Home / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 43: Lampu Hijau

Share

Bab 43: Lampu Hijau

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-04-10 21:48:14

“Kalau aku terserah kalian aja. Karena kalian yang bakalan menjalani nantinya. Keadaan keluarga kami begini, dan aku harap Mas Galih, eh, Pak Galih bisa maklum. Maksud aku, semoga Mas Galih mengerti dengan keadaan keluarga kami,” kata Fariz.

Galih tertawa pelan. “Kali ini aku beneran serius, Riz. Aku minta restu dari keluarga kamu selaku wali dari Aster.”

“Kalau aku, yang penting Aster bahagia, aku setuju aja. Karena kami sebagai keluarga perempuan dengan kemampuan finansial yang seperti ini. Beda jauh dengan keluarga Mas Galih,” Fariz menekankan kata keluarga Mas Galih karena ingin melihat reaksi lelaki itu.

“Jangan pikirin itu, Riz. Aku bisa pindah rumah di tempat lain, atau di sekitar sini biar kamu percaya. Dan aku bakalan kasih dia kebebasan, Riz. Setelah menikah, kalau dia masih mau kerja, nggak masalah. Kalau dia mau jadi ibu rumah tangga, aku bakalan lebih bahagia dan tenang,” kata Galih.

Fariz mengembuskan napas perlahan, “ya sudah. Kalau Aster nggak keberatan dengan apapun t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 67: Demam Tarik Ulur

    Aster baru saja merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kepalanya menyentuh bantal yang dingin, dan tubuhnya langsung menyerah pada lelah yang menumpuk. Setelah Galih mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah tadi, dia merasa menjadi satu-satunya perempuan paling beruntung di dunia—meski pekerjaan barunya menyita hampir seluruh energi.Keningnya mengernyit, matanya menatap langit-langit kamarnya yang temaram, lampu tidur menyala redup di sudut ruangan."Masih ada rapat buat besok," gumamnya pada diri sendiri sambil menarik selimut hingga ke perut. “Bener kata orang, sekretaris itu nggak ada jam liburnya. Harus tahan badai. Harus tahan mental, anti korupsi, sampai nggak bisa kesantet juga!"Tawa kecil lepas dari bibirnya, setengah lelah, setengah geli. Ponselnya yang dia taruh di nakas tiba-tiba menyala, bergetar pelan.Nama Pacar muncul di layar ponselnya.Aster mengangkatnya dengan mata yang mulai berat. "Halo?"Suara Galih terdengar rendah dan hangat, khas suara pria yang baru s

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 66: Balasan untuk Kumbang Pengganggu

    Udara sore itu sedikit berdebu. Langit masih menyisakan warna jingga ketika Aster keluar lebih dulu dari kantor untuk mengurus dokumen pengiriman logistik proyek Moyu. Galih masih tertahan dalam rapat online bersama klien luar negeri.Aster berjalan melewati halaman parkir yang sepi, bersiap menuju mobil operasional. Namun, suara langkah tergesa dan familiar membuat langkahnya melambat.“Eh, Aster,” suara Doni terdengar dari belakang, dan Aster tak sempat menghindar saat pria itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.Sentuhan itu kasar, mendadak, penuh emosi yang membuat Aster tak nyaman. Gadis itu buru-buru melepaskan diri dari Doni.“Kenapa kamu laporin aku ke HR, hah? Mau sok suci, ya? Padahal kamu juga kayaknya suka waktu aku deketin!” ucap Doni, wajahnya memerah oleh amarah yang tertahan terlalu lama.Aster tercengang, tangannya terus berusaha melepaskan tangan Doni. “Lepasin! Anda sudah keterlaluan, Pak!”

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu (2)

    Aster menghapus air matanya dengan tisu. Ia menatap matanya sendiri—mata yang kini terlihat lebih gelap. Lebih dingin.“Aku nggak akan tinggal diam,” katanya lirih.“Aku bakalan laporkan semuanya. Tapi bukan dengan emosi. Aku akan membalas dengan cara yang bikin dia nggak akan mengulangi perbuatannya di masa depan.”Ketika Aster kembali ke ruangannya, dia menatap ke pintu ruangan Galih yang tertutup. Dia ingin mengetuk, ingin mencari perlindungan… tetapi dia mengurungkan niatnya.Tidak sekarang.Dia akan menyelesaikannya lebih dulu. Dengan bukti. Dengan strategi. Dengan kekuatan yang tak lagi lembut.Dan ketika pintu ruangan Galih terbuka karena pria itu hendak ke luar, pandangan mereka bertemu. Galih menatap mata Aster. Dan lelaki itu tahu—ada badai yang mulai berputar dalam diamnya.Aster bekerja dalam diam, tetapi bukan lagi dalam ketakutan. Sejak sore itu, dia mulai menyusun langkah

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu

    Pagi itu, kantor Dreams Studio Ltd. terasa lebih sibuk dari biasanya. Aster menurunkan kotak berisi map dari rak tinggi dengan bantuan bangku kecil, mengenakan kemeja biru muda yang dimasukkan rapi ke dalam celana panjang kerja berwarna hitamnya. Rambutnya diikat rendah, wajahnya fokus, terlalu fokus untuk menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikannya dari balik meja divisi marketing.“Kamu harus hati-hati, Aster,” suara lelaki dengan kartu pengenal Doni tergantung di leher terdengar, terlalu dekat di belakang Aster.Aster menoleh karena terkejut, lalu lelaki itu mendekatkan tubuhnya hingga bersentuhan dengan punggung Aster.“Lengan kamu bisa keseleo kalau terus-terusan angkat kotak isi map itu sendirian. Apalagi lengan sekecil itu,” katanya.Aster turun perlahan dari bangku. Senyumnya dingin, sopan sekilas, tetapi tak bisa menyembunyikan rasa tidak nyaman. “Terima kasih, Pak Doni. Saya bisa sendiri.”“Sayang sekali,” Doni masih menampilkan senyum miringnya. “Kalau kamu butuh ses

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 64: Kesempatan Kedua

    Aster menggulung rambutnya menjadi bentuk gelung. Meski terlihat asal-asalan dan membuat beberapa helai rambutnya jatuh ke belakang leher, tetapi hal itu justru membuat Galih menatapnya lebih lama. Terlalu lama hingga asap kecil mengepul di cangkir kopinya pagi itu menguap seluruhnya.Galih menyesap kopinya. “Kenapa kalau serius gitu kamu jadi makin cantik, Sayang? Aku jadi pengen gangguin kamu.”Aster tak menanggapi kalimat lelaki tampan itu, masih sibuk mengetik detail rundown untuk makan malam bisnis bersama Bu Shanti, pendiri sekaligus pemilik merek fesyen mewah Nyx and Nera.Matanya fokus ke layar komputer, jari-jarinya menari dengan lincah di atas tuts keyboard. Di sampingnya, kalender digital sudah tertata dengan sempurna. Mulai dari jam kedatangan, susunan menu, hingga urutan topik yang akan dibicarakan. Kali ini, dia ingin semua terlihat profesional. Tanpa cela.Aster tak ingin melakukan kesalahan sama dua kali.

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 63: Kesalahan Fatal

    Pagi itu seharusnya berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Namun, pukul sepuluh tepat, ruang rapat utama mendadak sunyi ketika Galih masuk dengan ekspresi dingin. Semua orang bisa merasakan atmosfer ruangan itu berubah.Aster berdiri di sisi proyektor, tangannya gemetar kecil saat memegang clipboard. Dia baru menyadari kekeliruannya lima menit sebelum rapat. Klien JK Jewelry, yang seharusnya datang hari ini, ternyata dijadwalkan besok.Kesalahan fatal.Galih membanting salinan cetak dokumen ke atas meja kaca. Bunyi keras dari tumpukan kertas itu membuat semua orang berjingkat lalu menundukkan pandangan masing-masing. Tidak ada yang berani mengangkat wajah untuk menatap Galih."Aster,” suaranya Galih tenang, tetapi tegas. Namun, bagi Aster, suara itu terdengar tajam, menusuk seperti pisau yang diasah.Galih kembali bertanya. "Kamu bisa jelaskan kenapa jadwal klien kita yang paling penting minggu ini malah kosong hari ini? Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan?”Semua mata mengalihk

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 62: Cahaya Kamera dan Kamu (2)

    Galih tersenyum, merasa bangga dengan kemampuan gadisnya itu. “Bagus sekali analisismu, Miss Sekretaris!”Aster mengangkat alis. Lalu tersenyum tipis. “Sudah tugas saya, Pak CEO.”Proses syuting itu cukup memakan waktu. Setelah sebelas take ulang dan revisi dialog kecil, syuting berjalan lebih lancar. Di sela break, Evan menyapa Galih, sementara Dea justru menghampiri Aster.“Kak Aster, nggak mau nyoba jadi model? Serius deh ... kamu cocok banget jadi model,” kata Dea.Aster tersenyum. "Kamu terlalu berlebihan. Tapi makasih banyak pujiannya, karena aku lebih suka di belakang layar."Galih mendengar itu, lalu melirik ke arah Aster. "Sayang banget. Kamu punya pesona yang terlalu mahal untuk disembunyikan. Tapi, aku lebih suka kalau kamu ada di belakang layar aja. Karena aku nggak suka kalau banyak laki-laki yang lihat cantiknya kamu.”Aster tersenyum mendengar kalimat itu. Ketika take untuk terakhir kali, G

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 62: Cahaya Kamera dan Kamu

    Pintu lift di lantai tujuh itu terbuka, dan Aster melangkah keluar dengan langkah pasti. Rambutnya disanggul rapi, mengenakan blouse putih gading yang dipadukan dengan rok model A-line hitam. Namun bukan hanya penampilannya yang berubah. Tatapan mata para pegawai kini terasa berbeda."Itu Aster ya? Yang katanya sekarang sekretaris pribadi baru Pak Galih? Katanya dia serem banget, menghalalkan segala cara buat dapetin posisinya yang sekarang," bisik seorang staf perempuan kepada rekannya."Iya. Ruangannya bahkan nempel sama ruangan Pak Galih. Gila, ya? Kok bisa sih ada orang kayak gitu di kantor kita?" timpal yang lainnya.Aster bisa mendengarnya, mustahil jika suara-suara itu tak mengganggunya. Namun, dia sudah memilih untuk mengabaikannya, menulikan telinganya. Dia melemparkan senyum tipis di wajahnya pada mereka. Dan dia tak akan pernah membuat senyumnya pudar hanya karena bisikan-bisikan dan rumor di belakangnya. Dia berjalan melewati mereka dengan anggun, seolah desas-desus itu ha

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 61: Dendam Belum Usai

    Selesai berpikir selama beberapa saat, Galih menggelengkan kepala. Fariz di sisinya mengepalkan tangan, menahan amarah. Di tampilan kamera pengawas itu, mereka melihat Putri, sedang bertemu dengan lelaki yang bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan barang ke ruangan Galih.“Aku nggak bisa maafin kasus ini, Mas. Tolong Mas Galih proses si Putri sesuai hukum yang berlaku di perusahaan. Aku nggak mau ke depannya Aster terluka, bahkan lebih ekstrem dari kejadian kemarin.”“Tapi aku nggak bisa kayak gitu aja laporin kasus kayak gini ke polisi, Riz. Karena media akan tahu,” kata Galih.“Jadi, Mas lebih milih citra perusahaan daripada keselamatan Aster? Tindakan dia udah ke ranah kriminal lho, Mas,” Fariz terus menumpahkan isi kepalanya.“Aku tahu, Riz. Tapi kita harus berpikir dengan kepala dingin,” Galih memandang ke arah Aster, “gimana menurut kamu, sayang?”Aster menatap Fariz, pamannya itu mengangguk. Pandangan Aster lalu kembali terarah pada Galih. “Aku rasa, kita memang harus kasih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status