Share

9. BERKUNJUNG KE RUMAH SANDRA

Tiga hari setelah hari di mana Regi memecat Sandra, alhasil, Regi sendiri kini yang dibuat kelimpungan karena semua pekerjaaannya jadi terbengkalai dan kacau balau.

Regi sadar bahwa dia membutuhkan sekretaris, dia membutuhkan Sandra dan menyesali perbuatan yang dia lakukan terhadap Sandra kala itu.

Padahal sebelumnya, Tazkia sudah memperingatkan Regi, bahkan membujuk Regi untuk tidak memecat Sandra, namun Regi tetap bersikukuh melakukannya.

Kini, tanpa Sandra di kantor, seluruh pekerjaan tak bisa selesai tepat waktu sementara Mesya, karyawan yang diangkat menjadi sekretaris sementaranya, selalu saja melakukan kesalahan dalam bekerja. Membuat Regi tak hentinya memaki dalam hati hingga menumpahkan kekesalannya itu pada barang-barang yang terdapat di atas meja kerjanya.

Maju mundur, Regi ingin menghubungi Sandra. Namun egonya sebagai seorang CEO dan laki-laki membuat Regi merasa kesulitan melakukannya.

Meski, pada akhirnya, Regi pun melakukan hal itu juga.

Teleponnya sudah tersambung pada nomor Sandra dan belum dijawab hingga akhirnya operator memutuskan panggilan.

Regi mencoba sekali lagi dan beruntung kali ini teleponnya dijawab juga oleh Sandra.

"Halo, ini siapa?" Terdengar suara serak Sandra menyapa di seberang.

Regi terdiam. Entah kenapa bibirnya mendadak kelu.

"Halo? Halo?"

Regi menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Melakukan hal itu hingga tiga kali dan berkata, "ini saya Regi,"

Hening...

Suara Sandra yang tadinya berhalo-halo ria mendadak senyap.

"San, saya minta maaf atas sikap saya tiga hari yang lalu sama kamu," ungkap Regi dengan harga dirinya yang berada jauh pada titik terendah. Regi benar-benar terpaksa melakukannya, karena dia memang sudah sangat klop bekerja dengan Sandra.

Cukup tiga hari ini dia merasakan penyesalan itu, oleh karenanya Regi ingin menyelesaikannya hari ini juga.

"Hm, kamu ada waktu hari ini? Gimana kalau kita makan siang bersama? Saya traktir," bujuk Regi berharap hati Sandra luluh.

Sandra masih saja terdiam di ujung sana, hingga setelahnya, lamat-lamat Regi mendengar suara isakan tangis terdengar.

"San? Kamu baik-baik ajakan?" Suara Regi bernada khawatir.

"Sa-saya nggak apa-apa kok Pak," jawab Sandra parau dan Regi semakin yakin kalau Sandra kini tengah menangis. Perasaan bersalahnya semakin menjadi-jadi.

"Saya benar-benar minta maaf San. Saya butuh kamu di kantor. Besok, masuk ya, bekerja lagi sama saya seperti biasa,"

"Buat apa?" Tanya Sandra cepat.

"Buat apa gimana?"

"Ya, buat apa saya bekerja lagi kalau ujung-ujungnya cuma untuk dibentak-bentak seperti kemarin, padahal saya cuma melakukan kesalahan kecil! Apalagi kalau saya melakukan kesalahan besar, bisa-bisa Bapak membunuh saya mungkin?" Sandra sadar ucapannya terlalu lancang, hanya saja, dia benar-benar kesal pada Regi yang sudah menghancurkan harga dirinya di hadapan Tazkia sedemikian rupa. Meski, dalam hati kecil wanita itu, dia terus berteriak kegirangan begitu mengetahui Regi kembali menghubunginya dan memintanya untuk kembali bekerja.

Menurut Sandra, ini sebuah keajaiban.

Keajaiban besar.

"Sandra, saya sudah mengakui kesalahan saya dan meminta kamu secara baik-baik untuk kembali ke perusahaan, saya sendiri loh yang melakukannya. Bahkan sejak perusahaan ini berdiri, nggak pernah satu kali pun saya rela merendahkan harga diri saya dengan melakukan hal ini! Paham kamu? Dan kenapa saya sekarang melakukan hal itu, karena saya sudah nyaman bekerja dengan kamu. Itulah sebabnya saya sangat berharap, kamu bisa kembali bekerja dengan saya. Lagi pula, ini atas permintaan istri saya juga. Sejak hari itu, Tazkia terus meminta saya untuk menghubungi kamu agar saya meminta kamu kembali bekerja. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau menerima tawaran saya kali ini? Tawaran yang jelas-jelas nggak akan datang untuk kedua kalinya," Dan ucapan panjang itu dirasa cukup bagi Regi untuk memperjelas maksudnya pada Sandra. Setelah ini, Regi tidak akan mengulang kalimat permintaannya agar Sandra kembali.

Terdengar suara Sandra yang terbatuk-batuk di sana. Membuat Regi menautkan kedua alisnya.

"Kamu sakit?" Tanya lelaki itu kemudian.

Sandra menghembus napas berat. "Iya Pak, sudah dari kemarin. Baik kalau begitu, besok saya akan mulai bekerja,"

Senyuman Regi mengembang lebar.

Tidak sia-sia usahanya kali ini.

"Sudah berobat?"

"Belum,"

"Kenapa nggak berobat?"

"Ya, beginilah nasib hidup sebatang kara Pak, sakit ya dirasakan sendiri. Jangankan bisa pergi berobat, baru bangun dari tempat tidur aja kepala saya langsung pusing,"

"Kalau begitu, gimana bisa kamu besok masuk kerja?" Regi tampak berpikir.

"Saya akan usahakan, sebisa saya Pak,"

"Oh, No, no, no, no! Kamu pulihkan dulu kesehatan kamu, baru kamu masuk bekerja kembali ya?"

Sandra tidak menjawab, tapi malah terus terbatuk-batuk di sana.

"Hm, atau gini aja deh, nanti sore saya mampir ke rumah kamu, saya antar kamu berobat? Bagaimana?"

Dan di balik telepon itu, Sandra yang sebenarnya hanya bersandiwara menutup mulutnya menahan agar jeritan gembiranya tidak terdengar Regi.

Tubuh wanita itu berjingkrak-jingkrak di atas kasur sambil sesekali berjoget riang.

"Halo, San?" Panggilan Regi membuat Sandra menghentikan aktifitasnya sejenak. Mengatur napas saking senangnya.

"I-iya Pak,"

"Tolong kirimkan alamat rumah kamu ya?"

"Tapi, apa nggak merepotkan Bapak nanti? Terus, saya nggak enak sama Bu Tazkia,"

"Masalah Tazkia nggak perlu dipikirkan, itu urusan saya. Yang penting sekarang, kamu harus berobat supaya kesehatan kamu lekas pulih jadi kamu bisa segera kembali masuk kantor. Oke?"

"Iya Pak, terima kasih,"

"Baiklah, saya tutup dulu ya. Sampai bertemu nanti sore,"

*****

Seperti apa yang dia katakan pada Sandra di telepon tadi, sore ini lelaki itu benar-benar menyambangi kediaman Sandra yang terletak tak jauh dari gedung perkantoran miliknya.

Hanya saja, gang masuk menuju kontrakan Sandra yang berada di pemukiman padat penduduk tak memungkinkan mobil Regi masuk, alhasil, Regi jadi memparkirkan mobilnya di tepi jalan raya.

Langkah kaki lelaki itu terayun memasuki gang Mawar dengan ponselnya yang terus terhubung dengan Sandra.

Sandra yang menjelaskan pada Regi, rute jalan yang harus Regi tempuh hingga sampai ke kontrakannya yang memang cukup jauh masuk ke dalam gang.

Begitu melihat bangunan bertingkat dua bercat hijau yang disebut-sebut Sandra, Regi tau dia sudah sampai di lokasi tempat Sandra tinggal.

Menghitung pintu yang berjejer di lantai dua, sampai pada pintu bernomor 8, Regi pun mengetuknya.

"Masuk aja, Pak, nggak dikunci," suara Sandra terdengar melalui sambungan telepon yang masih hidup.

Regi pun memutar kenop pintu kontrakan tersebut, melihat Sandra yang kini terbaring di kamarnya, di ruang tengah.

Memutar kepala, melihat ke sekeliling ruangan, Regi memuji dalam hati, kediaman Sandra cukup bersih untuk seorang perempuan dan lagi, rumah ini sangat wangi.

Wangi khas tubuh Sandra.

"Duduk Pak," Sandra hendak bangkit, bermaksud untuk membuatkan minum untuk sang tamu, namun kepalanya yang sakit membuatnya jadi urung melakukan hal itu.

Regi yang cepat tanggap, langsung beringsut ke arah Sandra dan membantu Sandra duduk bersandar setelah Regi menyusun bantal di balik punggung wanita itu.

"Kamu nggak akan kuat jalan ke depan kalau begini, saya hubungi teman saya saja untuk datang ke sini memeriksa kamu, ya. Kebetulan saya punya kenalan dokter," ucap Regi yang masih duduk di sisi tempat tidur, posisinya dekat sekali dengan Sandra saat itu.

Membuat tubuh Sandra berdesir tak karuan tatkala bahunya dengan bahu Regi kini saling bersentuhan.

Aroma maskulin yang menguar dari tubuh Regi selalu sukses membuat Sandra terbuai. Aroma yang sangat sensual, sesensual Regi.

Setelah mendapat persetujuan Sandra, Regi menelepon Dokter Ilham, sahabat karibnya itu, meminta tolong agar Ilham bersedia datang untuk memeriksa kondisi kesehatan Sandra.

"Mba Sandra cuma terkena Flu biasa. Asam lambungnya naik karena pola makan yang tidak teratur. Terlebih, Mba sering begadang. Itulah sebabnya, kepala Mba jadi sering sakit," ucap Dokter Ilham begitu selesai memeriksa Sandra.

Setelah memberikan resep obat yang harus ditebus pada Regi, Ilham pun izin pamit.

Sekalian mengantar Ilham ke depan, Regi ikut serta untuk sekalian mencari apotik dan menebus obat yang sudah diresepkan Ilham.

Tak lupa, Regi juga membelikan makanan yang cukup banyak untuk Sandra.

Berkali-kali pikiran lelaki itu berkelana ketika ingatannya tertuju pada kejadian di kontrakan Sandra tadi, saat dia membantu Sandra duduk, tanpa sengaja tatapannya tertuju pada sesuatu yang menyembul dari balik tank top Sandra yang ketat itu. Bisa-bisanya Sandra memakai pakaian seminim itu padahal dia tahu Regi akan datang.

Regi benar-benar tak habis pikir.

Sekembalinya Regi ke kontrakan Sandra, lalu lelaki itu menyuruh Sandra makan dan meminum obatnya, Regi hendak izin pamit karena hari sudah gelap, ponselnya yang mati total membuat dia tak bisa menghubungi istrinya.

"Kamu memang terbiasa di rumah pakai pakaian seperti ini?" Tanya Regi saat Sandra bangkit untuk mengantarnya pulang ke depan pintu.

Pertanyaan yang sejak tadi tersimpan di tenggorokan akhirnya terlontar begitu saja dari mulut Regi.

Sandra melihat ke bawah, tak ada yang salah menurutnya. "Memangnya kenapa dengan pakaian saya Pak?" Tanyanya sok polos, padahal dia memang sengaja mempertontonkan tubuhnya di hadapan Regi dengan harapan Regi bisa tergoda.

Nyatanya, lelaki itu tetap saja dingin.

"Nggak kenapa-kenapa sih. Cuma area tempat tinggal kamu inikan cukup padat, apalagi kamu mengontrak, kalau nanti ada tetangga lelaki yang datang bagaimana?"

"Ya kalau ada tamu tinggal saya suruh masuk, hehehe,"

Regi jadi tertawa hambar. "Yasudahlah, saya pulang dulu,"

"Terima kasih banyak ya Pak. Obatnya manjur, badan saya langsung berasa enakan," kata Sandra lagi.

"Bagus kalau begitu,"

"Saya antar sampai sini aja ya Pak,"

"Iya, kamu istirahat saja."

Regi baru saja memakai kembali sepatunya, ketika hujan tiba-tiba saja turun dengan sangat derasnya.

Membuat aktifitas lelaki itu terhenti.

"Aduh, hujan lagi, kamu ada payung, San?"

Seketika, sebuah ide kembali berputar di kepala Sandra saat itu.

Ide yang diyakininya bisa menahan Regi lebih lama lagi di rumahnya.

Sepertinya, hari ini dewi fortuna memang sedang bergelayut manja di sekitar Sandra.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ceo terkaya no 2 di negaranya mau berbuat kayak gini?? memangnya kekurangan sdm handal tu perusahaan. terlalu mengada2 nyet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status