Hola, enjoy this chapter!Chapter 7Stepbrother Ketika Ares tiba di ruang kepala sekolah, dia tidak mendapati keberadaan kepala sekolah di sana. Hanya ada Vanya yang duduk di atas meja dengan kaki menjuntai ke bawah dan bergoyang-goyang. Telinga gadis mengenakan earphone dan mulutnya terisi lolipop, sikapnya seperti bocah taman kanak-kanak yang sedang menunggu jemputan ayahnya. Ares diam-diam menghela napas, merasa jengkel karena sepertinya hari ini telah mengambil keputusan bodoh untuk mengurus gadis bandel yang mengharuskan dirinya belajar menahan emosi. "Ayo, pulang," ucap Ares setelah berada tepat di depan Vanya. "Apa?" tanya Vanya seraya mendongak dan melepaskan sebelah earphone-nya."Pulang," kata Ares dengan nada dingin. Vanya menggeleng dan tatapannya polos seperti tidak pernah melakukan kesalahan. "Tapi, tadi kau bilang hari ini tidak boleh membolos." "Kau diskors mulai hari ini," ujar Ares."Wow, ini rekor baru," ujar Vanya dengan mata terbelalak seraya melompat turun
Hola, happy reading and enjoy this chapter!Chapter 8Ares menatap Vanya yang keluar dari ruang kerjanya bersama Leo, asistennya. Menurutnya, Vanya sangat cerdik dalam setiap tindakan bahkan terlalu licik. Salah satunya saat dengan menggandengnya di menuju tempat parkir. Vanya tentunya sudah memperhitungkan jika mereka akan menjadi buah bibir di sekolah, gadis itu bersikap dengan cara yang sangat natural hingga Ares tidak menaruh sedikit pun kecurigaan saat itu. Juga saat Vanya duduk dengan tenang dan mereka menyantap makan siang bersama, tidak sedikit pun Vanya menunjukkan gelagat kalau dirinya sedang digosipkan di obrolan grup sekolah. Gadis itu benar-benar pandai berakting, tidak ada kepanikan, apa lagi menunjukkan emosinya. Menarik, batin Ares dan dia penasaran bagaimana cara membuat seekor rubah yang licik menurut layaknya seekor poodle yang manis. Ares merogoh saku jasnya dan mengambil ponsel untuk menghubungi Leya, berharap Leya dapat memberikan solusi atas masalahnya."Kau
Hola, happy reading and enjoy this chapter!Chapter 9Ketika Leo memberitahu bahwa Vanya didorong ke kolam renang oleh salah satu siswi hingga basah kuyup, Ares sedang berada di ruang pertemuan. Melalui pesan teks ia memerintahkan Leo agar Vanya mandi dan mengganti pakaian di ruang istirahat pribadinya. Ada beberapa kemeja bersih yang terletak di dalam lemari dan tidak lupa Ares juga memerintahkan Leo untuk menyiapkan segelas cokelat panas untuk Vanya. Pukul empat sore pertemuan baru saja usai, Ares kembali ke ruang kerjanya. Sebuah paper bag tergeletak di atas meja kerjanya, Ares tidak memeriksa isinya karena yakin isinya adalah pakaian baru Vanya yang dibeli oleh Leo. Ares lalu membawa paper bag itu ke ruang pribadinya agar Vanya mengganti pakaiannya, tetapi ia justru mendapati mata Vanya terpejam dan bernapas dengan teratur. Ares bergerak perlahan mendekati tempat tidur, diamatinya Vanya yang bahkan dalam keadaan terlelap pun gadis itu berekspresi cemberut. Bibir Ares mengulas s
Hola, enjoy this chapter dan tolong bantu share cerita ini yaa....Chapter 10Vanya melemparkan bantal ke arah pintu meskipun bantal yang dilemparkan tidak mengenai pintu, hanya melayang beberapa meter dari tempat tidurnya. Memiliki kamar yang terlalu besar ternyata menjengkelkan juga, terutama saat pintu diketuk dari luar Vanya tidak bisa membukanya sambil tetap memejamkan mata atau berteriak agar orang itu berhenti mengetuk pintu. Vanya mengentakkan kakinya ke lantai seraya mengumpat kemudian membuka pintu. "Apa kau tidak melihat tulisan di pintuku?" "Ini sudah jam sepuluh, Vanya," kata Ares seraya menatap Vanya yang tentu saja cemberut. "Memangnya siapa yang peduli pada jam? Ini Sabtu dan aku ingin tidur sepanjang hari, kalau perlu sampai Senin!" bentak Vanya seraya bermaksud menutup kembali pintu kamarnya. Dia sangat jengkel karena Ares tidak membaca tulisan di depan pintu kamarnya : JANGAN GANGGU VANYA! "Tidur terlalu lama tidak bagus untuk kesehatan dan tubuhmu perlu makan,
Hola, enjoy this chapter!Chapter 11Ketika Vanya membuka pintu Bugatti yang dikemudikan Ares, Julio sedang menyiram pepohonan di area sekitar rumah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Ares, Vanya keluar dari mobil lalu berlari ke arah Julio. "Julio...." seru Vanya dan Julio segera melepaskan selang air yang dipegangnya kemudian merentangkan tangannya seraya menyongsong kedatangan Vanya. "Aku merindukanmu," ucap Julio seraya memeluk Vanya. "Aku sangat merindukanmu, di mana Papa?" "Papa masih di tempat kerja," ucap Julio seraya melepaskan pelukannya kemudian mematikan kran air."Ada acara apa? Kenapa Papa mengundangku makan malam hari ini?" tanya Vanya.Julio merangkul pundak Vanya dan mereka berjalan ke arah pintu masuk. "Jadi, kalau Papa tidak mengundangmu ke sini, kau tidak akan mengunjungi kami?" Vanya menyeringai. "Kau tahu sendiri, 'kan? Aku kesulitan mendapatkan izin keluar rumah." Julio terkekeh. "Tapi kau bisa melarikan diri kalau malam." Vanya menyeringai. "Seka
Chapter 12Pukul enam pagi, ponsel Ares berdering. Pria itu pastinya akan mengumpat jika yang meneleponnya bukan Leya. "Kuharap, aku tidak mengganggu waktu tidurmu," ucap Leya dengan nada lembut. Ares menguap. "Jika kau tidak sedang berada di San Diego, aku akan meminta pertanggungjawabanmu." Leya membalasnya dengan tawa riang. "Aku baru mendarat di John F. Kennedy dan harus menunggu tiga jam lagi untuk penerbangan selanjutnya." "Oh, sekarang kau sedang melampiaskan kebosananmu padaku?" tanya Ares dengan nada malas."Ya. Dan kau harus mau karena mustahil aku menelepon Vanya." Mata Ares terbuka. "Kita belum membicarakan ini, bagaimana menurutmu adik tiriku itu?" "Dia manis, cantik, menarik, dan mudah bergaul." Omong kosong! Leya pastinya sudah masuk dalam jebakan Vanya. Gadis itu hanya berpura-pura manis di depan Leya. "Jadi, kau berpikir jika aku yang tidak pandai dalam mengakrabkan diri padanya?" Leya terkekeh renyah. "Aku tidak bilang begitu, tetapi syukurlah kau menyadari k
Hola, enjoy this chapter.Chapter 13Vanya melayangkan protes karena tidak ingin berenang di kolam renang, mereka berada di Valencia, akan lebih baik jika mereka pergi ke pantai karena setelah Vanya mengecek jarak dari tempatnya berada tidak terlalu jauh dari pantai. Memang tujuan Ares membawa Vanya bukan untuk berenang di kolam renang di rumahnya, dia berniat mengajak Vanya berenang di sebuah tempat yang jauh lebih indah pemandangannya dibandingkan dengan kolam renang di rumahnya. Ares mengeluarkan sebuah salah satu koleksi mobil mewahnya dan membawa Vanya menuju sebuah hotel di tepi pantai. Di sana Ares memesan sebuah paviliun pribadi yang pemandangannya langsung mengarahkan ke pantai dan terdapat sebuah kolam renang yang cukup luas."Ares, kenapa kau menyewa kamar?" tanya Vanya ketika staf hotel baru saja meninggalkan mereka di dalam paviliun. "Kita tidak akan menginap di sini. Kita hanya memerlukan fasilitas pribadinya saja." Vanya mengedikkan bahunya, padahal berenang di panta
Hola, enjoy this chapter!Chapter 14Vanya membuka matanya dan mendapati dirinya bukan di mobil yang dikemudikan Ares lagi, gadis itu duduk dan memerlukan waktu beberapa detik untuk mengembalikan pikirannya dan menyadari jika dirinya berada di tempat yang asing. Masih di Valencia-di kamar Ares. Ia menggaruk kepalanya kemudian turun dari tempat tidur dan mencari-cari ponselnya tetapi tidak menemukannya.Ia keluar dari kamar dan mendapati jika suasana di luar kamar lebih gelap, hanya lampu yang menempel pada dinding yang menyala dengan cahaya temaram seolah mengisyaratkan jika rumah itu tidak berpenghuni. "Ares," panggil Vanya. Vanya celingak-celinguk, sedikit kebingungan harus ke arah mana melangkah karena itu adalah pertama kalinya dia berada di sana. "Ares," panggilannya lagi. Kemudian Vanya memutuskan untuk berjalan ke arah kanan dan melalui beberapa pintu yang tertutup. Ketika tiba di ujung lorong, Vanya melihat ada cahaya dari bawah pintu, ia bergegas mendekati pintu dan menge