author-banner
Mita Yoo
Mita Yoo
Author

Novels by Mita Yoo

Suami Pengganti dari Toko Online

Suami Pengganti dari Toko Online

Venus John Eleanor sudah muak dengan suaminya. Tanpa pikir panjang, ia nekat menukarnya di sebuah toko misterius di pasar gelap daring. Ketika suami pengganti tiba—sempurna dalam segala hal, persis seperti yang ia impikan—Venus pun mulai bertanya-tanya: Apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya yang asli?
Read
Chapter: Bab 56
Sementara itu, cahaya lilin temaram menari-nari di dinding kamar, memantulkan bayangan tubuh Venus yang sedang bersiap. Aroma vanilla dan sandalwood, parfum favorit Ian—memenuhi udara, menciptakan aura sensual yang memabukkan.Venus berdiri di depan cermin panjang, menatap pantulan dirinya. Lingerie merah darah itu melekat sempurna di tubuhnya, menonjolkan setiap lekuk yang biasanya tersembunyi. Kain rendanya transparan di beberapa tempat, memberikan bayangan kulitnya yang mulus dan sudah dibalur lotion berkilau.Dia menggosok tubuhnya lebih lama tadi, bukan hanya untuk membersihkan kotoran dan debu halus, tetapi untuk memastikan setiap inci kulitnya terasa seperti sutra, siap untuk disentuh. Jari-jarinya dengan hati-hati mengatur rambutnya yang tergerai bebas di bahu, menambahkan sentuhan akhir yang sempurna.Drrtt … drrttt …Ponselnya bergetar di atas meja rias. Sebuah pesan dari Ian.[Ian]: Aku pulang, sayang.
Last Updated: 2025-09-19
Chapter: Bab 55
Mobil yang dikemudikan Ian meluncur pelan memasuki area apartemen mewah. Lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan, menciptakan bayangan panjang yang menari-nari di wajahnya yang tegang. Dia memarkir mobilnya di tempat yang sedikit tersembunyi, matanya mengamati sekeliling dengan waspada sebelum akhirnya mematikan mesin.Dia tidak langsung keluar. Tangannya masih memegang kemudi, erat, seolah mencari kekuatan. Pikirannya berputar pada grafik medis yang diberikan Dokter Argus, pada ancaman halus Arjuna, dan pada suara Venus yang masih hangat di telinganya. Semuanya bertabrakan, menciptakan badai dalam kepalanya.Dengan napas berat, dia akhirnya keluar dari mobil. Langkahnya mantap menuju pintu masuk apartemen, melewati lobi yang sepi dengan kepala ditundukkan. Dia naik lift menuju lantai tujuh, jarinya menekan tombol di lift dengan pasti.Ding.Pintu lift terbuka. Koridor yang mewah dan sepi terbentang di depannya. Ian berjala
Last Updated: 2025-09-18
Chapter: Bab 54
Ponsel Ian menempel di telinganya, mesin mobil masih menyala lembut. Suara Venus di seberang sana terasa hangat, sebuah kontras tajam dari dinginnya malam dan beban di pundaknya.“Halo, Sayang,” sapanya, berusaha menormalkan suaranya, menyembunyikan kelelahan dan ketegangan dari kunjungannya dari pertemuan dengan Arjuna dan laboran bernama Steel itu.“Ya? Kamu di mana?” tanya Venus, nada suaranya menunjukkan sedikit kekhawatiran.“Maaf, aku akan pulang terlambat,” jawab Ian, matanya menatap jalanan sepi di depan. “Aku juga harus cuti dua hari dari Kampus karena mendadak ada pekerjaan mendesak selain mengajar.” Ian tak sepenuhnya bohong, hanya alasan itu sangat disederhanakan demi tetap mendapatkan kepercayaan Venus. “Kita bertemu lagi besok, Sayang.”Dia mendengar Venus menghela napas, tapi bukan sebuah kekecewaan. “Iya. Jangan lupa makan. Kamu harus menjaga kesehatan.”Ian tersenyum tipis. Kekhawatiran Venus yang
Last Updated: 2025-09-17
Chapter: Bab 53
Gedung menjulang itu berdiri seperti monumen kesunyian di tengah malam, jendela-jendelanya gelap kecuali beberapa titik lampu yang berpendar seperti kunang-kunang yang sedang mengundang calon pasangannya untuk kawin. Ian melangkah keluar dari mobilnya, wajahnya keras diterpa cahaya bulan yang pucat.Seorang lelaki bertubuh tegap dengan masker hitam dan kacamata gelap muncul dari balik dinding seperti bayangan, menyambutnya dengan anggukan singkat. Tidak ada kata yang diucapkan. Lelaki itu hanya menuntun Ian melalui serangkaian pintu baja yang masing-masing terkunci dengan sistem biometrik canggih.Mereka memasuki ruang ganti yang steril. Di sana, Ian harus mengganti dan menanggalkan pakaian sipilnya. Jas, kemeja, ikat pinggang, dan semuanya lalu mengenakan pakaian khusus Laboratorium yang terbuat dari bahan polymer putih tanpa cela. Setiap gerakan terlatih, efisien, seolah ini adalah ritual yang telah dijalani berulang kali.Pintu pembersiha
Last Updated: 2025-09-16
Chapter: Bab 52
Pintu kamar terkunci dengan suara klik yang segera mengisolasi mereka sepenuhnya dari dunia luar. Udara di dalam kamar terasa hangat dan beraroma harum, berasal dari lilin aromaterapi dari wangi yang sebelumnya sudah dinyalakan Venus.Ian tidak membuang waktu. Dengan gerakan cepat dan tak ragu-ragu, jari-jarinya yang terampil membuka kancing jasnya, melemparkannya ke kursi di sudut ruangan. Dasinya mengikuti, terlepas dengan satu tarikan halus. Kemudian, kancing kemeja putihnya dibuka satu per satu, memperlihatkan dengan jelas dada yang berotot dan kulit yang mulai berwarna kecokelatan.Venus, yang berdiri di dekat tempat tidur, hanya bisa menatap, napasnya mulai memburu. Pria dihadapannya adalah sebuah ilusi nyata. Pencahayaan lampu kamar menyoroti setiap otot di lengannya, setiap gerakannya membuat Venus meneguk ludah.“Matikan lampunya,” bisik Venus, suaranya serak oleh rasa malu dan sebuah hasrat yang membara.Namun Ian men
Last Updated: 2025-09-15
Chapter: Bab 51
Keheningan sejenak meliputi mereka setelah ciuman yang intens itu. Suara di sekitar mereka hanya diisi oleh napas mereka yang masih tersengal-sengal. Ian lalu menggenggam tangan Venus dengan lembut, jari-jarinya yang hangat menutupi tangan Venus yang dingin.“Aku ingin kau mengetahui sesuatu,” katanya, suaranya rendah namun penuh keyakinan, memecah kesunyian antara mereka.“Ya? Apa itu?” jawab Venus, suaranya hampir seperti bisikan, masih terpesona oleh momen sebelumnya.“Aku mencintaimu bukan sebagai pengganti Eric,” ujar Ian, matanya menatap langsung ke dalam mata Venus, tidak memberi ruang untuk keraguan. “Tapi sebagai seorang lelaki dewasa bernama Ian.”Venus terkejut, matanya membelalak. “Apa maksudmu?” tanyanya, mencoba memahami maksud pengakuan tak terduga itu.“Aku masih manusia,” lanjut Ian, suaranya sekarang lebih lembut, terdengar lebih rapuh. “Aku masih memiliki perasaan. Marah, sedih, kecewa, termasuk
Last Updated: 2025-09-14
Ayo Menikah, Mas Duda!

Ayo Menikah, Mas Duda!

Galih adalah pria sempurna di mata banyak orang—tampan, kaya, dan memiliki karir cemerlang. Namun, di balik kehidupannya yang sempurna, dia masih menyimpan luka mendalam. Kisah cinta yang dia jalani selalu berakhir dengan pengkhianatan atau ditinggalkan. Merasa lelah dan hampa, Galih membuat keputusan ekstrem: menghilang dari kehidupannya yang mewah. Dia ingin mencoba mencari tahu, apakah ada perempuan yang bisa mencintainya tanpa melihat siapa dirinya yang sebenarnya?
Read
Chapter: Bab 149: Dreams Come True
Ballroom mewah itu telah berubah menjadi negeri dongeng. Awan-awan gantung dari krep putih bergerak lembut di langit-langit, seolah menari-nari ditiup angin AC. Dua buaian kecil berhias pita sutra biru muda berdiri megah di panggung utama, dikelilingi oleh balon-balon berbentuk burung bangau yang seolah terbang membawa kabar bahagia. Galih, yang biasanya selalu tampil sempurna dalam setelan jas, hari itu membiarkan keriputan di kemejanya. Ia lebih memilih kenyamanan untuk berlutut di samping Aster yang duduk di sofa khusus dengan perutnya yang membesar seperti bulan purnama.  Galih berdiri di depan tamu-tamu yang telah berkumpul, jari-jarinya gemetar memegang mikrofon. Kaus kasual bertuliskan "Daddy of Twins" yang melekat di tubuhnya terasa asing. Seolah sebuah pembebasan dari belitan dasi dan setelan jas yang biasa mengekangnya.  "Terima kasih..." Suaranya pecah di tengah kalimat ketika pandangannya tertumbuk pada sosok Aster yang baru s
Last Updated: 2025-07-01
Chapter: Bab 148: Ngidam Lagi
Pukul 11:36 malam. Galih baru saja menutup laptopnya ketika Aster muncul di pintu ruang kerjanya. Tangannya menopang punggung yang pegal, matanya berkaca-kaca dengan tatapan yang bahkan sudah dihafal Galih.Tatapan "ngidam" yang berbahaya untuknya. Entah apa yang Aster minta kali ini."Mas..." Suaranya seperti anak kecil yang memohon permen.  Galih menghela napas dalam, sudah bisa menebak arah pembicaraan itu. "Apa yang mau kamu makan malem-malem begini, Sayang? Mangga muda dicocol sambel? Es krim rasa durian? Atau—"  "Cilok," Aster memotong kalimat Galih. "Tapi bukan beli. Aku mau Mas yang bikin."  Galih membeku. Tangannya yang sedang meraih kacamata terhenti di udara. "Kamu tahu Sayang, aku bahkan nggak bisa bedain antara tepung kanji sama tepung beras, ‘kan?"  Aster melangkah mendekat, meletakkan tangan di perutnya yang membesar. "Si kembar bilang, mereka juga mau….”  Galih meng
Last Updated: 2025-07-01
Chapter: Bab 147: Aku Mimpi Buruk
Lorong rumah itu sunyi ketika Jason muncul di balik pintu kamar Galih. Ia membawa bantal kesayangannya yang sudah usang terjepit erat di bawah ketiak.Rambutnya yang masih lembap setelah mandi berantakan, dan piyama bergambar dinosaurus terlihat sedikit kecil untuk tubuhnya yang mulai besar dan bertambah tinggi. Ia berdiri di ambang pintu, jari-jari kakinya menggaruk-garuk karpet dengan gugup.  "Bunda... Papa..." Suaranya kecil karena ragu, terdengar seperti rintihan angin malam. "Aku boleh tidur di sini malam ini?"Aster yang sedang bersandar di tumpukan bantal langsung menoleh ke arah Galih, menatap dengan tatapan memohon. Perutnya yang membuncit membuatnya kesulitan bergerak, tetapi matanya sudah mengatakan "ya" sebelum mulutnya terbuka.  Galih, yang sedang memijat kaki bengkak istrinya mengangkat alis. "Kasur kamar Papa udah sempit, Boy. Ditambah perut Bunda yang udah makin besar—"  "Aku janji nggak akan ng
Last Updated: 2025-07-01
Chapter: Bab 146: Bacakan Dongeng
Lampu bintang-bintang kecil di langit-langit kamar Jason memantulkan cahaya redup, menari-nari di dinding seperti peri yang bersembunyi di balik bayangan. Aster mengatur posisi duduknya dengan susah payah, perutnya yang membuncit membuatnya harus bersandar pada tumpukan bantal ekstra. Jason sudah berbaring di tempat tidur, selimut bergambar dinosaurus terseret sampai ke dagunya, hanya matanya yang berbinar-binar terlihat. Mata yang penuh harap dan sedikit rasa bersalah.Jason melirik Aster, lalu berbisik penuh harap. "Bunda, aku minta sesuatu boleh?” tanyanya.Aster menatap Jason. “Minta apa, Sayang?”“ Aku minta bacain dongeng yang seru. Satu buku aja, Bunda. Yang ada ksatria sama naganya,” ucapnya, ia mengecilkan suaranya seperti bisikan angin malam.Aster mengangguk. “Ya udah, tapi Kakak yang ambil bukunya, ya?”Jason beringsut dari tempat tidur menuju rak buku. Meraih satu buku kisah ksatria dan naga laku meny
Last Updated: 2025-07-01
Chapter: Bab 145: Bangun Tengah Malam
Meja makan besar di rumah Winda dan Kesuma dipenuhi berbagai hidangan lezat. Rendang, sayur lodeh, sambal terasi, dan ikan bakar yang masih mengepul. Lampu chandelier di atas meja memantulkan cahaya hangat pada wajah-wajah bahagia di sekelilingnya.Aster tersenyum, duduk di kursi khusus dengan bantal tambahan, perutnya yang membesar hampir menyentuh meja.  Winda meraih piring, lalu menyendokkan nasi untuk Aster. "Aster sayang, makan yang banyak ya. Soalnya kamu perlu makan untuk tiga orang sekarang!"  Kesuma tersenyum lalu dengan bijak memberi nasehat putra sulungnya itu. "Galih, kamu harus ekstra perhatian sekarang. Istri yang hamil kembar butuh support penuh. Jangan sampai dia stres menjelang lahiran."    Jason yang duduk di antara kakek-neneknya tiba-tiba berdiri dengan gelas jus di tangan.   "Tolong dengerin aku dulu, semuanya! Aku mau kasih pengumuman! Sebagai calon kakak, aku janji akan bantu j
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: Bab 144: Menagih Janji
Malam minggu yang tenang di ruang keluarga tiba-tiba pecah ketika Jason melompat ke pangkuan Galih yang sedang asyik membaca laporan kantor. Matanya berbinar dengan tekad yang sudah dipendam berbulan-bulan.   "Papa, ingat janji Papa waktu Bunda baru hamil? Katanya kalau aku jagain Bunda baik-baik, nanti adiknya bisa jadi laki-laki..."  tanya Jason dengan nada serius.  Galih salah tingkah, laporannya terjatuh. Aster yang sedang minum teh di seberang tersedak.  Aster terbatuk-batuk. "Jason sayang, itu kan—"  Jason melirik Galih dengan tatapan tajam. "Sekarang Bunda hamil kembar, tapi kata dokter bisa jadi dua-duanya adik perempuan juga!" Ia melipat tangan di dada, "Papa bohong ya?"  Galih menghela napas panjang, menarik Jason ke pelukannya. Di sudut ruangan, Winda yang sedang berkunjung menutupi tawanya dengan serbet.  "Sayang, jenis kelamin bayi itu bukan Papa yang nentuin. Itu kayak..
Last Updated: 2025-06-30
Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam

Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam

Masa kecil penuh trauma membuat Laura percaya bahwa cinta selalu berarti luka. Baginya, dicintai adalah disakiti. Dan menerima rasa sakit dari orang terkasih adalah hal yang wajar. Keyakinan itu membawanya pada Reve, pria dengan sisi gelap yang tak pernah ia sembunyikan. Di rumahnya, Laura terjebak dalam hubungan penuh gairah sekaligus penyiksaan, hingga sulit membedakan antara cinta dan obsesi. Pengkhianatan Reve membuka matanya. Untuk pertama kali, Laura meragukan pemahamannya tentang cinta. Ia memutuskan pergi, mencoba keluar dari lingkaran yang menghancurkannya. Namun Reve tak rela melepaskan. Baginya, Laura adalah obsesi, candu, dan alasan untuk tetap bertahan dalam kegelapan. Laura harus memilih: menerima pria itu lagi, atau mencari arti cinta yang sebenarnya.
Read
Chapter: Bab 40
Laura memutuskan untuk pergi. Dia mengemasi barang-barangnya dalam tas. Perlahan dia lalu berjalan melewati halaman belakang, menuju pintu keluar.Tas kecil itu terasa berat di genggaman Laura, karena beban yang harus ia tinggalkan. Langkahnya cepat dan pasti saat melewati halaman belakang, melewati taman-taman yang dulu menjadi saksi bisu cintanya dengan Reve. Cinta terlarang mereka. Setiap langkah terasa seperti menginjak pecahan kaca, tetapi hatinya sudah terlalu kebal untuk merasakan sakit.Dan takdir ternyata belum selesai bermain-main dengannya.Dari paviliun taman, asap rokok mengepul dalam kesunyian malam. Reve yang tengah duduk merenung tiba-tiba menangkap gerakan samar di kejauhan. Matanya menyipit, lalu tubuhnya kaku saat mengenali sosok itu. Laura, dengan tas di tangan, berjalan menuju pintu keluar.“Laura!” teriaknya, tetapi angin malam mencuri suaranya.Dia melemparkan rokoknya, berlari seperti orang
Last Updated: 2025-09-19
Chapter: Bab 39
Reve membuka mata tepat pukul tiga. Dia menyambar kimono tidurnya, lalu melangkah tanpa alas kaki ke kamar Laura. Laura yang hanya terlelap sesaat segera membuka pintu begitu mendengar suara ketukan di pintu.“Tuan?” katanya.Reve menerobos masuk ke kamarnya. “Tutup pintunya.”Laura mengangguk. Dia memutar kunci pintu kamarnya yang sempit itu.Reve duduk di tempat tidurnya, tangannya melambai pelan pada Laura. “Kemarilah.”Laura berjalan dengan takut-takut, duduk mendekati Reve. Tangan kekar itu segera merangkul pinggangnya hingga dia duduk di pangkuan Reve.“Seberapa parah luka di bibirmu?” tanya Reve.“Saya baik-baik saja. Ini tidak terlalu buruk, Tuan,” jawabnya.“Reve! Panggil aku Reve!” Suara Reve meninggi.Laura mendesah pelan. “Sejujurnya aku ingin mengakhiri ini, Reve.Reve membeku. “Apa maksudmu?”“Kau mencintainya 'kan? K
Last Updated: 2025-09-19
Chapter: Bab 38
“Keluar kau, pelayan jalang!” teriakan Shara membuat keheningan di rumah itu seketika terganggu. Pintu kamar Laura terhentak oleh gedoran kasar. Saat Laura membukanya, tamparan keras langsung mendarat di pipi kirinya. Suara itu menggema di koridor sempit, membuat beberapa pelayan yang menyaksikan, termasuk Merry—tersentak kaget. Laura berdiri diam sejenak, tangan menempel di pipinya yang terasa panas. Darah terasa di sudut bibirnya. Dia mengangkat wajah, menatap langsung ke mata Shara yang penuh bara kemarahan. “Berani-beraninya kau menatapku, hah?” Shara memekik, wajahnya yang cantik kini dipenuhi oleh amarah. “Kau tidak tahu posisimu?” Laura hampir tertawa getir, tetapi dia menahannya. Hanya senyum sinis yang muncul. “Apa ada yang bisa saya bantu, Nona Shara? Nona ingin saya membuat hidangan apa lagi kali ini?” “Kau! Kau sengaja, ya!” Shara menjambak rambut Laura, menariknya dengan brutal. Namun sebelum Laura bisa bereaksi, sebuah lengan kekar sudah menahan pergelangan
Last Updated: 2025-09-19
Chapter: Bab 37
Matahari pagi menerobos jendela kamar tamu mewah itu, menyinari debu-debu yang berputar dalam sinar emas. Reve membuka pintu dengan wajah masih diliputi sisa kantuk, kimono sutranya terbuka sedikit memperlihatkan dada yang masih membekas jejak cinta semalam. “Tuan, ini gawat!” Argo berbisik dengan suara pelan, matanya melirik ke dalam kamar tempat Laura masih terbaring. “Kenapa?" tanya Reve, suaranya serak. “Nona Shara dan Nyonya Valencia akan kembali hari ini. Dan mereka akan mampir sebentar.” Reve mengerutkan kening, tangan yang awalnya mengusap wajah kini mengepal. “Bukannya itu masih dua hari lagi?” “Katanya ... jadwal pekerjaannya selesai lebih cepat, jadi mereka akan segera kembali,” jawab Argo, matanya sekali lagi mencuri pandang ke arah Laura yang mulai bergerak. Reve menghela napas berat, lalu mengangguk. “Baiklah. Lakukan seperti biasa. Aku akan menunda rencanaku sementara. Bawa kekasihku ke kamarnya.” Argo memasuki kamar dengan langkah hati-hati. Laura terbangu
Last Updated: 2025-09-18
Chapter: Bab 36
Mobil hitam mewah milik Reve meluncur mulus di jalanan yang sepi. Di kursi belakang, Reve tak henti-hentinya mengecup setiap jari Laura dengan penuh kelembutan, seolah setiap sentuhan adalah mantra yang bisa menebus semua luka lalu. Matanya tak pernah lepas dari Laura, memandangi wanita yang duduk di sampingnya dengan pandangan penuh rasa kepemilikan dan kerinduan. Argo melirik melalui kaca spion, tangannya menggenggam setir sedikit lebih kuat. “Kita akan segera sampai, Tuan,” katanya. Suaranya datar namun berisi sebuah peringatan halus bahwa mereka hampir tiba di gerbang rumah megah yang penuh mata dan telinga. Namun Reve hanya tersenyum, justru mengangkat tangan Laura dan menempelkannya ke pipi. “Aku mengerti, Argo. Tapi Shara belum kembali. Selama itu, aku bisa bebas dengan kekasihku.” Kata "kekasihku" itu memenuhi udara di antara mereka, tebal dan terdengar lembut di telinga, terasa seperti madu bagi Laura. Laura menunduk, pipinya memerah, tapi tangannya tidak menarik diri.
Last Updated: 2025-09-18
Chapter: Bab 35
Dalam remang-remang kamar yang juga diterangi cahaya bulan dari jendela kecil, Reve menatap Laura dengan tatapan yang membuat udara terasa memanas. Tangannya yang besar menelusuri punggung Laura dengan gerakan penuh penghormatan, seolah menyentuh porselen yang sangat berharga. “Reve .…” bisik Laura lagi, suaranya gemetar antara keraguan dan kerinduan.Namun Reve tidak terburu-buru. Dia menunduk, bibirnya menyentuh kulit Laura dalam rangkaian ciuman yang lambat dan penuh gairah, dimulai dari pelipis, turun ke rahang, lalu ke leher yang berdenyut di bawah sentuhannya. Setiap sentuhan adalah permintaan maaf, setiap desahan napasnya yang memburu adalah pengakuan akan kerinduan yang terpendam.“Kau milikku, Laura,” gumamnya, suara rendahnya yang familiar bergema di ruangan sempit itu, mengisi setiap sudut kegelapan. “Selamanya.”Reve melepaskan satu tangan Laura, menyatukan jari mereka. Laura merespons dengan menggenggam bahu Reve,
Last Updated: 2025-09-17
You may also like
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status