Beranda / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 28: Cinta Pertama

Share

Bab 28: Cinta Pertama

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 20:05:59

Memberikan kejutan tanpa memikirkan momen ternyata cukup menyenangkan. Bagi Galih, melihat senyum Aster adalah dunianya saat itu. Hari itu dia sengaja membuat janji dengan kekasihnya untuk pergi ke toko buku yang terletak di Mall kawasan Metropolitan.

Aster menyetujui rencana itu. Keduanya bertemu di depan Percetakan Gemilang, tempat Galih memerankan Jamal dan bekerja sebagai pegawai percetakan di sana. Sebagai seorang perfeksionis, Galih membenci kesalahan-kesalahan kecil di hidupnya. Namun, dia senang membuat kesalahan di depan Aster, membuat gadisnya itu melayangkan cubitan kecil di lengannya. Dan hal itu membuat Galih melihat sisi imut dari seorang Aster.

Galih melambaikan tangan ketika gadis itu menyebrangi jalan untuk mendekatinya. Dia mengenakan kaus berwarna denim dengan celana spandeks model jogger berwarna abu. Tas pinggang kecil menempati bahu sisi kanannya.

“Kang Jamal udah lama nunggunya?” tanya Aster.

“Nggak, kok. Belum lam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 87: Perang Dingin (2)

    Beberapa hari kemudian, Katrina sengaja mengatur sebuah kebetulan agar bertemu Jason saat anak itu keluar dari tempat les piano. Ia turun dari mobil mewahnya sambil membawa buku fiksi bersampul tebal berjudul Mission Impossible in Vegarun karangan Mita Yulia Hikmawati.“Jason, ya?” sapanya dengan nada ramah.Jason menoleh, sedikit bingung. “Iya, Tante siapa?”“Tante temennya Papa kamu. Nama Tante Katrina. Dulu Tante juga suka main piano, tapi sekarang aku lebih suka baca buku fantasi. Nih, kamu suka buku beginian ‘kan?” ujarnya sambil menyodorkan buku.Jason mengernyit curiga, tetapi menerima buku itu perlahan. “Iya sih… aku suka. Tapi Papa nggak pernah cerita soal Tante.”Katrina tertawa kecil. “Papa kamu dulu sering cerita tentang kamu, tapi mungkin dia lupa nyebut aku. Gimana kalau kita ngobrol sambil makan es krim? Tante tahu tempat es krim enak deket sini.”Jason ragu sejenak, tapi rasa penasara

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 86: Perang Dingin

    Ruang makan keluarga Winda malam itu penuh aroma ikan gurame bakar pedas manis. Masakan khas yang selalu menjadi cara ibunya memancing nostalgia Galih. Namun malam itu, aromanya seperti racun.Galih berdiri kaku di ambang pintu ruang makan, napasnya tercekat begitu melihat Katrina duduk manis di salah satu kursi, mengenakan dress formal dengan senyum manis yang terkesan manipulatif. Aster yang berdiri di sebelahnya juga langsung menyadari sesuatu yang tak beres.“Ibu nggak bilang kalau dia tamu yang Ibu maksud,” suara Galih terdengar dingin, nyaris berbisik pada ibunya.Winda menaruh sendok besar ke atas meja dan memutar tubuh, wajahnya tersenyum tipis tapi suaranya tajam. “Galih! Jaga bicara kamu. Dia tamu Ibu. Dan dia juga lulusan luar negeri, lebih baik dari pacar kamu secara finansial.”Kalimat itu menghantam Aster seperti tamparan di wajah. Namun ia menunduk, mencoba tetap tenang. Galih tidak. Tangannya segera menggenggam

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 85: Badai Baru

    Baru saja Galih meletakkan tas kerjanya di meja ketika ponselnya bergetar kencang. Di layar ponsel tertera nama Ibu dengan huruf kapital dan emotikon bunga melati yang dia tambahkan sendiri.Tangannya segera menggeser tombol di layar, menjawab telepon itu. Dia berdiri dekat jendela kantornya sambil menghela napas pendek.Biasanya, telepon pagi dari ibunya berisi kabar seputar tanaman baru di taman atau cerita tetangga yang memelihara burung mahal. Namun, nada suara ibunya kali ini terdengar berbeda.Lebih serius, seperti memanggilnya untuk menghadiri pertemuan penting. Dan Galih memiliki firasat tak nyaman."Ya, Bu?" sapanya lembut.Matanya sambil menatap pemandangan gedung tinggi yang berbaris rapat di balik jendela kantornya."Nanti malam kamu ada acara, Galih?" tanya suara perempuan setengah baya dari seberang, terdengar tenang. Namun, Galih paham ada maksud lain di balik pertanyaan itu."Malam ini kebetulan free, Bu. Ada apa?""Ibu ada tamu penting. Malam ini kamu ke rumah, ya? Ib

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 84: Malam Penuh Hasrat

    Langit senja mulai memudar di balik jendela mobil saat kendaraan dinas itu melaju di jalan tol yang lengang. Di dalam kabin yang sunyi, hanya suara AC dan lagu lembut dari radio yang terdengar samar.Aster tertidur lelap di bahu Galih. Wajahnya tenang, sesekali menarik napas pelan seperti anak kecil yang baru saja berhenti menangis.Wajahnya terlihat lelah. Riasan wajahnya mulai pudar, rambutnya sedikit berantakan, dan jemari tangannya menggenggam map presentasi yang tadi pagi masih ia baca berulang-ulang.Galih menatap wajah itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Bangga, haru, dan sedikit bersalah.Lelaki tampan itu menggenggam tangan Aster dengan lembut, lalu menunduk dan mengecup punggung tangan itu perlahan. Hanya satu sentuhan hangat yang tidak akan membangunkannya, tetapi cukup untuk menggambarkan perasaannya yang dalam pada Aster.“Kasihan banget sayang aku… capek ya, Neng?” bisiknya lirih, seolah takut mengganggu mimpi kekasihnya itu. “Maaf, ya. Kamu jadi kerja berat kayak g

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 83: Perjalanan Dinas

    Galih melirik ke arah Aster yang duduk di sampingnya, mengenakan kemeja putih polos yang dimasukkan rapi ke dalam celana longgar berwarna krem. Rambutnya diikat rendah, wajahnya tanpa riasan mencolok, tetapi justru itulah yang membuatnya terlihat begitu alami dan memikat di mata Galih. Di antara cahaya lembut kabin pesawat dan suara samar dari pengumuman pramugari, suasana terasa begitu intim, meski mereka sedang berada di antara deretan kursi penumpang lain.Galih tersenyum sambil menyandarkan kepalanya ke sisi kursi, menatap Aster dengan pandangan hangat."Kalau kamu kayak gini terus, aku jadi bayangin gimana cantik dan gantengnya anak-anak kita nanti, sayang," bisiknya, suaranya rendah tetapi penuh kehangatan.Aster spontan menoleh, matanya membulat kecil, lalu menunduk sambil menutupi wajahnya dengan tangan. "Mas Gal, aku malu... Nanti didenger sama penumpang lain, lho," protesnya pelan dengan pipi yang memerah.Galih tertawa kecil, masih menjaga suaranya agar tak mengganggu penum

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 82: Rencana Licik (2)

    Galih menutup laptopnya perlahan. Matanya kini fokus ke wajah Katrina. “Kamu berani nyebut nama Aster, setelah semua drama kamu di kantor ini?”Katrina mendadak terdiam, seperti tak menduga Galih akan langsung menyerang balik.“Aku tahu apa yang kamu lakukan, Katrina. Kamu pikir aku nggak bisa lihat permainan kecil kamu? Dari cara kamu manfaatin pantry, nyebar gosip, sampai ngadu domba tim desain. Termasuk kamu ngunci Aster di kamar mandi, ‘kan?”Katrina terkejut, wajahnya berubah pucat seketika. “Aku... aku nggak—”“Keluar!” potong Galih, suaranya tegas, nyaris tak bisa dibujuk.Katrina berdiri kaku, bibirnya terbuka seakan hendak berkata sesuatu, tapi Galih sudah berdiri dari kursinya. Sorot matanya dingin.“Sekarang!” Dia mengulang kalimatnya, sambil menunjuk ke arah pintu.Katrina akhirnya berbalik, berjalan keluar tanpa kata. Pintu tertutup kembali, menyisakan Galih yang kini berdi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status