Home / Romansa / BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI / Bab 4: Strategi Lama dan Sekutu Baru

Share

Bab 4: Strategi Lama dan Sekutu Baru

Author: Ryu Nata
last update Last Updated: 2025-11-19 17:09:24

Setelah Adelia pergi, dengan bangga membawa misi yang akan menjadi bumerang, Elara segera kembali ke kamarnya. Ia mengunci pintu, memastikan tidak ada pelayan yang menguping.

Tidak ada waktu untuk bersantai. Hanya tiga bulan sebelum Wangsa Kaira dihancurkan, dan kunci kehancuran itu terletak pada Proyek Pelabuhan Selatan yang didanai oleh Ayahandanya. Valerian akan menggunakan proyek itu untuk menghabiskan kekayaan Wangsa Kaira, menuduh Ayah Elara menggelapkan dana, dan kemudian merebut sisa hartanya.

Di kehidupan pertamanya, Elara, karena cinta, memohon Ayahandanya untuk menyetujui proyek itu. Kini, ia harus menghentikannya.

Elara mengeluarkan gulungan peta tua yang disembunyikan di balik ukiran dinding—peta yang dulu ia gunakan untuk bermain di masa kecilnya, tetapi sekarang menyimpan rahasia militer ayahnya.

Proyek Pelabuhan Selatan adalah proyek militer yang secara strategis buruk; itu hanya akan membuang-buang uang. Proyek yang benar-benar penting, yang mampu menggandakan kekuatan militer Wangsa Kaira, adalah Benteng Perbatasan Timur. Proyek ini dihentikan Valerian setelah ia meyakinkan Ayah Elara bahwa pelabuhan lebih penting.

Elara tersenyum dingin. "Kau mau uang, Valerian? Aku akan memberikannya kepadamu, tapi tidak tanpa keuntungan militer untukku."

Elara mengambil kuas dan tinta. Ia harus menghubungi satu-satunya orang yang memiliki integritas dan strategi untuk meyakinkan Ayahandanya: Jenderal Orion, mantan Kepala Staf militer Wangsa Kaira yang kini hidup dalam pengasingan di gunung terpencil.

Valerian telah memecat Jenderal Orion dengan tuduhan palsu di kehidupan sebelumnya, karena Orion terlalu cerdas dan terlalu setia pada Wangsa Kaira. Orion adalah pilar militer Wangsa Kaira. Jika Orion kembali, Valerian tidak akan bisa semudah itu memanipulasi dana militer mereka.

Elara menulis surat dengan kode rahasia yang ia pelajari dari Ayahnya. Kode yang hanya akan dikenali oleh Jenderal Orion.

> Kepada Orion yang Terhormat,

> Angin musim semi di Ibukota terasa terlalu manis dan menyesatkan. Bunga Kaira yang baru mekar membutuhkan pagar baru.

> Benteng Timur, bukan Selatan. Itu adalah kebenaran yang ditutup-tutupi oleh lumpur.

> Aku mengundangmu kembali. Permaisuri yang baru membutuhkan pedang yang setia, bukan sekadar janji. Ayah menunggumu.

>

Ia menyegel surat itu dengan lilin khusus Wangsa Kaira dan memanggil pelayan kepercayaannya, Hua. Hua adalah gadis yang selalu setia, dan di kehidupan sebelumnya, Hua memilih bunuh diri daripada memberikan informasi rahasia Elara kepada Valerian.

"Hua, aku punya tugas yang sangat rahasia untukmu," kata Elara, menatap mata Hua lekat-lekat. "Surat ini harus disampaikan kepada Jenderal Orion di pegunungan terpencil malam ini. Berikan ini padanya, dan hanya padanya. Jangan berikan kepada siapa pun, meskipun itu Ayah atau Valerian."

"Putri," Hua membungkuk, wajahnya pucat. "Bepergian di malam hari sangat berbahaya. Apalagi ke pengasingan Jenderal Orion—itu bisa dianggap makar oleh Putra Mahkota."

"Aku tahu," Elara memegang tangan Hua. "Tapi ini bukan untukku, Hua. Ini untuk keselamatan seluruh Wangsa Kaira, termasuk ayahmu yang bekerja di ladang. Percayalah padaku."

Melihat kesungguhan dan aura kekuatan yang mendadak terpancar dari Elara, Hua menelan ludah. Ini bukan lagi Putri manja yang ia kenal. Ada sesuatu yang tajam dan dingin di mata Putri.

"Baik, Putri," jawab Hua mantap. "Saya akan pergi. Demi Wangsa Kaira."

Setelah Hua pergi, Elara berjalan ke jendela. Mengirim surat itu adalah langkah pertama untuk membangun kembali kekuatan militer mereka.

Namun, ia tahu bahwa Jenderal Orion saja tidak cukup. Untuk menghancurkan Valerian, ia membutuhkan seseorang yang memiliki kekuatan gelap, seseorang yang dapat memanipulasi pasar gelap dan informasi terlarang.

Pikirannya langsung tertuju pada seorang pria yang ia temui di hari-hari terakhirnya yang menyedihkan: Lord Kael.

Lord Kael adalah pemimpin persaudaraan rahasia yang menguasai jaringan underground Kekaisaran. Di kehidupan sebelumnya, Kael mendekatinya di penjara, menawarkan kesempatan untuk melarikan diri, hanya ditolak oleh Elara karena ia masih naif memegang teguh hukum Kekaisaran. Kael adalah pria yang sangat berbahaya, tetapi juga sangat loyal kepada mereka yang ia anggap pantas.

Aku akan menemuinya, putus Elara. Aku tidak akan lagi takut pada sisi gelap. Untuk membalas dendam, aku harus menjadi ratu di kegelapan itu sendiri.

Dia ingat alamatnya: sebuah rumah teh yang tersembunyi di Distrik Malam, jauh dari Istana.

"Malam ini akan panjang," gumam Elara. Ia harus menyelinap keluar dari Istana—sebuah tindakan yang dianggap gila bagi seorang putri yang akan segera menjadi Permaisuri—untuk membuat kesepakatan yang akan mengubah takdirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 8 : Perayaan Ibu Suri dan Benih Curiga

    Malam itu, Istana Kekaisaran mengadakan perayaan kecil untuk menghormati ulang tahun Ibu Suri—sebuah kewajiban formal yang dihadiri oleh semua bangsawan terkemuka. Elara berdiri di Aula Perjamuan, mengenakan gaun sutra ungu yang anggun, tampak tenang dan ramah, tetapi matanya mengamati semua pergerakan. Di tangannya, ia memegang cangkir arak buah, menjauhkan diri dari kerumunan, membiarkan orang lain mengira ia sedang cemas karena kegagalan proyek Valerian hari itu. "Tampaknya Anda sedang merayakan sesuatu, Putri Elara," sebuah suara lembut berbisik di telinganya. Itu adalah Lord Kael. Dia berpakaian berbeda, mengenakan jubah bangsawan kelas atas berwarna abu-abu gelap dengan aksen perak, dan terlihat seperti seorang Duke dari wilayah kaya. Perubahan drastis dari pakaiannya di rumah teh yang gelap. "Saya merayakan kegagalan, Lord Kael," jawab Elara, tidak berbalik, menjaga suaranya tetap rendah. "Kegagalan itu selalu mendatangkan keuntungan, bukan?" Kael tersenyum. "Informas

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 7 : Reuni dengan Sang Pedang Setia

    Ruang kerja Ayahanda, Kepala Wangsa Kaira, terasa pengap oleh ketegangan. Di atas meja mahoni yang berkilauan terhampar peta-peta militer, namun suasana di ruangan itu jauh dari kata damai. Valerian duduk di samping Ayah Elara, Tuan Kaira, dengan senyum yang dipaksakan. Namun, Elara bisa melihat urat nadi yang berdenyut di pelipisnya. Kedatangan Jenderal Orion—sekutu Wangsa Kaira yang dipaksa pensiun—telah mengganggu semua rencana Valerian. Tuan Kaira, sebaliknya, tampak bersemangat. "Aku tak sabar mendengar analisis Jenderal Orion, Yang Mulia. Dia adalah satu-satunya yang berani menantang proyek-proyek yang membuang-buang uang. Putriku, Elara, kau yang mengundangnya. Kau pasti melihat manfaatnya, Nak." "Tentu saja, Ayahanda," jawab Elara lembut. Ia duduk di seberang Valerian. "Saya hanya ingin memastikan bahwa kekayaan Wangsa Kaira digunakan untuk proyek yang benar-benar memperkuat Kekaisaran dan Yang Mulia." Valerian menyela dengan nada sedikit tajam. "Putri Elara, proyek Bente

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 6: Kesepakatan Berdarah

    Keheningan di ruangan pribadi itu terasa berat, hanya diselingi oleh bunyi api yang berderak di perapian. Lord Kael menatap Elara, matanya yang berwarna perak seperti memindai setiap inci jiwanya. "Harga yang lebih mahal daripada uang," ulang Elara, membiarkan tantangan itu menggantung di udara. "Apa harga yang kau maksud, Kael?" Kael tersenyum kecil, senyum yang tidak mencapai matanya. "Aku tidak mencari kekuasaan di Istana, Elara. Aku sudah memiliki duniaku sendiri. Yang kubutuhkan adalah kepatuhan mutlak pada saat yang kuminta. Kau harus melakukan apapun yang kuperintahkan, tanpa pertanyaan, asalkan itu tidak mengancam nyawamu atau tahtamu." Ini adalah permainan berisiko tinggi. Valerian meminta kepatuhan naif karena cinta, sementara Kael meminta kepatuhan mutlak karena kesepakatan. Keduanya adalah bentuk rantai. "Aku setuju," jawab Elara tanpa ragu. "Tetapi ada syarat timbal balik. Kau harus memprioritaskan keselamatan Wangsa Kaira, dan tidak pernah menggunakan informasiku un

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 5 : Lord Kegelapan

    Malam itu, Istana Musim Semi diselimuti oleh keheningan yang menyesatkan. Di luar kamar tidurnya, penjaga kerajaan berpatroli dengan irama yang membosankan—irama yang sudah dihafal Elara di kehidupan sebelumnya. Elara berganti pakaian. Ia meninggalkan sutra mewah dan jubah kerajaan, menggantinya dengan jubah hitam polos dengan tudung besar, pakaian yang biasa dikenakan oleh pedagang pasar malam. Ia menyembunyikan cincin giok kecil pemberian Ayahnya di balik lapisan jubah. Itu adalah jimat pelindung, yang kini ia bawa sebagai pengingat akan apa yang harus ia lindungi. Ia tidak membawa senjata. Senjatanya adalah pengetahuan. Menyelinap keluar dari Istana bagi seorang Putri yang dijaga ketat adalah tindakan bunuh diri, tetapi Elara ingat satu jalan rahasia: terowongan suplai bawah tanah tua yang jarang digunakan, menuju ke gudang penyimpanan rempah-rempah yang berada tepat di luar dinding Istana. Ia pernah menggunakannya saat remaja untuk bertemu dengan anak petani secara diam-diam.

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 4: Strategi Lama dan Sekutu Baru

    Setelah Adelia pergi, dengan bangga membawa misi yang akan menjadi bumerang, Elara segera kembali ke kamarnya. Ia mengunci pintu, memastikan tidak ada pelayan yang menguping. Tidak ada waktu untuk bersantai. Hanya tiga bulan sebelum Wangsa Kaira dihancurkan, dan kunci kehancuran itu terletak pada Proyek Pelabuhan Selatan yang didanai oleh Ayahandanya. Valerian akan menggunakan proyek itu untuk menghabiskan kekayaan Wangsa Kaira, menuduh Ayah Elara menggelapkan dana, dan kemudian merebut sisa hartanya. Di kehidupan pertamanya, Elara, karena cinta, memohon Ayahandanya untuk menyetujui proyek itu. Kini, ia harus menghentikannya. Elara mengeluarkan gulungan peta tua yang disembunyikan di balik ukiran dinding—peta yang dulu ia gunakan untuk bermain di masa kecilnya, tetapi sekarang menyimpan rahasia militer ayahnya. Proyek Pelabuhan Selatan adalah proyek militer yang secara strategis buruk; itu hanya akan membuang-buang uang. Proyek yang benar-benar penting, yang mampu menggandak

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 3: Permainan Adelia dan Cincin Zamrud

    Elara tidak menyukai bagaimana Adelia berdiri. Adiknya berdiri terlalu tegak, tersenyum terlalu manis, dan matanya menyembunyikan perhitungan yang dulu, di kehidupan pertama, tidak pernah Elara sadari. "Kakak Elara, Anda terlihat sangat lelah," kata Adelia, melangkah mendekat dengan langkah anggun yang dipelajari. Ia memegang tangan Elara dengan kehangatan palsu. "Saya sungguh khawatir melihat Anda menemui Putra Mahkota segera setelah bangun tidur." "Khawatir?" tanya Elara, menghela napas lembut, membiarkan ekspresi wajahnya terlihat sedikit rapuh. "Aku baik-baik saja, Adelia. Aku selalu senang melihat Valerian." Tentu saja, Valerian adalah mangsa paling lezat, batin Elara. "Kakakku yang manis, kau selalu terlalu baik," Adelia membelai punggung tangan Elara. Elara ingat gerakan ini. Gerakan yang selalu diikuti oleh permintaan, atau, lebih buruk lagi, oleh pemerasan emosional. Di kehidupan pertama, dua minggu setelah adegan ini, Adelia datang memohon agar Elara membantunya menutu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status