หน้าหลัก / Horor / BA'DA MAGHRIB / Alea merayap di Langit-langit Kamarnya

แชร์

Alea merayap di Langit-langit Kamarnya

ผู้เขียน: d_rain
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-06-08 11:40:15

Reihan dan Jihan berbincang ringan di atas ranjang sebelum mereka terlelap dalam tidurnya. Menurut mereka, talk bed sangatlah penting untuk membangun sebuah keharmonisan rumah tangga.

  “Mas. Besok sebelum kamu berangkat kerja, aku minta tolong kenalin sama tetangga di sini dong. Katanya kamu kenal sama mereka? Biar aku bisa ada temannya kalau kamu lagi gak ada di rumah.” Pinta Jihan kepada suaminya.

  “Iya, Sayang. Besok aku akan kenalin kamu sama Bu Rah. Dulu waktu aku kecil, aku sering main ke rumahnya. Suaminya juga baik. Namanya Pak Sam. Namun Pak Sam lebih dulu menghadap Tuhan. Jadi Bu Rah sekarang tinggal sendirian di rumahnya. Kamu bisa main ke rumah Bu Rah kapan pun kamu mau.”

  “Iya, Mas. Tapi aku masih mengkhawatirkan Alea. Aku takut saat dia diajak main sama temannya yang namanya Jeny itu. Aku gak lihat loh, Mas ada anak kecil di sekitar sini. Sepanjang perjalanan kemari, aku hanya melihat banyak manula yang lagi duduk di teras rumahnya. Rumah di sini juga terlihat lawas semua. Apa mereka tidak pernah merenovasinya ya, Mas?”

  “Aku tidak tahu, Sayang. Mungkin mereka tidak ingin mengubah nuansa lawas dari rumah mereka.”

  “Apa mereka semua juga mempunyai anak, Mas?”

  “Punya. Tapi anak-anak mereka semuanya merantau ke kota. Jarang banget pulang menjenguk orang tuanya.”

  “Kasihan banget.”

  “Makanya aku ngajak kamu dan Alea pindah ke sini. Aku juga tidak ingin meninggalkan satu-satunya peninggalan orang tuaku. Kamu tahu sendiri kan kalau aku anak tunggal? Saat orang tuaku telah tiada, aku yang harus bertanggung jawab untuk merawat dan mewarisi peninggalan mereka.”

  “Iya, Mas. Aku paham kok.”

  “Ya sudah. Kita tidur yuk. Aku mulai ngantuk nih.” Kata Reihan sambil tangannya mengucek matanya. Mulutnya mulai menguap. Tanda mengantuk telah tiba.

  “Iya, Mas.” Jawab Jihan.

Tidak butuh waktu lama, Reihan terlihat tertidur pulas. Sedangkan Jihan berusaha menutup matanya meskipun sebenarnya ia tidak bisa tidur. Karena hari ini adalah hari pertamanya bermalam di rumah barunya.

Jihan merasa haus. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Kebetulan untuk ke dapur harus melewati kamar Alea. Ia penasaran. Apa puterinya sudah tertidur dengan nyenyak?

Di bukanya pintu kamar Alea. Gadis cantik itu nampak tertidur pulas di atas ranjangnya. ia terlihat sangat manis sambil memeluk bonekanya. 

  “Kenapa Alea dan Mas Reihan begitu cepat tertidur? Sedangkan aku?”  Katanya sambil menutup pintu kamar anaknya.

Baru berjalan 2 langkah, ia mendengar suara bising dari kamar Alea. Jihan berdiam sejenak. Meyakinkan bahwa suara bising itu benar-benar dari kamar anaknya. Dengan sigap ia membuka pintu kamar itu lagi. 

  “Aleaaaaaaa...” Teriak Jihan. ia duduk terjatuh ketakutan melihat anaknya yang tiba-tiba merayap di dinding kamar. Gadis kecil itu merayap sangat cepat seperti cicak. Rambutnya terurai panjang berantakan. Matanya memerah. Mulutya penuh darah. Wajahnya sangat pucat. Gadis itu semakin merayap naik hingga ke langit-langit kamarnya. Dipegangnya lampu yang menyala. Anehnya gadis itu tidak tersetrum. Ia malah memainkan lampu itu. Sambil memegang lampu, Alea bergelantungan di atas kamarnya. Ia menatap seram wajah sang Ibu.

  “Kamu bukan Alea. Pergi! Pergi dari tubuh anakku!” Kata Jihan yang masih terduduk lemas sambil menyeret-nyeret kakinya. Ia berusaha menjauh dan lari. Namun apa daya kakinya lemas tidak bisa digerakkan. 

Alea semakin melotot ke arah Jihan. 

  “Aku mau Ayahku!” Ucap Alea yang telah dirasuki oleh roh jahat itu. Entah siapa yang telah merasuki tubuh Alea. Dan siapa ayah dari roh yang merasuki tubuh anaknya itu? Jihan semakin takut. Kenapa ia yang harus diteror? Apa salah dia sehingga selalu mendapatkan teror lewat anaknya?

  “Aku tidak tahu ayahmu! Pergi! Jangan ganggu anakku!” kata Jihan berteriak.

Alea semakin mendekati ibunya. Ia lompat dari kamarnya menuju hadapan sang  ibu.

  “Jangan mendekat! Jangan mendekat! Pergi!” Teriak Jihan sekali lagi. Wanita itu pun terbangun dari tidurnya. Ternyata itu hanyalah mimpi. Jihan tersadar dari mimpinya lantaran dibangunkan oleh Reihan. Napasnya terengah-engah. Seperti selesai mengikuti perlombaan lari maraton. Jihan benar-benar ketakutan.

  “Ada apa, Sayang? Kamu tadi mengigau. Sepertinya kamu ketakutan. Kamu mimpi buruk?” Tanya Reihan kepada istrinya yang masih tertekan oleh mimpinya.

Jihan tidak menjawab. Ia langsung memeluk erat sang suami. Ia takut jika harus tinggal di rumah tersebut.

  “Kamu tenang dulu ya. Minum dulu.” Kata Reihan yang kemudian menyodorkan segelas air putih yang berada di meja samping tempat tidurnya.

Jihan pun meminum air tersebut. Ia masih tampak tegang. Ia takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya selama tinggal di rumah ini. namun mimpinya menjadi misteri. Siapakah yang di maksud oleh sosok yang merasuki tubuh anaknya yang ada di dalam mimpinya tadi? Lalu apa ada hubungannya dengan bisikan yang ia dengar saat sholat maghrib tadi? 

  “Kamu baca do’a dulu kalau mau tidur.” Kata Reihan.

  “Iya, Mas. Tadi aku lupa baca do’a. Makanya aku mimpi buruk.”

  “Ya sudah. Sekarang kamu baca do’a dulu. Terus tidur.” Pinta Reihan.

Jihan mengangguk. Ia membaca do’a sebelum tidur. Namun ia masih terpikirkan oleh mimpinya yang mesterius itu. Apakah rumah ini mempunyai cerita menyeramkan sebelumnya? Kenapa ia selalu diteror dengan sosok-sosok yang menyeramkan? Padahal ini masih hari pertama. Namun sudah ada saja kejadian janggal yang menimpa keluarganya.

Jihan penasaran dengan Alea. Apakah anaknya baik-baik saja? Ia beranjak dari tempat tidurnya. Dengan mengumpulkan keberaniannya, Jihan melangkahkan kaki menuju kamar Alea. Dibukanya pintu sang anak secara perlahan. Ia tenang. Lantaran mendapati puterinya tertidur pulas.

  “Hufftt. Alhamdulillah. Akhirnya apa yang aku khawatirkan tidak terjadi.” Jihan bernapas lega. Wanita itu kembali berjalan menuju kamarnya. Namun ia masih merasa takut. Jihan selalu mengawasi di setiap sudut sekitarnya. Ia takut jika hal menakutkan akan kembali terjadi, seperti setelah maghrib tadi.

Di dapatinya Reihan yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Lelaki itu nampak duduk melamun di atas ranjangnya. Tatapannya kosong. Jihan nampak bingung. Apa yang terjadi dengan suaminya.

  “Mas Reihan? Kenapa duduk, Mas?” Tanya Jihan yang mulai mendekatinya.

  Lelaki itu tetap diam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Jihan menjadi takut.

  “Mas. Mas Reihan.” Panggilnya sambil menggoyang-goyangkan lengan suaminya.

Reihan menatap tajam pandangan Jihan. Reihan yang tadinya baik-baik saja, kini menjadi menyeramkan. Jihan takut dengan sorotan mata suaminya. Suasana tenang kini menjadi mencekam.

  “Mas. Kamu kenapa, Mas? Ada apa denganmu?” Tanya Jihan takut. Perlahan wanita itu menjauh dari suaminya. Tetapi Reihan malah berdiri dari posisinya dan mendekat ke arah Jihan.

  “Mas. Kamu ini kenapa? Mas.” Jihan semakin ketakutan. Ia berjalan mundur sampai di sudut ruang kamar. Jihan tak bisa berkutik. Suaminya itu semakin mendekat ke arah tubuhnya. Tatapannya semakin tajam. Jihan memejamkan matanya. Ia hanya bisa pasrah melihat suaminya yang sepertinya kerasukan itu. 

Kedua tangan Reihan mengangkat. Seakan ingin mencekik leher sang istri.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • BA'DA MAGHRIB   Niat Terselubung

    ### "Kamu pakai ini aja." Reihan menyerahkan gaun putih kepada Sekar untuk dipakai. "Kok gaunnya tipis banget, Mas? Pasti terawang." Sekar membolak-balikkan gaun yang ia pegang. Ia tak yakin kalau harus memakai gaun pemberian dari Reihan. "Kamu gak usah khawatir. Aku gak akan ngapa-ngapain kamu kok. Justru gaun seperti ini lah yang biasanya dipakai sama para model," bujuk Reihan dengan senyum menyeringai. "Baik deh, Mas. Aku akan memakainya. Tapi janji ya, lukisannya harus bagus." "Iya. Pasti. Tenang aja. Aku akan buat lukisan yang cantik seperti dirimu."Dengan wajah malu-malu, Sekar mulai berganti pakaian di kamarnya. Kebetulan hari ini ayah dan ibunya Sekar sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang bekerja di kebun tetangga. Maka dari itu Reihan menggunakan kesempatan ini untuk bisa mendekati Sekar.Tak lama kemudian, gadis cantik tersebut keluar dari kamarnya. Dengan mengenakan gaun putih tembus pandang. Tentu saja dal*aman yang dikenakan Sekar terlihat jelas. Reihan yan

  • BA'DA MAGHRIB   Awal Mula Kejadian

    "Aku? K-kenapa denganku?" tanya Reihan gugup dan terbata-bata. Gelagatnya menampakkan seperti orang salah tingkah. Nasi sudah menjadi bubur. Jika benar pelakunya adalah Reihan, maka ia harus bersiap menanggung akibatnya. Jihan berjalan menghampiri suaminya secara perlahan. Dengan tatapan yang tajam, wanita tersebut meminta penjelasan kepada pria yang digadang-gadang sudah menghancurkan hidup Sekar di masa lalu. "Apa benar kamu yang menghamilinya, Mas?" tanyanya dengan suara lirih. Akan tetapi, Reihan semakin gugup dan merasa tersudutkan saat itu. "Itu tidak benar! J-jangan percaya! Apa kamu lebih percaya dengannya dari pada suamimu sendiri?" Reihan semakin memundurkann langkahnya. "Jangan bohong kamu, Mas! Kalau kamu tidak melakukannya, kenapa dia selalu meneror keluarga kita?" Nada bicara Jihan semakin meninggi, membuat Reihan merasa semakin tersudutkan. "Apa aku harus mengingatkan kembali kelakuan bejatmu saat itu, Reihan!" Tiba-tiba suara seorang wanita menggema begi

  • BA'DA MAGHRIB   Mengungkap Kebenaran

    Entah kenapa saat ustadz Zein menanyakan hal tersebut, raut wajah Reihan tampak panik. Pria tersebut sesekali menoleh ke arah sang istri. "Tidak, Ustadz. Ada tetangga kami yang rumahnya agak berjauhan," jawab Reihan berdalih dengan raut wajah cemas. Ustadz Zein membacakan ayat-ayat suci dan berusaha menetralkan suasana rumah yang sejak awal terkesan sangat horror. Di tengah-tengah kekhusyukannya, tiba-tiba ustadz Zein merasa jika ada yang menghantam dadanya dari depan. Hingga beliau terpental beberapa meter ke belakang. "Astaghfirullahal'adzim." Suaranya sedikit parau lantaran menahan sakit di dadanya. Kedua matanya menatap sengit siapa yang sedng berdiri di hadapannya. "Siapa kamu?" tanya ustadz Zein secara lantang sambil memegangi dadanya yang sakit. Jihan langsung menarik Alea dan menyembunyikannya di belakangnya. Meskipun ia dan suaminya tidak bisa melihat, siapa sosok yang sedang berinteraksi dan berusaha menyerang ustadz Zein. "Kalau kau mau selamat, jangan iku

  • BA'DA MAGHRIB   Ruqyah

    Aku tengah meratapi masa mudaku yang hancur karena dirusak oleh dirinya. Ku kira dia adalah pria yang baik. Tidak ada gelagat yang mencurigakan sama sekali yang ada padanya. Aku tertipu akan sikap santun yang dimiliki pria yang telah merusak hidupku. “Pria itu? Siapa dia?” gumam Jihan bertanya kepada dirinya setelah membaca sepenggal isi dari buku diary milik ibunya Jeny yang malang.Dibukanya lagi lembar selanjutnya. Berharap dari buku diary itu ia menemukan sebuah titik terang yang menjadi penyebab dirinya selalu diteror oleh sosok wanita yang tak diketahui dia siapa.Apa yang bisa aku harapkan sekarang? Aku tidak akan membiarkan bayi yang ada di dalam kandunganku ini mati, sedangkan aku masih hidup. “Jadi dia tidak bermaksud untuk menggugurkan Jeny?” Satu persatu curahan hati Sekar ia baca dengan penuh penghayatan. Jihan bisa meraskan bagaimana rapuhnya Sekar kala itu. Hingga akhirnya ia tiba di lembar ketiga. Dimana di lembar tersebut Sekar menuliskan sebuah kalimat terakhir

  • BA'DA MAGHRIB   Perbincangan Jihan dan Gadis tak Kasat Mata

    "Huft. Ternyata cuma cicak," Jihan mendengkus kesal. Ia segera menuju ke dapur untuk membuatkan makanan untuk puterinya. Ruangannya yang sedikit lembab membuat Jihan merasa tidak nyaman berlama-lama di tempat khusus memasak itu. Dengan cepat ia segera menyelesaikan tugasnya dan kembali menuju ke kamar Alea.Makanan sudah matang. Hanya sepiring nasi bertopingkan telur dadar di atasnya. Jihan keluar dari dapur dan berjalan menuju kamar Alea. Dilihatnya sang suami yang sudah nampak bersih dan wangi. Sepertinya Reihan sudah membersihkan dirinya."Kok sudah rapi, Mas? Tumben? Mau kemana?" Tanya Jihan saat mencium bau parfum dari pakaian yang dikenakan oleh sang suami. Rambutnya pun tersisir rapi. "Mau keluar sebentar. Nitip Alea ya," jawab Reihan dengan mimik datar. Karena pria itu masih kesal dengan ajakan Jihan untuk meninggalkan rumah horor tersebut. "Kemana, Mas?" tanya Jihan penasaran. "Mau ke rumah Pak Ustadz buat jemput ke sini. Katanya suruh meruqyah rumah ini?" jawab Rei

  • BA'DA MAGHRIB   Mereka Semua Menghitam

    Siang berganti sore. Sinar matahari yang tadinya sangat menyengat mulai bergeser ke arah barat. Jihan segera membangunkan kedua orang tercintanya yang masih tertidur lelap.Pertama, ia menuju ke kamarnya untuk membangunkan Reihan. "Mas. Bangun. Sudah sore nih. Gak baik kalau tidur sore hari. Nanti kepala kamu juga pusing loh," ucap Jihan sambil menggoyang-goyangkan badan suaminya yang masih terbaring di atas ranjang. Reihan menggeliat. "Jam berapa sih, Sayang? Aku masih ngantuk," tanyanya dengan suara yang parau. "Jam tiga sore, Mas. Jangan tidur sore ah. Nanti saja tidurnya kalau sudah jam sembilan malam," ucap Jihan. "Hmm. Iya deh. Sayangku. Memangnya kamu siang ini gak tidur?" tanya Reihan yang belum kunjung merubah posisinya menjadi duduk. "Aku gak bisa tidur, Mas. Aku takut," jawab Jihan cemas. "Apa yang kamu takutkan? Kalau kamu mengantuk, tidur saja. Jangan memaksakan untuk terjaga. Nanti kesehatan kamu malah terganggu karena kurang istirahat," tutur Reihan yang perl

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status