Share

Part 5

Penulis: Afsana qalbi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-28 15:39:07

Suri dan Nora segera menarik tangan Thalita yang masih terbaring di lantai. Sedangkan Afkar sudah mendapatkan ponsel yang sedari ia incar dan menghapus vidio Thalita. Setelah itu, ia keluar ruangan dan tidak kembali lagi.

 

Dan aku?

 

Aku malah menjadi salah tingkah sekarang. Antara ingin tertawa dan mengasihani nasib Thalita yang kini keningnya sudah tampak benjolan sebesar bakpau dengan warna kehijau-hijauan. Ia terus meringis kesakitan namun tak juga reda mengumpatiku dengan kata-kata kotor. Begini memang kalau keras kepala, sudah kena karma belum juga sadar diri.

 

"Kita bawa ke ruang uks saja, Sur." ajak Nora pada Suri sebelum mereka meninggalkan kelas. Aku dan Tari tidak diam saja, tapi kami masih mengekori ketiganya meski tidak turut membantu menuju ruang uks.

 

"Bagaimana ini kejadiannya, kok bisa seperti ini, Tha?" Bu Ririn terlihat panik. Tangannya masih sibuk memberi obat luka ke kening Thalita yang ternyata sempat tergores dan mengeluarkan darah meski hanya beberapa tetes.

 

"Itu, Bu. Di dorong sama Maryam." tuduhnya asal yang membuatku seketika mengangkat kepala. Jahat sekali.

 

"Kok malah aku yang kamu salahin, Tha? Bukannya kamu sendiri yang awalnya membuat ulah?" sanggahku. Di rendahkan karena terlihat miskin mungkin tidak masalah bagiku. Tapi jika sudah di fitnah aku tidak bisa terima. Semua itu, menyangkut harga diri. Jika sampai Thalita menyebar kebohongan semakin buruklah namaku di sekolah ini.

 

"Benar itu, Bu. Thalita yang duluan membuat masalah." bela Tari. Ia mencebikkan mulutnya ke arah Thalita dan dua sahabatnya.

 

"Halah....Dari keadaan Thalita saja kita sudah bisa menilai siapa di sini yang bersalah." Suri tak mau kalah. Ia menunjuk-nunjuk kening Thalita yang kini benjolannya semakin membesar. Padahal sudah di beri obat oleh bu Ririn. 

 

"Nah, bener itu Sur. Ibu lihat deh kening Thalita, benjol kayak begitu. Bagaimana mungkin bisa seperti itu kalau tidak ada yang mendorongnya? Benar kan, Tha?" tambah Nora memprovokasi. Memang kalau otak-otak licik ya begini. Tidak mau kalah meski sudah jelas bersalah.

 

Bu Ririn tampak bingung. Melihat ke arahku dan Thalita bergantian. Mungkin beliau pun belum bisa memutuskan siapa di sini yang salah dan siapa yang benar. Namun, beliau masih belum memberikan keputusan. Beliau terus mendengarkan ocehan dari dua belah pihak.

 

"Kalau udah berani mencelakai orang kayak gini, sebaiknya kita panggil saja orangtuanya, Bu. Biar tau nih kelakuan si Maryam di sekolah. Udahlah miskin, belagu lagi. Di kiranya ayahnya banyak duit untuk bayarin biaya rumah sakit?" imbuh Thalita memberi saran.

 

"Wah....Ide bagus itu, Tha. Biar orang-orang pada tahu gimana bentuk wajahnya ayah si Maryam yang kerjanya main lumpur itu. Iiih....Gak kebayang pokoknya." Suri memberi dukungan dengan menjujukan dua jempol tangannya, kemudian lanjit mengapit hidungnya. Seolah-olah begitu jijik dengan ayahku.

 

"Sudahlah, Thalita....Kalian saling memaafkan saja ya, Nak.  Mungkin Maryam tidak sengaja." bu Ririn menengahi. Tapi Thalita dan dua temannya langsung menolak, dengan alasan yang bersalah harus mendapatkan ganjaran.

 

Akupun sama sekali tidak memberontak. Jika mereka maunya di perpanjang ya sudah. Toh aku tidak bersalah, untuk apa harus takut?

 

"Jadi bagaimana lagi, Tha? Masalah kecil seperti ini tidak perlu kita perpanjang. Saling memaafkan saja, ya. Ini lukanya juga sebentar lagi akan sehat, kok." pinta bu Ririn lagi. Berharap agar Thalita melunak hatinya namun sayangnya malah semakin melunjak. "Tidak bisa, Bu. Di sini aku adalah korbannya. Masa iya aku biarkan penjahatnya lepas begitu saja."

 

"Ya sudah. Kita selesaikan masalah ini ke kantor!"

 

Ketiganya terbelalak. Saling pandang dan langsung menggeleng tidak setuju. "Tidak usah di sidang segala dong, Bu. Orangtuanya langsung di panggil saja. Toh, sudah jelas aku yang menjadi korban."

 

"Jelaskan nanti di kantor. Ayo, Maryam. Kita ke kantor sekarang." Bu Ririn berjalan lebih dulu meninggalkan ruang uks.

 

Aku mengangguk, menggandeng tangan Tari untuk mengikutiku ke dalam kantor. Rasanya, sudah tidak sabar ingin melihat Thalita dan dua sahabatnya menahan malu karena telah membuat tuduhan palsu. Untung saja Tari cepat tanggap dengan menyalakan kamera ponselnya di saat Thalita mulai membuat ulah. Vidio itu cukup kami perlihatkan pada kepala sekolah dan para guru, aku percaya dengan melihat itu saja sudah bisa menjelaskan semuanya.

 

"Maryam, ada apa?"

 

Langkahku seketika terhenti dengan meremas erat jari jemari Tari kala melihat pak Askari berdiri beerapa senti di hadapanku. Sepertinya guru muda ini baru saja keluar dari mushalla sekolah yang letaknya memang berdekatan dengan ruang uks. Terlihat dari rambutnya yang masih menyisakan tetes-tetesan air wudhu' hingga menambah aura ketampanannya. Ya Allah....Himpit hati ini, jangan sampai terlepas.

 

"Ti-Tidak ada apa-apa, Pak." jawabku gelagapan. Entah kenapa berhadapan dengan guru muda ini malah membuatku salah tingkah sendiri. Jantung berdentum-dentum dan keringat dingin.  Apakah ini yang di namakan cinta? Orang bilang, jika jantung berdebar-debar saat bertemu lawan jenis itu pertanda cinta. Namun, rasanya jika berpapasan dengan preman pasarpun jantungku berdebar-debar juga. Hufh....Terus, ini apa?

 

 

Tuhan....

 

Beri petunjukmu.

 

"Baiklah. Saya masuk ke kantor dulu." ujarnya tersenyum. Manis sekali. Bukan semanis gula, tapi semanis madu asli. Hingga semutpun tak bisa mengerubungi kecuali hanya aku. Eh....

 

 

Sadar Maryam.....Sadar.... 

 

Cita-citamu masih tinggi. Jangan macam-macam!

 

Aku menepuk-nepuk sebelah pipiku. Rasanya sebal juga dengan perasaan langka ini. 

 

"Pipinya jangan di pukul seperti itu. Entar cantiknya hilang."

 

 

Deg!

 

 

Dia bilang apa tadi?

 

 

Pak, bisa di ulang lagi gak kalimatnya?

 

Bersambung.....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 45

    "Terima aja, kali bisa ngilangin suntuk." sahut Tari. Mendengarnya, aku kembali berfikir. "Bagaimana kalau dia punya niat buruk?""Masa iya kak Vino kayak gitu?""Yah, namanya juga laki-laki." aku bergidik ngeri mengatakan itu. Pasalnya, akhir-akhir ini sudah cukup banyak para remaja yang punya kelakuan di luar batas. Berprilaku brutal, mengedepankan ego, emosi, dan juga nafsunya. Hingga tak sedikit para wanita yang menjadi korban akibat peegaulan yang tak terjaga.Ku tahu wanita di dalam Islam sangat dijaga kehormatannya, karena dalam Islam wanita dipandang sebagai perhiasan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagai bukti bahwa wanita didalam Islam diwajibkan untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya, secara tidak langsung semua itu menandakan bahwa wanita dalam Islam adalah suatu hal yang berharga.Wanita di dalam Islam memiliki aurat yang harus dijaganya dari orang-orang yang bukan mahramnya. Karena dikhawatirkan bisa mengundang hawa nafsu kaum A

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 44

    "Belajar yang baik. Saya yakin suatu saat nanti kamu bakalan menjadi gadis yang sukses dan mendapatkan jodoh yang terbaik."Pak Askari mengelus kepalaku. Ia tersenyum namun bukan denganku. Ku tahu kalau sebentar lagi ia akan menjadi milik wanita lain, namun salahkah jika perasaan ini masih memiliki sisa cinta untuknya? Di balkon ruang kelas ini, aku dan pak Askari menikmati hembusan angin dengan segelintir cahaya yang menyapa kulit. Tak ada perjanjian awalnya, tiba-tiba setelah bel istirahat berbunyi beliau menemuiku dan mengajakku berbicara empat mata.Satu minggu setelah kepergian ayah, aku baru masuk sekolah hari ini. Itupun bukan karena batin dan fisik kembali kuat namun tuntutan pendidikan yang harus bagaimanapun akan aku kejar. Selain demi menjalani permintaan terakhir ayah, tentunya demi masa depan. Ku harap, akan ada pelangi yang menerpa setelah sekian lama di guyur hujan. Semangat memang mungkin sudah berkurang, tapi bukankah tetap akan sampai walau hanya berjalan terseok-seo

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 43

    [Mar...Kalau sudah pulang sekolah, datang ke rumah sakit, ya. Ayah nanyain kamu dari tadi.]Satu pesan dari ibu di aplikasi hijau membuatku segera menukar seragam sekolah. Sebenarnya belum sampai lima menit aku tiba di rumah, namun sebelum mengganti baju aku lebih dulu menyantap makan siang karena saat di sekolah malas ke kantin. Sekejam itu rupanya jika bermasalah dengan hati. Pantas saja orang-orang bilang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati.Di rumah ini hanya ada aku dan Bibi. Bang Rofiq memang dari semalam belum juga pulang dari rumah sakit karena tak mau membiarkan ibu di sana sendirian. Sedangkan para pekerja perkebunan yang biasa nginap di sini sudah kembali bekerja. Hari ini adalah hari panen sawit dan coklat yang mana besok pagi harus di antarkan langsung ke pabriknya."Mbak Anjela tadi jam sepuluh pulang loh, Neng. Tahu, kan?"Saat aku memasang kaos kaki baru, bibi mendatangiku. Ia tengah membawa mangkok kecil berisi bibit cabe rawit juga bibit terong kampung."Pulan

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 42

    Usai kedatangan pak Fajri ke rumah sakit, akhirnya pihak polisi memutuskan untuk mengamankan Thalita di penjara. Pak Fajri lah sebenarnya yang ikut mengurus semua permasalahan ini, sedangkan aku masih saja sungkan untuk mengusut lebih jauh karena Thalita anaknya pak Fajri. "Saya ikhlas jika Thalita menerima semua ganjaran atas apa yang sudah ia lakukan. Saya akan ikut mencari keberadaannya agar segera di proses hukum." titah pak Fajri waktu itu."Maaf, Pak. Anggap saja apa yang sudah menimpa kami ini sebagai musibah. Masalah Thalita, sudah kami maafkan." ujar ibu berusaha menenangkan. Tapi, pak Fajri tidak mau menerima kalimat ibu. Katanya, Thalita hanya akan terus-terusan merasa enjoy jika setiap kesalahannya di beri maaf.Dua hari setelah pertemuan itu, akjirnya jejak Thalita bisa kami ketahui. Rupanya, ia berada di rumah kosan bu Meri yang berada tak jauh dari komplek Rizano."Akhirnya musuh terbesarmu minggat juga, Say. Gak sabar melihatmu hidup tenang kayak dulu lagi." ujar Tari

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 41

    "Maaf, Pak. Maryam tidak bisa jika syaratnya harus seperti itu." tukasku dengan bibir bergetar. Dalam hati ini cukup perih mengatakan kalimat itu, namun apa daya? Pendidikanku harus aku utamakan. Seperti Tari bilang, andai pak Askari benar-benar menyukaiku pastilah ia sabar menungguku dan bisa menenangkan mama Renata.Kepala pak Askari seketika mendongak. Matanya tak kalah berkaca-kaca dan siap turun membasahi wajahnya. "Ja-jadi kamu mau mundur?""Jika syaratnya seperti itu, saya mundur. Maaf, Pak."Aku membungkukkan sedikit kepala dengan kedua tangan aku telungkupkan. Lalu, beranjak dari kursi dan mengajak Tari untuk pulang. Percuma berlama-lama berada di sini. Hanya akan menambah goresan di hati yang akan susah di sembuhkan. Aku percaya, jika pak Askari tidaklah akan memilihku di bandingkan mamanya. Karena ia tipe lelaki yang tak bisa membantah keinginan orangtua ataupun kakak-kakaknya selama ini.Dari halaman cave ini, aku masih melihat pak Askari berdiri di samping meja yang sedar

  • Ayahku Tidak Tamat SD   Part 40

    Aku tidak menyangka jika ponsel ini milik Thalita. Ponsel yang dulunya ia bilang hilang karena aku curi. Kini, malah ada di tanganku. Membuat kecurigaan besar jika ialah pelaku kebakaran waktu itu."Kita harus menyelidiki semua ini, Say. Jangan biarkan lagi penjahat seperti Thalita berkeliaran." ujar Tari antusias."Terus kita harus ke kantor polisi sekarang?"Ia mengangguk. Lalu mengajakku berangkat menuju kantor polisi yang ada di pusat kabupaten. Kata Tari, kasus ini akan mudah di selidiki jika kami pergi ke kantor kabupaten. Soalnya di sana ada adik ibunya yang bekerja sebagai polisi daerah.Cukup tiga puluh menit waktu yang kami butuhkan untuk sampai di halaman kantor. Untungnya, pamannya Tari mudah kami jumpai karena ia tengah berada di lapangan bersama teamnya.Permasalahan ini langsung di adukan oleh Tari seditel mungkin. Tak lupa ia menyerahkan barang bukti yang aku temukan pagi tadi juga membeberkan masalah demi masalah yang selama ini Thalita torehkan."Baiklah. Sekarang ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status