Share

6. MAIN AMAN

Suara deru mesin mobil terdengar mendekati halaman teras rumah, melintasi kamar Tazkia yang berada di lantai atas.

Tazkia mengintip dari balik jendela kamarnya dan mendapati kepulangan sang suami yang baru saja turun dari sebuah taksi online.

Bukannya berniat menyambut kepulangan Regi, Tazkia malah buru-buru berlari ke arah tempat tidur, menarik selimut dan berpura-pura tidur.

Selang beberapa menit, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan sudah dipastikan itu adalah suaminya. Mata wanita itu pun semakin terpejam erat dengan sekujur tubuh gemetar.

Terlebih saat sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantung Tazkia terasa mau copot.

Dalam hening, Tazkia masih terus mendengar aktifitas suaminya membuka lemari, lalu menaruh beberapa benda di meja dan suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu ditutup, disusul suara kucuran air shower dari arah kamar mandi yang menandakan Regi kini sedang mandi.

Beberapa kali Tazkia bergerak mencari posisi nyaman untuk tidur, namun tak menemukannya juga. Hatinya yang cemas dan gelisah membuatnya tak bisa tidur.

Hingga napas wanita itu kembali tercekat ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, lalu merasakan ranjang tempat tidur di sisinya bergerak.

Perlahan, sebuah tangan kekar Regi membelai rambut Tazkia, tubuh lelaki itu memeluk Tazkia dari belakang dan berbisik di telinga sang istri dengan suaranya yang terdengar lembut.

"Aku tau kamu belum tidur, sayang... Aku kangen..."

Jantung Tazkia seolah berhenti berdetak saat itu, terlebih ketika tangan Regi mulai meraba masuk ke dalam piyama yang dia kenakan. Melepas kaitan bra milik Tazkia lalu merayap ke bagian depan. Menggenggam sesuatu yang begitu dia sukai dari bagian tubuh Tazkia di mana inci demi incinya tak pernah Regi lewatkan untuk dijamah.

Kulit halus nan mulus Tazkia selalu sukses membuat seorang Regi dimabuk kepayang.

"Hm, Mas... Kamu udah pulang?" Gumam Tazkia masih berpura-pura. "Maaf aku ketiduran. Hari ini aku capek banget, Mas," tambahnya mencari-cari alasan.

"Capek ngapain sih? Capek mikirin aku?" Goda Regi setengah tertawa. Tangan lelaki itu masih bermain di gundukan kenyal milik sang istri.

Tazkia menahan tangan Regi saat lelaki itu hendak meraba area di apitan selangkangannya.

"Kamu udah mandi?" Tanya Tazkia mengulur waktu.

"Udah dong, makanya sini cium, orang udah wangi begini,"

Regi menarik tengkuk Tazkia mendekat, menjalin ciuman.

Aroma mint terasa menguar di area mulut Tazkia saat lidah Regi mulai mengajak lidah sang istri bermain, saling membelit.

Napas lelaki itu mulai naik turun, tak beraturan.

Regi melepas satu persatu kancing piyama sang istri hingga tubuh bagian atas Tazkia kini sudah polos sempurna.

"Mas... Pelan-pelan," bisik Tazkia yang mulai terpancing gairah. Meski dalam hati masih saja merasa was-was.

"Tenang sayang, malam ini kita main aman ya?"

Tatapan hangat Regi membuat Tazkia sedikit tenang. Pancaran mata itulah yang sesungguhnya Tazkia rindukan setiap kali dirinya dan sang suami bercinta.

Perlakuan manis penuh kelembutan yang Regi berikan malam ini padanya sukses membuat Tazkia melayang.

Hingga permainan itu usai, Regi memang benar-benar tak menyakitinya.

Seandainya sikap kamu bisa seperti ini terus padaku, Mas... Mungkin, aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.

Bisik batin Tazkia saat kini tubuh polosnya tengah berbaring nyaman dalam pelukan sang suami.

"Kia,"

"Hm?"

"Maafin aku ya,"

Tazkia terdiam.

"Aku mau sembuh, dan aku sedang berusaha, hanya saja, aku masih kesulitan mengontrol diriku setiap kali aku marah, hingga akhirnya melampiaskannya pada dirimu. Sungguh, aku benar-benar menyesal setiap kali selesai melakukan hal itu dan melihatmu..."

"Ssst, sudah Mas, cukup. Nggak usah dilanjutkan. Mungkin memang salahku juga sudah membuatmu marah hari itu. Harusnya, aku mematuhi perintahmu, kan?"

"Aku sayang kamu, Kia... Aku nggak mau kehilangan kamu..." Bisik Regi lagi dengan linangan air matanya yang terjatuh di pipi.

Melihat Regi menangis, Tazkia pun jadi ikutan menangis. Diusapnya air mata Regi saat itu lalu semakin dalam membenamkan kepalanya di bahu sang suami.

"Aku juga sayang sama kamu, Mas..." Bisik Tazkia seraya memejamkan mata.

Berharap, semua hal mengerikan yang pernah dia lalui di belakang, akan berakhir malam ini.

*****

"Good Morning sweet heart," sapa Regi menyambut Tazkia yang baru saja membuka matanya. Kebiasaan Tazkia usai bangun untuk shalat Shubuh, pasti dia akan tidur lagi.

Pagi itu Tazkia kesiangan karena jam alarm di ponselnya sengaja dimatikan oleh Regi.

"Kamu matiin jam alarmku lagi Mas?" Tanya Tazkia begitu mengeceknya.

"Iya, soalnya aku mau kamu lebih banyak istirahat," jawab Regi yang saat itu sudah rapi dengan seragam kantornya.

"Kamu kerja hari ini?" Tanya Tazkia sambil berjalan mendekati Regi dan seperti biasa, dia yang memakaikan dasi untuk sang suami.

"Iya dong, kan ini masih hari kerja, Sayang," jawab Regi seraya mencuil ujung hidung istrinya yang bangir, membuatnya gemas.

"Ya, dua hari kemarinkan kamu habis dari Singapura, kupikir hari ini kamu bakal istirahat di rumah gitu,"

"Kerjaan akhir-akhir ini lagi banyak banget dan nggak bisa aku tinggalin, maaf ya?"

Tazkia memulas senyum tanda memaklumi.

Selesai memakaikan dasi Regi, bergandengan tangan keduanya turun ke bawah untuk sarapan.

"Oh ya, jadwal check up hari inikan setelah jam makan siang, nanti kamu dateng aja ke kantorku. Kita berangkat setelah aku selesai meeting dengan Pak Drajat ya?" Saran Regi pada Tazkia saat keduanya sudah duduk bersama di meja makan. Menikmati sarapan pagi mereka.

"Iya Mas, kamu mau sekalian aku bawain bekel nggak buat makan siang?" Tanya Tazkia saat itu.

"Hmm, boleh sih, tapi biasanya Sandra juga suka bawain aku makan siang sebelumnya,"

Tazkia yang saat itu hendak menyuap makanan ke mulut seketika memperlambat gerakannya. Ucapan sang suami membuatnya gagal paham.

"Sandra, sekretaris baru kamu itu?" Tanya Tazkia meyakinkan.

"Iya. Beruntung sih aku kenal dia. Ternyata, dia lebih pintar dan lebih cerdas dari Ranti. Kerjaannya bagus dan selalu memuaskan, dan yang paling penting, pekerjaannya selalu selesai tepat waktu," puji Regi lagi.

"Memuaskan dalam hal apa nih?" Tanya Tazkia lagi, kali ini dengan nada suara yang terkesan menyindir.

Regi menyudahi acara makannya. Memiringkan tubuh menghadap sang istri yang duduk di sampingnya.

"Kok kamu tanyanya begitu?"

"Ya nggak apa-apa, akukan cuma tanya, kamu tinggal jawab apa susahnya?"

Regi tertawa dan mengusap ubun-ubun kepala Tazkia.

"Nggak usah cemburu, kata Dilan, cemburu itu berat, biar aku aja,"

"Ih garing banget sih candaannya? Salah juga kutipannya," balas Tazkia dengan bibir yang mengerucut.

"Hahaha, terus apa dong yang bener?" Tanya Regi masih dengan senyumannya yang lebar dan mempesona.

"Rindu yang berat, bukan cemburu! Huh!"

"Ya itu versi aku berarti, beda sama versi Dilan,"

"Tau ahk, garing," Tazkia berdiri hendak menaruh piring kotor ke dapur. Lalu setelahnya, seperti biasa dia mengantar kepergian sang suami sampai ke teras rumah.

Cup.

Regi mendaratkan sebuah kecupan di kening sang istri sebelum dia memasuki mobil.

"Sampai ketemu di kantor ya sayang, hati-hati nanti di jalan,"

"Iya, kamu juga,"

Terakhir, Regi sempat melempar kecupan jauh untuk Tazkia yang membuat tawa renyah Tazkia terus terdengar.

Begitu mobil yang Regi kendarai sudah menghilang dari pandangan, senyuman lebar di wajah Tazkia langsung meredup.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ternyata si dungu ini menikmati disakiti si regi. masih aja tetap bernafsu sama suami g warasnya. si tazkia ini lebih gila dan g waras dari si regi. otaknya cuma berfungsi utk selangkangannya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status