Home / Romansa / BABY CEO / Chapter 5

Share

Chapter 5

last update Last Updated: 2022-11-18 13:26:38

Chapter 5

Paginya Vanya bangun dan cuaca sangat cerah, gadis itu mengenakan bikini lalu masuk ke kolam renang indoor yang ada di dalam rumah.

Ternyata tinggal di rumah mewah ada gunanya juga, pikir Vanya seraya berenang-renang seperti seekor lumba-lumba yang lincah dan gesit.

Sepulang sekolah Tammy menantangnya berenang dan menjadikan Wilson hadiah seperti barang saja. Tetapi, bukan Vanya namanya kalau tidak menerima tantangan meskipun dia tidak tertarik dengan Wilson.

Ia lebih baik menerima tantangan Tammy dari pada diejek Tammy dan kawan-kawannya, dianggap tidak berani bertarung.

Enak saja, siapa yang takut?

Hanya saja, karena Vanya tidak tertarik berpacaran dengan Wilson, Vanya berencana akan memperlambat kecepatan renangnya dengan ketara agar semua yang menyaksikan tahu kalau dirinya hanya mengalah di detik terakhir. Biarkan saja Tammy yang mendapatkan Wilson.

Vanya terus meskipun menyadari kedatangan Ares, ia memilih mengabaikan kakak tirinya yang mengenakan setelan jas dan berjongkok di tepi kolam seraya menatapnya. Vanya baru menepi setelah dirasa latihannya telah cukup.

"Selain jago melompati pagar, ternyata kau jago berenang juga, ya?" tanya Ares.

Vanya mengusap air di wajahnya kemudian tersenyum mengejek kepada Ares. "Selamat pagi, Brother."

"Jam berapa kau pulang tadi malam?"

Vanya mengedikkan bahunya. "Kenapa kau tidak menungguku sampai aku kembali agar kau tidak perlu lagi bertanya padaku?"

Ares menghela napasnya diam-diam, agak terkejut karena sepertinya Vanya tidak takut pada siapa pun. "Mulai sekarang aku akan menawasimu."

Vanya mencibir ucapan Ares. "Jadi, setiap malam kau akan mengawasiku agar aku tidak ke mana-mana?"

"Ya. Itu salah satunya."

"Mengesankan," ucap Vanya seraya mengangguk-angguk.

"Trikmu tadi malam tidak akan bisa kau gunakan lagi."

"Oh, ya? Kalau begitu kau akan melihat trik lain dariku," ucap Vanya dengan nada sangat santai.

Memangnya Ares bisa mengendalikannya? Ibunya saja bisa dikelabui berulang kali, apa lagi hanya Ares yang sama sekali tidak mengenalnya. Vanya keluar dari air dan melepaskan bra dan mengenakan jubah mandinya tanpa memedulikan Ares yang berada tidak jauh darinya lalu melepaskan celana dalamnya.

Ares mengernyit menyaksikan apa yang dilakukan Vanya dan menggelengkan kepalanya. "Vanya, lain kali jangan membuka pakaianmu di depan laki-laki seperti itu."

Vanya mengerutkan alisnya. "Di club renang, kami melakukannya dan tidak seorang pun berpikir mesum sepertimu."

Apa pergaulan anak sekarang sudah sangat berbeda dengan pergaulannya di masa SMA dulu? Apa sekarang bertelanjang di depan teman laki-laki dianggap wajar? Ares mengusap pelipisnya.

"Kau sudah dewasa, bertelanjang di depan laki-laki...."

"Kau adalah kakaku, sama seperti Julio. Lalu apa masalahnya?" potong Vanya dengan nada gusar.

"Aku hanya kakak tirimu, Vanya," geram Ares.

"Bukankah tadi malam kau mengatakan kita bersaudara?" ucap Vanya dengan nada kesal dan melotot menatap Ares. "Dengar, kakak tiriku. Aku tidak senang kau terlalu banyak omong, menceramahiku seperti ibuku apa lagi kau mencampuri urusanku."

"Kau perempuan, keluar tengah malam sendirian sangat berbahaya," kata Ares.

Vanya memutar bola matanya. "Siapa yang keluar sendirian?"

Benar-benar anak yang liar, pantas saja Tania kelimpungan mengurusnya, pikir Ares.

"Teman laki-lakimu itu...."

Vanya mengibaskan tangannya di depan wajahnya. "Tenang saja, aku tidak akan hamil seperti yang ditakutkan ibuku karena aku tidak tertarik berpacaran dengan laki-laki!"

Ares mengerutkan alisnya. "Kau...."

Vanya mengernyit. "Memangnya kenapa?"

Tentu saja hanya berbohong. Jangankan kekasih berjenis kelamin perempuan, teman saja tidak punya. Vanya kesal memikirkannya dan berlari menjauhi Ares.

Setelah membilas tubuhnya dan mengeringkan rambut Vanya keluar dari kamarnya dan bergabung dengan ibunya, Raul, dan Ares di meja makan.

"Selamat pagi, Ma," sapa Vanya kepada ibunya tanpa menyapa Raul apa dan berpura-pura tidak melihat Ares yang sedang membaca koran pagi.

Baru saja Vanya meletakkan tas punggungnya di kursi dan hendak duduk, seorang pelayan datang menghampirinya.

"Nona Vanya, temanmu datang," kata pelayan.

Tania menatap Vanya dengan curiga. "Katakan pada Dario, Vanya tidak akan pergi ke sekolah bersamanya," ucapnya dengan nada sangat tegas kepada pelayan.

"Tapi, yang datang adalah Wilson," ucap pelayan.

Vanya menghabiskan segelas susu hangat kemudian meraih selembar roti dan menggigitnya. "Ma, aku pergi bersama Wilson."

Kemudian tanpa menunggu jawaban ibunya, Vanya menyambar tas punggungnya dan berlari meninggalkan ruang makan. Sementara Ares diam-diam tersenyum menyakitkan ekspresi Tania yang kelihatannya sangat kesal.

"Dia sudah dewasa, biarkan saja dia bergaul dengan temannya," ucap Ares.

"Tania hanya khawatir dengan putrinya," ucap Raul.

Tania mengusap keningnya seraya menghela napasnya dengan lembut. "Sepertinya selama ini aku terlalu memanjakannya."

Raul meraih telapak tangan Tania dan menggenggamnya. "Kau melakukan hal yang benar selama ini, kau sudah berusaha dengan baik, mi amor."

"Tapi, kau melihat sendiri seperti apa Vanya. Hampir setiap hari gurunya meneleponku, melaporkan kenakalannya di sekolah," dengus Tania dengan lembut.

Menyaksikan kemesraan ayahnya dan Tania, Ares ingin sekali membalik meja makan dan mencabik-cabiknya. Tetapi, dia hanya bisa tersenyum masam seraya menyeruput kopi dari cangkirnya.

"Karena aku sekarang sedang tinggal di sini, aku tidak keberatan untuk membantumu mengurus Vanya, Tania," ucap Ares.

"Ide yang bagus," sahut Raul dan pria itu mengangguk-angguk pelan. "Persiapan pemilihan parlemen tahun depan akan membuatmu sangat sibuk, kau harus mempersiapkan diri dari sekarang."

Tania mendesah dan menatap Raul. "Kau benar, Sayang."

Ares jijik mendengar Tania memanggil ayahnya dengan mesra seperti itu. "Ya. Kau lebih baik berkonsentrasi dengan pekerjaanmu, Tania."

Tania menatap Ares. "Tapi, kau juga pastinya sangat sibuk mengurus dua perusahaan, Ares."

Ares tersenyum penuh kepalsuan. "Tidak apa-apa. Lagi pula, kita sekarang sudah menjadi keluarga dan aku senang sekali memiliki adik perempuan, aku tidak keberatan membantumu mengawasinya."

***

"Kenapa kau ke sini?" tanya Vanya kepada Wilson yang duduk di jok mobil dengan posisi pintu mobil terbuka.

"Menunggumu," jawab Wilson kemudian keluar dari mobil dan mengambil roti yang digigit Vanya.

"Kau mengambil sarapanku!"

Wilson menggigit bagian roti yang tidak ada bekas gigitan Vanya. "Kenapa kau melakukan taruhan seperti itu?"

"Kau percaya pada ketua geng sampah itu?"

"Aku tahu Tammy yang mencetuskan, tapi kenapa kau terima?" tanya Wilson dan mengembalikan roti pada Vanya.

"Tenang saja, aku akan mengalah di detik terakhir! Kita tidak perlu pacaran."

"Coba saja kalau kau berani mengalah," kata Wilson.

Vanya yang baru saja menjejalkan sisa roti ke mulutnya tersedak hingga rotinya terjatuh ke tanah. "Apa kau bilang?"

"Aku lebih baik pacaran denganmu dari pada pacaran dengan Tammy. Jadi, kau harus menang atau kita tidak lagi berteman."

Vanya melotot. "Apa kau gila?"

"Kalau begitu, batalkan taruhan kalian," kata Wilson seraya memberikan kode kepada Vanya untuk duduk di kursi pengemudi.

Vanya mengernyit dan masuk ke dalam mobil Wilson. "Batalkan saja sendiri, aku tidak ingin jadi pecundang," ucapnya seraya menyeringai jail.

"Sial!" Wilson menggeram seraya membanting pintu mobilnya lalu membungkuk menatap Vanya. "Aku tidak akan memberimu contekan lagi jika kau tidak memenangkan taruhan."

Vanya menekan tombol mesin mobil dan menyeringai. "Baiklah, kujamin hari ini aku akan menang."

Wilson terkekeh senang kemudian membuka pintu sebelah kanan mobil lalu duduk di samping Vanya. Tetapi, baru saja Wilson menutup pintu mobilnya, Ares datang menghampiri Vanya.

"Vanya, mulai hari ini kau pergi dan pulang sekolah bersamaku," kata Ares dengan nada sangat dingin.

Wilson mengerutkan keningnya. "Siapa dia?"

"Anak pria tua itu," jawab Vanya tanpa mengecilkan volume suaranya kemudian berdehem. "Kakak tiriku."

"Vanya," panggil Ares dengan nada datar.

"Ibuku sudah tahu kalau hari ini aku akan pergi bersama Wilson," jawab Vanya seraya memasang sabuk pengaman dan tidak sedikit pun menoleh kepada Ares.

Ares membuka pintu mobil. "Tania sudah menyerahkan semua urusanmu padaku. Sekarang, keluar dan masuk ke dalam mobilku."

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan Rate!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

👉🍒🥰

Cara baca nama Spanyol/Amerika latin.

Julio 👉 Hulio

Ares 👉 Aris

Cariño = karinyo

ñ = ny

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BABY CEO    Chapter 90 (end)

    Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h

  • BABY CEO    Chapter 89

    Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va

  • BABY CEO    Chapter 88

    Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V

  • BABY CEO    Chapter 87

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,

  • BABY CEO    Chapter 86

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg

  • BABY CEO    Chapter 85

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status