

"Duh, kasihan bet sih hidup. Jangan main bodoh gitu deh, Mar. Masa iya karena ingin terlihat keren malah ngegadaian uang tabungan. Lebih baik itu kamu beliin sama beras sekarung dan ayam satu ekor. Biar bisa makan enak sesekali." Thalita memberi saran. Sarannya bagus sih, hanya saja mungkin ia salah sasaran.

 

"Makasih sarannya, Ta." ujarku seadanya. Biarkan ia jungkrak jungkrak karena merasa menang.

 

"Nah, gitu dong. Punya otak kok oon begitu sih." imbuhnya lagi tertawa lepas. Dia gak sadar saja, andai otaknya yang di jual di pasaran pasti harganya cukup mahal karena jarang di pake. Hi..hi...

 

"Ya sudah. Nanti pulang sekolah Maryam yang menutupi kekurangannya." Tari angkat suara seakan tengah memberi pengumuman. Duh, ini anak kenapalah susah sekali di ajak kompromi.

 

"Yang benar kak, Mar?"

 

Ketiga  mata anak smp itu tampak berbinar.

 

"Ya. InsyaAllah. Tunggu aku sepulang sekolah di dekat kantin." ujarku akhirnya yang berhasil membuat semuanya melongo.

 

"Bagaimana mungkin? Ahh...Hati-hati barang curian!"

 

Thalita masih saja berkomentar. Namun aku tidak lagi peduli. Biarlah ia pusing tujuh keliling memikirkan dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu.

 

Bersambung....

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 45

    "Terima aja, kali bisa ngilangin suntuk." sahut Tari. Mendengarnya, aku kembali berfikir. "Bagaimana kalau dia punya niat buruk?""Masa iya kak Vino kayak gitu?""Yah, namanya juga laki-laki." aku bergidik ngeri mengatakan itu. Pasalnya, akhir-akhir ini sudah cukup banyak para remaja yang punya kelakuan di luar batas. Berprilaku brutal, mengedepankan ego, emosi, dan juga nafsunya. Hingga tak sedikit para wanita yang menjadi korban akibat peegaulan yang tak terjaga.Ku tahu wanita di dalam Islam sangat dijaga kehormatannya, karena dalam Islam wanita dipandang sebagai perhiasan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagai bukti bahwa wanita didalam Islam diwajibkan untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya, secara tidak langsung semua itu menandakan bahwa wanita dalam Islam adalah suatu hal yang berharga.Wanita di dalam Islam memiliki aurat yang harus dijaganya dari orang-orang yang bukan mahramnya. Karena dikhawatirkan bisa mengundang hawa nafsu kaum A

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 44

    "Belajar yang baik. Saya yakin suatu saat nanti kamu bakalan menjadi gadis yang sukses dan mendapatkan jodoh yang terbaik."Pak Askari mengelus kepalaku. Ia tersenyum namun bukan denganku. Ku tahu kalau sebentar lagi ia akan menjadi milik wanita lain, namun salahkah jika perasaan ini masih memiliki sisa cinta untuknya? Di balkon ruang kelas ini, aku dan pak Askari menikmati hembusan angin dengan segelintir cahaya yang menyapa kulit. Tak ada perjanjian awalnya, tiba-tiba setelah bel istirahat berbunyi beliau menemuiku dan mengajakku berbicara empat mata.Satu minggu setelah kepergian ayah, aku baru masuk sekolah hari ini. Itupun bukan karena batin dan fisik kembali kuat namun tuntutan pendidikan yang harus bagaimanapun akan aku kejar. Selain demi menjalani permintaan terakhir ayah, tentunya demi masa depan. Ku harap, akan ada pelangi yang menerpa setelah sekian lama di guyur hujan. Semangat memang mungkin sudah berkurang, tapi bukankah tetap akan sampai walau hanya berjalan terseok-seo

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 43

    [Mar...Kalau sudah pulang sekolah, datang ke rumah sakit, ya. Ayah nanyain kamu dari tadi.]Satu pesan dari ibu di aplikasi hijau membuatku segera menukar seragam sekolah. Sebenarnya belum sampai lima menit aku tiba di rumah, namun sebelum mengganti baju aku lebih dulu menyantap makan siang karena saat di sekolah malas ke kantin. Sekejam itu rupanya jika bermasalah dengan hati. Pantas saja orang-orang bilang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati.Di rumah ini hanya ada aku dan Bibi. Bang Rofiq memang dari semalam belum juga pulang dari rumah sakit karena tak mau membiarkan ibu di sana sendirian. Sedangkan para pekerja perkebunan yang biasa nginap di sini sudah kembali bekerja. Hari ini adalah hari panen sawit dan coklat yang mana besok pagi harus di antarkan langsung ke pabriknya."Mbak Anjela tadi jam sepuluh pulang loh, Neng. Tahu, kan?"Saat aku memasang kaos kaki baru, bibi mendatangiku. Ia tengah membawa mangkok kecil berisi bibit cabe rawit juga bibit terong kampung."Pulan

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 42

    Usai kedatangan pak Fajri ke rumah sakit, akhirnya pihak polisi memutuskan untuk mengamankan Thalita di penjara. Pak Fajri lah sebenarnya yang ikut mengurus semua permasalahan ini, sedangkan aku masih saja sungkan untuk mengusut lebih jauh karena Thalita anaknya pak Fajri. "Saya ikhlas jika Thalita menerima semua ganjaran atas apa yang sudah ia lakukan. Saya akan ikut mencari keberadaannya agar segera di proses hukum." titah pak Fajri waktu itu."Maaf, Pak. Anggap saja apa yang sudah menimpa kami ini sebagai musibah. Masalah Thalita, sudah kami maafkan." ujar ibu berusaha menenangkan. Tapi, pak Fajri tidak mau menerima kalimat ibu. Katanya, Thalita hanya akan terus-terusan merasa enjoy jika setiap kesalahannya di beri maaf.Dua hari setelah pertemuan itu, akjirnya jejak Thalita bisa kami ketahui. Rupanya, ia berada di rumah kosan bu Meri yang berada tak jauh dari komplek Rizano."Akhirnya musuh terbesarmu minggat juga, Say. Gak sabar melihatmu hidup tenang kayak dulu lagi." ujar Tari

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 41

    "Maaf, Pak. Maryam tidak bisa jika syaratnya harus seperti itu." tukasku dengan bibir bergetar. Dalam hati ini cukup perih mengatakan kalimat itu, namun apa daya? Pendidikanku harus aku utamakan. Seperti Tari bilang, andai pak Askari benar-benar menyukaiku pastilah ia sabar menungguku dan bisa menenangkan mama Renata.Kepala pak Askari seketika mendongak. Matanya tak kalah berkaca-kaca dan siap turun membasahi wajahnya. "Ja-jadi kamu mau mundur?""Jika syaratnya seperti itu, saya mundur. Maaf, Pak."Aku membungkukkan sedikit kepala dengan kedua tangan aku telungkupkan. Lalu, beranjak dari kursi dan mengajak Tari untuk pulang. Percuma berlama-lama berada di sini. Hanya akan menambah goresan di hati yang akan susah di sembuhkan. Aku percaya, jika pak Askari tidaklah akan memilihku di bandingkan mamanya. Karena ia tipe lelaki yang tak bisa membantah keinginan orangtua ataupun kakak-kakaknya selama ini.Dari halaman cave ini, aku masih melihat pak Askari berdiri di samping meja yang sedar

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 40

    Aku tidak menyangka jika ponsel ini milik Thalita. Ponsel yang dulunya ia bilang hilang karena aku curi. Kini, malah ada di tanganku. Membuat kecurigaan besar jika ialah pelaku kebakaran waktu itu."Kita harus menyelidiki semua ini, Say. Jangan biarkan lagi penjahat seperti Thalita berkeliaran." ujar Tari antusias."Terus kita harus ke kantor polisi sekarang?"Ia mengangguk. Lalu mengajakku berangkat menuju kantor polisi yang ada di pusat kabupaten. Kata Tari, kasus ini akan mudah di selidiki jika kami pergi ke kantor kabupaten. Soalnya di sana ada adik ibunya yang bekerja sebagai polisi daerah.Cukup tiga puluh menit waktu yang kami butuhkan untuk sampai di halaman kantor. Untungnya, pamannya Tari mudah kami jumpai karena ia tengah berada di lapangan bersama teamnya.Permasalahan ini langsung di adukan oleh Tari seditel mungkin. Tak lupa ia menyerahkan barang bukti yang aku temukan pagi tadi juga membeberkan masalah demi masalah yang selama ini Thalita torehkan."Baiklah. Sekarang ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status