Suara deru mesin mobil terdengar mendekati halaman teras rumah, melintasi kamar Tazkia yang berada di lantai atas.
Tazkia mengintip dari balik jendela kamarnya dan mendapati kepulangan sang suami yang baru saja turun dari sebuah taksi online.Bukannya berniat menyambut kepulangan Regi, Tazkia malah buru-buru berlari ke arah tempat tidur, menarik selimut dan berpura-pura tidur.Selang beberapa menit, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan sudah dipastikan itu adalah suaminya. Mata wanita itu pun semakin terpejam erat dengan sekujur tubuh gemetar.Terlebih saat sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantung Tazkia terasa mau copot.Dalam hening, Tazkia masih terus mendengar aktifitas suaminya membuka lemari, lalu menaruh beberapa benda di meja dan suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu ditutup, disusul suara kucuran air shower dari arah kamar mandi yang menandakan Regi kini sedang mandi.Beberapa kali Tazkia bergerak mencari posisi nyaman untuk tidur, namun tak menemukannya juga. Hatinya yang cemas dan gelisah membuatnya tak bisa tidur.Hingga napas wanita itu kembali tercekat ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, lalu merasakan ranjang tempat tidur di sisinya bergerak.Perlahan, sebuah tangan kekar Regi membelai rambut Tazkia, tubuh lelaki itu memeluk Tazkia dari belakang dan berbisik di telinga sang istri dengan suaranya yang terdengar lembut."Aku tau kamu belum tidur, sayang... Aku kangen..."Jantung Tazkia seolah berhenti berdetak saat itu, terlebih ketika tangan Regi mulai meraba masuk ke dalam piyama yang dia kenakan. Melepas kaitan bra milik Tazkia lalu merayap ke bagian depan. Menggenggam sesuatu yang begitu dia sukai dari bagian tubuh Tazkia di mana inci demi incinya tak pernah Regi lewatkan untuk dijamah.Kulit halus nan mulus Tazkia selalu sukses membuat seorang Regi dimabuk kepayang."Hm, Mas... Kamu udah pulang?" Gumam Tazkia masih berpura-pura. "Maaf aku ketiduran. Hari ini aku capek banget, Mas," tambahnya mencari-cari alasan."Capek ngapain sih? Capek mikirin aku?" Goda Regi setengah tertawa. Tangan lelaki itu masih bermain di gundukan kenyal milik sang istri.Tazkia menahan tangan Regi saat lelaki itu hendak meraba area di apitan selangkangannya."Kamu udah mandi?" Tanya Tazkia mengulur waktu."Udah dong, makanya sini cium, orang udah wangi begini,"Regi menarik tengkuk Tazkia mendekat, menjalin ciuman.Aroma mint terasa menguar di area mulut Tazkia saat lidah Regi mulai mengajak lidah sang istri bermain, saling membelit.Napas lelaki itu mulai naik turun, tak beraturan.Regi melepas satu persatu kancing piyama sang istri hingga tubuh bagian atas Tazkia kini sudah polos sempurna."Mas... Pelan-pelan," bisik Tazkia yang mulai terpancing gairah. Meski dalam hati masih saja merasa was-was."Tenang sayang, malam ini kita main aman ya?"Tatapan hangat Regi membuat Tazkia sedikit tenang. Pancaran mata itulah yang sesungguhnya Tazkia rindukan setiap kali dirinya dan sang suami bercinta.Perlakuan manis penuh kelembutan yang Regi berikan malam ini padanya sukses membuat Tazkia melayang.Hingga permainan itu usai, Regi memang benar-benar tak menyakitinya.Seandainya sikap kamu bisa seperti ini terus padaku, Mas... Mungkin, aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.Bisik batin Tazkia saat kini tubuh polosnya tengah berbaring nyaman dalam pelukan sang suami."Kia,""Hm?""Maafin aku ya,"Tazkia terdiam."Aku mau sembuh, dan aku sedang berusaha, hanya saja, aku masih kesulitan mengontrol diriku setiap kali aku marah, hingga akhirnya melampiaskannya pada dirimu. Sungguh, aku benar-benar menyesal setiap kali selesai melakukan hal itu dan melihatmu...""Ssst, sudah Mas, cukup. Nggak usah dilanjutkan. Mungkin memang salahku juga sudah membuatmu marah hari itu. Harusnya, aku mematuhi perintahmu, kan?""Aku sayang kamu, Kia... Aku nggak mau kehilangan kamu..." Bisik Regi lagi dengan linangan air matanya yang terjatuh di pipi.Melihat Regi menangis, Tazkia pun jadi ikutan menangis. Diusapnya air mata Regi saat itu lalu semakin dalam membenamkan kepalanya di bahu sang suami."Aku juga sayang sama kamu, Mas..." Bisik Tazkia seraya memejamkan mata.Berharap, semua hal mengerikan yang pernah dia lalui di belakang, akan berakhir malam ini.*****"Good Morning sweet heart," sapa Regi menyambut Tazkia yang baru saja membuka matanya. Kebiasaan Tazkia usai bangun untuk shalat Shubuh, pasti dia akan tidur lagi.Pagi itu Tazkia kesiangan karena jam alarm di ponselnya sengaja dimatikan oleh Regi."Kamu matiin jam alarmku lagi Mas?" Tanya Tazkia begitu mengeceknya."Iya, soalnya aku mau kamu lebih banyak istirahat," jawab Regi yang saat itu sudah rapi dengan seragam kantornya."Kamu kerja hari ini?" Tanya Tazkia sambil berjalan mendekati Regi dan seperti biasa, dia yang memakaikan dasi untuk sang suami."Iya dong, kan ini masih hari kerja, Sayang," jawab Regi seraya mencuil ujung hidung istrinya yang bangir, membuatnya gemas."Ya, dua hari kemarinkan kamu habis dari Singapura, kupikir hari ini kamu bakal istirahat di rumah gitu,""Kerjaan akhir-akhir ini lagi banyak banget dan nggak bisa aku tinggalin, maaf ya?"Tazkia memulas senyum tanda memaklumi.Selesai memakaikan dasi Regi, bergandengan tangan keduanya turun ke bawah untuk sarapan."Oh ya, jadwal check up hari inikan setelah jam makan siang, nanti kamu dateng aja ke kantorku. Kita berangkat setelah aku selesai meeting dengan Pak Drajat ya?" Saran Regi pada Tazkia saat keduanya sudah duduk bersama di meja makan. Menikmati sarapan pagi mereka."Iya Mas, kamu mau sekalian aku bawain bekel nggak buat makan siang?" Tanya Tazkia saat itu."Hmm, boleh sih, tapi biasanya Sandra juga suka bawain aku makan siang sebelumnya,"Tazkia yang saat itu hendak menyuap makanan ke mulut seketika memperlambat gerakannya. Ucapan sang suami membuatnya gagal paham."Sandra, sekretaris baru kamu itu?" Tanya Tazkia meyakinkan."Iya. Beruntung sih aku kenal dia. Ternyata, dia lebih pintar dan lebih cerdas dari Ranti. Kerjaannya bagus dan selalu memuaskan, dan yang paling penting, pekerjaannya selalu selesai tepat waktu," puji Regi lagi."Memuaskan dalam hal apa nih?" Tanya Tazkia lagi, kali ini dengan nada suara yang terkesan menyindir.Regi menyudahi acara makannya. Memiringkan tubuh menghadap sang istri yang duduk di sampingnya."Kok kamu tanyanya begitu?""Ya nggak apa-apa, akukan cuma tanya, kamu tinggal jawab apa susahnya?"Regi tertawa dan mengusap ubun-ubun kepala Tazkia."Nggak usah cemburu, kata Dilan, cemburu itu berat, biar aku aja,""Ih garing banget sih candaannya? Salah juga kutipannya," balas Tazkia dengan bibir yang mengerucut."Hahaha, terus apa dong yang bener?" Tanya Regi masih dengan senyumannya yang lebar dan mempesona."Rindu yang berat, bukan cemburu! Huh!""Ya itu versi aku berarti, beda sama versi Dilan,""Tau ahk, garing," Tazkia berdiri hendak menaruh piring kotor ke dapur. Lalu setelahnya, seperti biasa dia mengantar kepergian sang suami sampai ke teras rumah.Cup.Regi mendaratkan sebuah kecupan di kening sang istri sebelum dia memasuki mobil."Sampai ketemu di kantor ya sayang, hati-hati nanti di jalan,""Iya, kamu juga,"Terakhir, Regi sempat melempar kecupan jauh untuk Tazkia yang membuat tawa renyah Tazkia terus terdengar.Begitu mobil yang Regi kendarai sudah menghilang dari pandangan, senyuman lebar di wajah Tazkia langsung meredup.Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok