Share

5. RUANGAN RAHASIA

Hari ini adalah jadwal Tazkia check up kesehatan ke rumah sakit setelah kurang lebih dua minggu dia beristirahat total di rumah.

Dua hari yang lalu, Regi berangkat ke Singapura untuk keperluan bisnis dan dia mengatakan akan kembali hari ini untuk mengantar sang istri check up.

Berhubung hari sudah sore dan Regi belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah, Tazkia pun berinisiatif untuk pergi check up sendiri.

Sebenarnya tidak check up pun, dia merasa kondisi kesehatannya sudah lebih baik dari hari ke hari, hanya saja dia perlu memeriksakan kondisi kesehatan rahimnya pasca mengalami keguguran untuk yang kesekian kali. Meski jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Tazkia tak mengharapkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya dengan Regi sejauh ini.

Tidak selama sikap Regi belum berubah terhadapnya.

"Aduh, saya lupa bawa surat check upnya lagi. Sebentar ya Pak," ucap Tazkia saat dirinya baru saja memasuki mobil.

"Biar saya saja yang ambilkan, Bu," kata Lilis yang saat itu menghantar kepergian sang majikan di teras.

"Kamu tau tempatnya?"

"Di kamar ibukan?"

"Iya, di laci kamar sebelah kiri tempat tidur. Paling atas ya, Lis," beritahu Tazkia pada salah satu asisten rumah tangga barunya itu.

Dengan sigap Lilis pun berbalik dan berjalan tergesa menuju kamar Tazkia di lantai atas. Sementara Tazkia menunggu di mobil bersama supir pribadinya, Pak Aan.

Tak lama, Lilis kembali dengan wajah pucat, dia memberikan surat check up yang dimaksud sang majikan, masih dengan napasnya yang terengah-engah. Seperti orang habis melihat hantu.

"Kamu kenapa, Lis?" Tanya Tazkia bingung.

Lilis menggeleng. "Nggak Bu, nggak kenapa-napa," jawab remaja itu.

"Yaudah, saya berangkat dulu. Nanti kalau suami saya pulang beritahu saja saya udah ke rumah sakit sama Pak Aan, gitu ya?"

"Ibu nggak takut Pak Regi marah kalau berangkat duluan?" Tanya Isah yang juga ada di teras.

Tazkia terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia meyakinkan kedua pembantunya itu untuk tidak mengkhawatirkan hal itu, karena Tazkia sudah lebih dulu menghubungi Regi bahwa dia akan berangkat ke rumah sakit sendiri jika sampai sore Regi belum juga pulang.

Isah dan Lilis menatap kepergian majikannya itu dengan tatapan prihatin. Hingga setelah mobil yang dikendarai Pak Aan menghilang dari pandangan mereka, Lilis tiba-tiba berkata, "Sah, tadi aku lihat, ruangan rahasia yang waktu itu pernah diceritakan Bi Inah ke kita, sebelum dia pergi dari rumah ini,"

"Hah? Yang bener kamu, Lis? Bukannya ruangan itu selalu dikunci sama Bu Tazkia,"

"Tadi pas aku masuk ke kamarnya, aku iseng, penasaran, apa benar ada ruangan seperti yang dibilang Bi Inah itu di dalam kamarnya Bu Tazkia sama Pak Regi, dan ternyata benar ada,"

"Astaghfirullah, jadi semua yang diceritakan Bi Inah tentang Pak Regi itu benar?"

Lilis terdiam.

Tubuh remaja berusia sembilas belas tahun itu tiba-tiba bergidik.

*****

Sesampainya di rumah sakit, karena Tazkia adalah salah satu pasien VIP di sana, jadi dia tak perlu lagi mengikuti prosedur pendaftaran di rumah sakit seperti orang pada umumnya.

Dia langsung menuju ruang kerja Dokter Ilham dan memberikan lembaran check upnya pada suster yang berjaga di ruang kerja sang dokter.

Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, Tazkia mendapat telepon dari Regi yang menyuruhnya untuk segera pulang karena Regi baru saja mendapat telepon dari Dokter Ilham yang berhalangan hadir ke rumah sakit sore itu.

Jadilah, check up terpaksa diundur.

"Loh, Dokter Ilham gimana sih? Kalau memang dia nggak bisa hadir hari ini, harusnya jangan kasih tanggal hari ini dong untuk check up," keluh Tazkia di telepon saat itu.

"Dokter Ilham udah nungguin kamu dari tadi pagi, tapi kamu nggak dateng juga makanya dia pulang. Yaudah besok aja check up nya sama aku. Ini aku baru sampai di Bandara. Jemput ya sayang, aku kangen..." Bisik Regi manja.

Tazkia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dua hari belakangan, Tazkia merasa hidupnya tenang tanpa keberadaan Regi di rumah dan hari ini, suaminya itu pulang, sayangnya Tazkia justru kembali di dera perasaan was-was.

Meski tak dipungkiri, ada sejumput rindu yang tak terbantahkan dalam sudut hati kecilnya yang terdalam.

Sejumput rindu untuk suaminya.

Rindu akan sikap Regi yang dahulu.

"Yaudah kalau gitu, aku jemput kamu ke Bandara sama Pak Aan sekarang. Kamu sama siapa aja emang?"

"Sama Sandra dan Pak Djamal, tapi Pak Djamal dijemput sama anaknya, jadi paling Sandra aja nanti yang nebeng mobil kita,"

"Sandra? Siapa Sandra?" Tanya Tazkia merasa asing dengan nama itu. Sebab yang dia tahu, nama sekretaris Regi itu Ranti, bukan Sandra.

"Sandra sekretaris baruku, kan waktu itu aku udah pernah cerita ke kamu, kalau Ranti resign setelah menikah. Kamu sih kebiasaan, kalau suami lagi cerita nggak pernah fokus di dengar,"

"Ya maaf, mungkin aku lupa,"

"Makanya, jangan terlalu banyak pikiran sayang. Gimana kita bisa punya anak kalau kamu stress melulu? Apa-apa dijadiin beban, jadi pikiran, makanya kamu jadi sering sakit-sakittan sekarang,"

Tazkia mencengkram kuat ponsel di tangannya, menahan ledakan emosi yang tertahan di dada. Ucapan Regi benar-benar membuat Tazkia ingin berkata kasar.

"Aku juga sakit kan gara-gara kamu, Mas!" Tekan Tazkia yang akhirnya tak bisa menahan nyeri di ulu hatinya atas ucapan Regi yang seenak udelnya. Menjatuhkan semua kesalahan pada Tazkia yang seolah-olah tak bisa menjaga kesehatannya.

Hening.

Tazkia tak mendengar suara Regi membalas kata-katanya.

Sampai akhirnya, sambungan telepon itu pun terputus.

Lalu tak lama, Regi mengirim sebuah pesan pada Tazkia yang meminta Tazkia untuk langsung pulang saja karena dia akan pulang menaiki taksi online yang sudah terlanjur di pesan Sandra.

Tazkia menyeka sudut matanya yang berair.

Menatap sekilas pergelangan tangannya yang terdapat bekas luka, lalu menutupinya kembali dengan pakaiannya.

Saat itu, Tazkia sudah berada di lobby, meminta sang supir untuk membawa mobil ke Lobby rumah sakit ketika seseorang memanggil Tazkia dari arah lift.

Tazkia menoleh, dan mendapati sesosok tubuh tinggi seorang lelaki berjalan ke arahnya.

"Nyonya Tazkia ya? Pasiennya Dokter Ilham?" Tanya lelaki itu pada Tazkia.

Tazkia mengangguk, mencoba mengingat-ingat, siapa sebenarnya lelaki ini.

"Saya Fadli, rekan dokter Ilham di rumah sakit ini, yang pernah memeriksa anda waktu itu," Fadli mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.

"Oh ya, saya ingat," kata Tazkia seraya menjabat tangan Fadli.

"Mau check up?" Terka Fadli saat itu.

Tazkia kembali mengangguk.

Fadli menatap Tazkia dengan sorot mata yang sulit diartikan, hingga setelahnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang tersampir di bahunya.

"Ini cek milik suami anda, tolong kembalikan. Saya tidak membutuhkannya. Waktu itu saya sudah beberapa kali mencoba mengembalikannya tapi lagi-lagi cek ini kembali ke saya. Bilang pada suami anda, bahwa saya tidak akan membuka mulut sedikit pun tentang apa yang sebenarnya terjadi pada anda, asalkan, hal itu tidak kembali terulang lagi terhadap diri anda. Dokter Ilham sudah menceritakan semuanya pada saya tentang siapa suami anda dan juga tentang siapa anda, jadi, saya cukup memahami kesulitan anda dalam rumah tangga yang anda jalani sekarang. Hanya saja, saran saya, jangan terlalu memaksakan diri untuk bertahan jika sesuatu yang kita pertahankan justru akan merugikan diri kita sendiri, permisi."

Saat itu, tatapan Tazkia terus tertuju ke arah punggung Fadli tanpa berkedip dengan selembar cek yang berada di tangannya.

Satu titik air mata wanita itu terjatuh meski dengan cepat dia menyekanya.

Nurani Tazkia tersentuh atas ucapan Dokter bernama Fadli itu, sebab sejauh ini, tak ada satu pun orang yang perduli padanya, bahkan keluarganya sendiri pun seolah menutup mata.

Terkadang, adakalanya orang asing terasa seperti keluarga sendiri.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
pasrah mu sdh seperti orang g punya otak, tazkia. daripada bertahan tefus dan bayi2mu meninggal sebelum sempat dilahirkan lebih baim kau aja yg mati. g berguna otak yg kau punya. cuma mampu mengangkang dan menerima aja
goodnovel comment avatar
Juhri
bagus ceritanya thor
goodnovel comment avatar
Siti Kholifah
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status