Share

Janji di Makam

Author: Vicka Villya
last update Last Updated: 2023-10-27 08:08:52

Suasana duka menyelimuti kediaman Megantara. Keluarga, kerabat, kolega dan begitu banyak pelayat yang datang bahkan hingga pejabat pemerintah memenuhi rumah duka sebab semasa hidupnya, Tuan Megantara adalah orang yang terkenal dan juga merupakan konglomerat dengan banyaknya anak perusahaan dan juga banyak membantu negara dari segi ekonomi maupun sosial.

Nampak Diaz sangat sedih, ia adalah kesayangan ayahnya dan yang paling sering membuat ayahnya kecewa sebab dulu selalu saja membangkang tetapi ia berhasil memajukan perusahaan ayahnya tersebut hingga akhirnya menjadi kebanggaan.

Belum lagi keinginan ayahnya untuk menggendong cucu darinya dan Diana, hal itu belum bisa ia wujudkan dan setelah ini ia akan memikirkan bagaimana agar Diana bisa hamil mengingat istrinya itu sempat minggat dari rumah.

"Ma, sebaiknya Mama istirahat di kamar, nanti saat waktu penguburan aku akan membangunkan Mama. Wajah Mama terlihat sangat pucat, atau Mama biar aku buatin teh hangat? Mama mau ya," ucap Diana dengan suara yang begitu lembut, ia sangat prihatin dengan kondisi mama mertuanya yang biasanya terlihat cantik, glowing dan penuh dengan energi positif itu kini justru terlihat begitu rapuh.

Indria menggeleng, ia hanya meminta Diana untuk duduk di sampingnya menemani dirinya sambil menatap jenazah suaminya yang sebentar lagi akan dimandikan.

"Tidak perlu repot-repot, sayang. Mama baik-baik saja dan Mama hanya sedang berusaha untuk tidak meninggalkan papamu sebelum dia selamanya tidak bisa lagi Mama pandangi. Kamu juga sebaiknya istirahat, sudah dari tadi Mama perhatikan kamu terlalu sibuk melayani para pelayat, beristirahatlah Nak," ucap Indria sambil tersenyum lembut pada menantu kesayangannya itu.

Diana menipiskan bibirnya kemudian ia memeluk ibu mertuanya yang selama lima tahun ini begitu baik dan selalu mengerti dirinya. Diana bahkan merasa Indria bukan lagi mertuanya melainkan ibu kandungnya.

Dari arah berbeda, sepasang mata elang Diaz menangkap interaksi istri dan mamanya yang terlihat begitu hangat. Ia bisa melihat senyuman mamanya yang sejak tiba di kediaman ini tidak pernah dilihat olehnya dan istrinya yang tengah memeluk penuh sayang pada mamanya dan tak lupa keduanya bahkan nampak saling memberi support.

'Sumpah demi apapun tidak akan aku lepaskan kamu Di. Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku karena selamanya istriku hanya ada kamu seorang. Aku emang bejat dan bajingan sebab aku memanfaatkan kamu untuk kepentinganku khususnya kebahagiaan orang tuaku, tapi percayalah kamu memegang penuh kekuasaan nyonya Megantara,' gumam Diaz dalam hati.

Andaikan Diaz tahu, Diana tidak butuh sanjungan dan nama besar yang mendompleng hidupnya, ia hanya membutuhkan cinta tulus suaminya. Selama ini Diaz tahu istrinya itu juga jarang menggunakan uang bulanan yang ia berikan jika tidak penting, hanya saja Diaz acuh dan ia memiliki dunia dan kebebasannya sendiri yang tidak bisa diganggu-guguat.

Kini tibalah prosesi pemakaman, keluarga besar Megantara yang terdiri dari satu istri, dua anak, dua menantu dan satu orang cucu tengah berjongkok mengelilingi pusara tersebut dengan tanah yang sudah dihiasi dengan bunga-bunga cantik.

Hanya ada keheningan di sana tetapi masing-masing dari mereka menyimpan banyak kata dalam pikiran. Beberapa saat kemudian Dewi — kakak Diaz berpamitan untuk pulang lebih dulu sebab ia sedang hamil muda.

Kini tinggallah tiga orang di makam yang masih basah itu, Indria hanya bisa terus membacakan doa untuk suaminya dalam keheningan sedangkan Diana memperhatikan raut wajah Diaz yang lelah dan penuh duka. Jika saja hubungan rumah tangga mereka seperti pasangan suami-istri pada umumnya, mungkin Diana akan memeluk Diaz ... tetapi hubungan mereka tidak sesimpel itu, ada tembok besar dan tinggi yang menghalangi keinginan Diana tersebut.

Indria menatap anak dan menantunya. Ia tersenyum saat Diana membalas tatapannya sedangkan Diaz hanya menatap datar saja pada mamanya yang ia lihat semakin rapuh setelah ditinggal belahan jiwannya. Diaz tidak ingin menunjukkan kesedihan, ia harus menjadi yang paling kuat di sini.

"Diaz, Diana, apakah kalian tahu tanah kosong di sebelah itu sudah Mama pesan untuk milik Mama nanti? Mama sangat ingin berdekatan terus bersama Papa, entah kapan waktu akhir Mama menemani kalian, yang pasti ketika hari itu tiba ingatkah bahwa Mama sudah membeli tanah itu dan makanmkan Mama tepat di sebelah papamu," ucap Indira yang membuat Diaz dan Diana terkejut.

Diana yang berada di samping Diaz langsung berpindah tempat ke samping mertuanya lalu memeluknya dari samping.

"Enggak Ma, jangan ngomong kayak gitu karena Mama akan lama bersama kami," pinta Diana, ia baru saja kehilangan sosok ayah mertua dan kini ibu mertuanya mengatakan hal yang sangat menyayat hati Diana, ia tidak akan membiarkan mertuanya itu terpuruk.

Indria tersenyum saat tatapannya beradu dengan Diaz, seakan ia ingin mengatakan banyak hal dan Diaz langsung menundukkan kepalanya saat melihat senyuman serta ekspresi wajah mamanya yang sepertinya sedang mencoba menegaskan sesuatu.

"Kalian tahu kisah cinta dan rumah tangga Mama dan Papa adalah kisah yang sangat romantis yang bisa Mama ceritakan dengan bangga kepada anak dan cucu, maka dari itu Mama juga ingin kalian seperti itu ...."

Diaz dan Diana saling menatap kemudian dengan cepat Diana menundukkan pandangannya.

'Di ...,' lirih Diaz dalam hati.

Indria nampak menghela napas, ia akan kembali melanjutkan ucapannya. "Mama ingin di depan makam papa kalian harus berjanji untuk hidup bahagia bersama dan jangan pernah terpikirkan untuk saling meninggalkan dan juga kalian harus selalu saling menyayangi dan mencintai tanpa menghadirkan orang ketiga dalam hubungan kalian ... Diaz jaga istrimu ini karena Papa berpesan untuk selalu memastikan hubungan kalian baik-baik saja ...."

Diaz dan Diana saling memandang, rasanya Diaz terus tertohok dengan ucapan-ucapan mamanya yang seakan tahu seperti apa rumah tangganya dengan Diana.

Diana menggigit bibirnya, baru tadi pagi ia hendak meninggalkan rumah itu dan menggugat cerai sang suami, tetapi sore ini di makam, di mana senja hampir berganti dengan sinar rembulan ia diminta untuk saling berjanji.

'Apa aku bisa ya Tuhan? Aku benar-benar tidak sanggup hidup bersama dengan Mas Diaz lagi. Hatiku sudah dibuat hancur dan aku juga tidak bisa mengabaikan perasaan mertuaku yang sudah begitu baik padaku. Aku harus bagaimana?' jerit Diana dalam hati.

Diaz dan Diana kembali beradu tatap, jika suaminya menatapnya sendu maka Diana menatapnya dengan datar. Diaz berdecak dalam hati, sepertinya istrinya masih belum bisa diluluhkan sekalipun oleh mertuanya sendiri.

"Tentu Ma, Diaz dan Diana akan selalu bersama dan akan terus menjaga keharmonisan rumah tangga kami sampai maut memisahkan. Diaz sayang Diana, Ma," ucap Diaz sambil tersenyum kepada sang istri.

Diana sempat terbengang sesaat kemudian ia segera mengalihkan pandangannya. Jika yang berbicara itu adalah Diaz yang belum ketahuan berselingkuh, maka Diana pasti sudah terbang ke awan mendengar ucapan manis Diaz yang selalu ia dambakan. Tetapi ini lain, ia sudah tahu siapa suaminya dan seberapa manipulatifnya dia.

Tidak ada perasaan senang di hati Diana, rasanya hambar lalu berubah menjadi masam. Ucapan Diaz tidak lagi nampan untuk mengobati sakit di hatinya.

'Dia masih marah rupanya. Tidak masalah, selagi ada Mama di dekat kami, dia tidak akan pernah berani pergi. Kamu sudah ditakdirkan untuk menjadi nyonya Megantara, Diana Alisha. Jangan pernah berharap untuk pergi kecuali aku yang melepaskanmu!' ucap Diaz dalam hati.

Indria menatap Diana dengan mata berkaca-kaca. Ia menanti jawaban dari sang menantu. Sebenarnya ada perasaan mengganjal dan dari sorot mata Indria, jelas ia menyimpan banyak beban yang sulit diartikan oleh Diana yang merasa mertuanya itu sedang memikirkan kehilangan sang belahan jiwa.

"Bagaimana denganmu, Di? Apakah kamu bersedia berjanji untuk hidup dan mendampingi anak mama sampai seumur hidup? Sebelum Papa kalian meninggal, dia berpesan agar hidup anak-menantunya selalu rukun seperti kami hingga ajal memisahkan. Mau 'kan berjanji sama Mama dan Papa?"

Diana tergugu, ia bimbang karena hatinya benar-benar sudah ingin lepas dari suami manipulatif dan bejat itu. Tetapi ia benar-benar tidak tega saat menatap kedua mata mertuanya yang selama ini selalu menyayanginya dan mengajarkan banyak hal. Darinya Diana memperoleh kasih sayang dan juga merasakan kembali kehangatan dan kelembutan seorang ibu.

Diana mana tega menghancurkan hati wanita ini. Tetapi bagaimana dengan hatinya sendiri? Haruskah ia menjaga perasaan orang lain lantas mengabaikan perasaannya sendiri?

"A-aku ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ayo Cerai Mas!   Bab 22

    Tubuh Diana menegang begitu tahu apa yang selama ini disembunyikan mertuanya. Dia menanti mulut itu terbuka lagi untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi."Diaz itu adalah anak Mama yang sangat nakal tetapi menyimpan kepedulian yang hampir tidak terlihat. Semua ini salah Mama, jika saja Mama bisa menegurnya dan membuatnya berubah ...."Indria mengambil tangan menantunya yang selama ini membuatnya banyak merasa bersalah karena secara tidak langsung sudah menjebaknya dalam pernikahan toxic bersama putranya yang tidak pernah serius dalam menjalin hubungan."Dulu Mama sudah pasrah karena Diaz berkata dia tidak akan pernah menikah. Semua itu karena pengalaman pribadi keluarga kami. Sebelum rumah tangga Mama dan Papa ini terlihat harmonis, kami dulu pernah berjuang melawan badai yang hampir menghancurkan rumah tangga ini. Semua karena godaan perempuan yang memanfaatkan kekuasaan Papa."Indria akhirnya memilih membuka tabir keluarga mereka di mana dulu dia dan mendiang suamianya pernah

  • Ayo Cerai Mas!   Ada Aku Ma

    Pesawat yang ditumpangi Diaz dan Diana kini telah mendarat. Dengan terburu-buru pasangan tersebut keluar dan masuk ke dalam mobil yang sudah menanti mereka. Sejak di dalam pesawat Diaz tak bisa tenang. Ia khawatir terjadi sesuatu yang begitu buruk pada wanita yang telah melahirkannya itu. Diaz telah kehilangan sosok Ayah, ia tak ingin kehilangan lagi sosok Ibu.Diana juga tahu kegelisahan suaminya, tak bisa ia pungkiri pun ia sangat gelisah. Ibu mertuanya menyayanginya begitu sangat, seakan mereka bukanlah pasangan anak menantu dan mertua. Diana diperlakukan bagaikan anak kandung sehingga rasa khawatir itu tak kalah dari yang dirasakan Diaz."Di, Mama," lirih Diaz, ia meremas tangan Diana, mencoba menyalurkan apa yang tengah ia rasakan."Kita harus tetap tenang, Mas. Lebih baik kita berdoa agar Mama baik-baik saja," ucap Diana mencoba menenangkan Diaz, padahal di sini ia juga tak kalah risau.Mobil yang ditumpangi Diaz dan Diana terasa begitu lamban padahal sopir sudah mengerahkan kec

  • Ayo Cerai Mas!   Kabar Buruk

    Arunika kembali menampakkan kehadirannya, debur ombak sayup-sayup terdengar menenangkan indera. Embusan angin dan sapuan lembut di pipi juga membantu Diana membuka kedua mata indahnya. Di hadapannya kini tampak seorang pria dengan pahatan wajah yang begitu sempurna mendeskripsikan bagaimana Tuhan sedang begitu bahagia saat menciptakannya. Alis tegas serta hidung mancung itu seakan begitu pantas diberikan padanya, belum lagi rahang tegas dan bulu mata uang yang lentik, semakin menambah kesan tampan padanya. Jangan lupakan senyum menawan dari bibir yang sering berkata manis tetapi menghasilkan empedu bagi Diana, ah jika mengingat semua itu rasanya ia ingin kembali tertidur dan bermimpi. Mimpi? Diana bahkan ingat yang terjadi semalam bukanlah sekadar mimpi belaka. Diaz begitu dekat dengannya seperti saat ini, saat suaminya begitu dekat dengan wajahnya. Mengingatnya membuat Diana tersipu."Selamat pagi My Wife, apakah tidurmu menyenangkan?"Sapaan Diaz tersebut semakin mempertegas keja

  • Ayo Cerai Mas!   Di bawah sinar rembulan

    "Mecca?"Diaz menyebut nama tersebut namun panggilan langsung berakhir. Sepertinya tebakannya benar, ia juga tidak akan lupa dengan suara itu. Wanita yang pernah begitu dekat dengannya."Mas," panggil Diana.Diaz terkejut, ia tidak tahu sejak kapan Diana duduk di hadapannya dan apakah ia mendengar nama yang tadi disebutkan olehnya. Oh semoga saja tidak. Diaz tidak ingin bertengkar di tempat ini dan yang pasti ia lelah jika harus memohon."Kamu sudah selesai?" tanya Diaz dan Diana mengangguk sebagai jawaban."Apakah kita akan tetapi di sini, Mas?" tanya Diana.Diaz tersenyum. "Tentu saja tidak, kita akan jalan-jalan untuk menikmati udara dan keindahan malam di sekitar sini. Oh ya, aku sudah memesankan sepatu flat yang bisa kamu pakai. Lepaskan lagi sepatumu itu," ucap Diaz seraya menyerahkan sebuah paper bag.Diana merasa tersanjung. Mengenai pakaian dan penampilan Diaz memang paling ahli. Kadang Diana bertanya dalam hati bagaimana bisa suaminya itu mengerti tentang fashion wanita dan

  • Ayo Cerai Mas!   Makan Malam Romantis

    Dahi Diaz mengernyit. Ia merasa heran dengan sikap Diana yang mendadak berubah dan kembali menolaknya. Entah apa yang ada di pikiran istrinya itu saat ini, tetapi Diaz tidak akan memaksanya, mungkin Diana sudah begitu lelah melayaninya yang seakan tiada hentinya melakukan pergulatan tersebut."Kamu lelah, Di?" tanya Diaz sambil memasang senyuman penuh kepalsuan. Ia adalah orang yang paling tidak suka mendapatkan penolakan, namun demi tetap menjaga keberadaan istrinya di sisinya, ia akan menahan segala rasa yang menurutnya merupakan sebuah penghinaan.Diana tersadar akan ucapannya dan pikirannya yang membuat ia teringat akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Harusnya ia tidak melakukan itu sebab suaminya ini sudah terlihat berubah semenjak kematian ayah mertua. Diana hanya terbawa suasana saja."Bu-bukan, Mas. Aku hanya ingin menikmati suasana malam di tempat ini," jawab Diana terbata, susah payah ia mencari alasan yang masuk akal agar Diaz percaya padanya.Diaz menggulum senyuman. Ru

  • Ayo Cerai Mas!   Untuk Pertama Kali

    Diaz mengajak Diana bermain di pantai, sebelumnya mereka menikmati kelincahan lumba-lumba bermain dan itu membuat Diana merasa senang. Diaz tak pernah melepaskan genggaman tangannya, Diana merasa sangat dicintai oleh sang suami. Hatinya menolak merasakan bahwa ini adalah salah satu trik suaminya untuk kembali menarik simpati dan juga perhatiannya."Mas, terima kasih sudah mengajakku ke tempat ini. Benar apa yang dijelaskan di artikel itu, tempat ini sangat indah. Jika bukan karena menikah denganmu mungkin aku tidak akan pernah datang ke tempat ini," ucap Diana saat mereka sedang berjalan-jalan di tepi pantai. Ombak dan pasir yang terasa di kaki Diana membuatnya rileks. Belum lagi rasa nyaman dan hangat dari genggaman tangan Diaz. Kali ini, untuk pertama kalinya Diana merasa dicintai oleh sang suami. Ia ingin agar hal ini selalu dan selamanya terjadi. Tidak akan ada lagi Veronika selanjutnya. Diaz adalah suaminya dan sampai kapanpun Diana akan mempertahankannya."Ngomong apa sih, Di.

  • Ayo Cerai Mas!   Bulan Madu Kedua

    "Hati-hati di negara orang ya. Mama harap kalian saling menjaga dan yang paling penting adalah kebersamaan kalian harus menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Oh iya, jangan kembali jika belum ada kabar tentang kehadiran cucu Mama," ucap Indria dengan begitu antusias saat mengantar Diana dan Diaz ke mobil.Hari ini anak dan menantunya akan melakukan perjalanan bulan madu kedua di Maladewa atau yang lebih dikenal dengan Maldives. Diana setuju untuk memulai kembali rumah tangganya dengan Diaz. Ia merasa bahwa ini adalah salah satu ujian dalam berumah tangga. Hidup merak nyaris sempurna, tentu semakin besar ujian yang harus mereka hadapi. Diana juga sadar mungkin suaminya merasa sepi dan bosan sebab sudah lima tahun mereka menikah tetapi belum juga dikaruniai keturunan. Diana sadar kekurangannya."Aamiin Ma. Mama jaga diri baik-baik ya di rumah," ucap Diaz sambil merangkul Indria.Diana pun melakukan hal yang sama. "Ma, sebenarnya aku nggak tega ninggalin Mama di rumah sendiri. Mama i

  • Ayo Cerai Mas!   Beban yang Hilang

    Veronika menggeleng keras. Ia sudah terjebak. Mana mungkin ia mengaku hamil dan melakukan pemeriksaan oleh dokter kandungan. Bodoh sekali dirinya yang mendekati Diana hingga akhirnya membuahkan hasil dirinya lah yang harus menerima pil pahit tersebut. Niat hati membuat Diana pergi dari hidup Diaz, tetapi kali ini sepetinya nasib itu tertuju pada dirinya.Diana hampir saja menuruti keinginan Diaz sebelum akhirnya Veronika membuka suara."Sa-saya tidak hamil. Saya tidak hamil ...."Diaz tersenyum sinis sedangkan Diana terkejut. Dia berpikir mungkin ini rencana suaminya untuk mengancam Veronika di hadapannya. "Nona pelakor, Anda tidak perlu takut jika memang hamil. Suami saya pasti akan bertanggung jawab pada Anda ... ah tidak, pada bayi yang sedang Anda kandung karena tidak mungkin saya membiarkan suami saya menikah lagi sekalipun Anda mengandung benihnya," ucap Diana begitu pedas. Diaz melongo, ia tidak pernah melihat sisi Diana yang seperti ini. Bibir Diaz melengkung ke atas, rupany

  • Ayo Cerai Mas!   Dilempar Jauh

    "Sial!" Veronika mengumpat sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia gagal memprovokasi Diana dan kini justru ia yang dibuat tidak bisa berhenti marah. Rupanya tidak semudah itu membuat Diana kalah."Aku harus melakukan cara lain. Aku tahu aku nekat tapi aku tidak bisa jika bukan Diaz lelaki yang menjadi suamiku. Aku sudah memberikan tubuhku padanya walaupun dengan imbalan rumah, tapi celakanya aku bermain hati pada pria tak punya hati sepertinya."Kembali Veronika menggerutu, ia kemudian merapikan dandanannya sebab acara di perusahaan ini belum selesai.Di aula Diaz dan Diana saling diam, lebih tepatnya hanya antara mereka berdua sebab ada banyak klien yang sedang menyapa keduanya dan terlihat percakapan cukup panjang. Diana yang dulunya bekerja di perusahaan Diaz sedikit banyak tahu tentang topik pembicaraan mereka, hanya saja ia malas menimpali jika tidak ditanyai.Langkah kaki Veronika membuat atensi mereka teralihkan. Tak sedikit yang memuji kecantikan sekretaris tuan Pr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status