Home / Romansa / BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI / Bab 3: Permainan Adelia dan Cincin Zamrud

Share

Bab 3: Permainan Adelia dan Cincin Zamrud

Author: Ryu Nata
last update Last Updated: 2025-11-19 17:08:16

Elara tidak menyukai bagaimana Adelia berdiri. Adiknya berdiri terlalu tegak, tersenyum terlalu manis, dan matanya menyembunyikan perhitungan yang dulu, di kehidupan pertama, tidak pernah Elara sadari.

"Kakak Elara, Anda terlihat sangat lelah," kata Adelia, melangkah mendekat dengan langkah anggun yang dipelajari. Ia memegang tangan Elara dengan kehangatan palsu. "Saya sungguh khawatir melihat Anda menemui Putra Mahkota segera setelah bangun tidur."

"Khawatir?" tanya Elara, menghela napas lembut, membiarkan ekspresi wajahnya terlihat sedikit rapuh. "Aku baik-baik saja, Adelia. Aku selalu senang melihat Valerian."

Tentu saja, Valerian adalah mangsa paling lezat, batin Elara.

"Kakakku yang manis, kau selalu terlalu baik," Adelia membelai punggung tangan Elara.

Elara ingat gerakan ini. Gerakan yang selalu diikuti oleh permintaan, atau, lebih buruk lagi, oleh pemerasan emosional. Di kehidupan pertama, dua minggu setelah adegan ini, Adelia datang memohon agar Elara membantunya menutupi hutang judi yang ia klaim dibuat oleh ayah mereka.

Ternyata, hutang itu adalah skenario yang dibuat Adelia untuk mencuri dokumen penting milik Wangsa Kaira, yang kemudian digunakan Valerian untuk menjebak mereka.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Adelia?" tanya Elara, menjaga nada suaranya tetap polos. Ia menarik tangannya sedikit, berpura-pura sedang menyesuaikan pakaiannya.

Adelia mengerucutkan bibirnya. "Kakak tahu, saya tidak bisa menyembunyikan apapun dari Anda. Ini tentang cincin yang dijanjikan Ayahanda untuk saya. Cincin Zamrud dengan ukiran Naga Phoenix."

Mendengar itu, Elara terkejut. Cincin Zamrud. Bukan hutang judi.

Di kehidupan pertamanya, Adelia memohon uang karena ia tahu cincin itu adalah hadiah dari Valerian untuk Elara. Adelia ingin Elara merasa bersalah karena mengambil hadiah yang diinginkan Adelia, sehingga Elara akan melakukan apapun untuk menebusnya.

Valerian memberiku cincin itu besok.

"Ah, Cincin Zamrud itu," Elara pura-pura berpikir. "Bukankah Ayahanda bilang, dia akan memberikannya padamu saat kau menikah nanti?"

"Tidak, Kak. Itu hadiah dariku sendiri kepada Valerian, untuk dipertukarkan denganku saat pertunangan. Tapi Valerian bilang... cincin itu terlalu mahal untuk seorang Putri Kedua sepertiku," suara Adelia mulai bergetar, air mata palsu sudah siap menetes.

Intrik Adelia telah berevolusi! Di garis waktu ini, Adelia tidak hanya menginginkan kompensasi, tetapi ia ingin Elara merasa bersalah atas hadiah yang akan ia terima. Dia ingin menanamkan perasaan bahwa Elara merebut segalanya dari adiknya.

"Oh, Valerian mengatakan itu?" Elara menanggapi dengan nada kaget yang sangat meyakinkan. "Itu tidak baik darinya. Tentu saja kau berhak atas hadiah terbaik."

Adelia menatap Elara dengan mata penuh harapan, siap untuk mendapatkan simpati.

"Kalau begitu," lanjut Elara, suaranya tiba-tiba berubah menjadi penuh kasih sayang yang berlebihan. "Ketika Valerian memberiku cincin itu besok, aku akan memberikannya kepadamu."

Mata Adelia terbelalak, senyumnya membeku di tempat. Ini bukan respons yang ia harapkan. Elara seharusnya menawarkan uang atau perhiasan lain sebagai kompensasi.

"Kakak… benarkah?" tanya Adelia, berusaha menyembunyikan kegembiraannya yang mendadak.

"Tentu saja!" Elara memegang tangan Adelia dan menekannya seolah memberi dukungan penuh. "Kau akan segera menjadi Nyonya Istana yang terkemuka, Adelia. Cincin itu akan lebih cocok untukmu."

Biarkan dia mengambilnya. Cincin itu beracun.

Di kehidupan masa lalunya, cincin zamrud itu mengandung racun lambat yang menyebabkan Elara sering sakit-sakitan dan mudah lelah, yang kemudian digunakan Valerian sebagai bukti 'kelemahan'nya saat menjatuhkan hukuman. Adelia mengenakan cincin itu setelah Valerian menghukum mati Elara, sebagai simbol kemenangan mereka.

Jika Adelia yang memakainya sekarang... racun itu akan menjadi miliknya.

"Kau sangat murah hati, Kak," bisik Adelia, matanya berkilauan oleh kemenangan yang salah tempat. "Aku sangat mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Adikku," kata Elara, tatapannya sedingin es, meskipun senyumnya begitu hangat. Nikmatilah racunmu, Adikku. Kau yang telah menanamnya, kau yang akan memanennya.

Elara kemudian memberi kejutan lagi. "Adelia, dengarkan aku. Aku merasa kurang sehat akhir-akhir ini. Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."

"Apapun, Kakak."

"Besok, saat Valerian datang dengan cincin itu, aku ingin kau pergi ke Kediaman Ibu Suri atas namaku. Sampaikan salamku dan tanyakan tentang resep teh Ginseng yang ia sukai. Kau tahu, untuk mempererat hubungan dengan keluarga Kekaisaran."

Ini adalah jebakan. Ibu Suri adalah musuh bebuyutan Valerian di balik layar, yang diam-diam menentang pernikahannya dengan Elara. Di kehidupan sebelumnya, Valerian melarang Elara mendekati Ibu Suri.

Jika Adelia muncul di hadapan Ibu Suri—yang merupakan tindakan tidak terduga dan berani—itu akan menanamkan benih kecurigaan di benak Valerian.

"Tentu saja, Kakak! Saya akan pergi ke sana," Adelia menyetujui, tersenyum bangga karena ia diberi tugas diplomatik yang penting. Ia tidak tahu bahwa ia baru saja melangkah ke dalam sarang laba-laba.

Melihat Adelia pergi dengan langkah ringan, Elara menghela napas. Langkah pertama sudah diambil. Elara tidak perlu berjuang mati-matian. Ia hanya perlu mengizinkan musuhnya berjalan ke arah jebakan yang mereka buat sendiri.

Valerian, kau akan menemukan bahwa 'Permaisuri Murni' yang kau inginkan ini jauh lebih berbahaya daripada ribuan pasukan militer.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 8 : Perayaan Ibu Suri dan Benih Curiga

    Malam itu, Istana Kekaisaran mengadakan perayaan kecil untuk menghormati ulang tahun Ibu Suri—sebuah kewajiban formal yang dihadiri oleh semua bangsawan terkemuka. Elara berdiri di Aula Perjamuan, mengenakan gaun sutra ungu yang anggun, tampak tenang dan ramah, tetapi matanya mengamati semua pergerakan. Di tangannya, ia memegang cangkir arak buah, menjauhkan diri dari kerumunan, membiarkan orang lain mengira ia sedang cemas karena kegagalan proyek Valerian hari itu. "Tampaknya Anda sedang merayakan sesuatu, Putri Elara," sebuah suara lembut berbisik di telinganya. Itu adalah Lord Kael. Dia berpakaian berbeda, mengenakan jubah bangsawan kelas atas berwarna abu-abu gelap dengan aksen perak, dan terlihat seperti seorang Duke dari wilayah kaya. Perubahan drastis dari pakaiannya di rumah teh yang gelap. "Saya merayakan kegagalan, Lord Kael," jawab Elara, tidak berbalik, menjaga suaranya tetap rendah. "Kegagalan itu selalu mendatangkan keuntungan, bukan?" Kael tersenyum. "Informas

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 7 : Reuni dengan Sang Pedang Setia

    Ruang kerja Ayahanda, Kepala Wangsa Kaira, terasa pengap oleh ketegangan. Di atas meja mahoni yang berkilauan terhampar peta-peta militer, namun suasana di ruangan itu jauh dari kata damai. Valerian duduk di samping Ayah Elara, Tuan Kaira, dengan senyum yang dipaksakan. Namun, Elara bisa melihat urat nadi yang berdenyut di pelipisnya. Kedatangan Jenderal Orion—sekutu Wangsa Kaira yang dipaksa pensiun—telah mengganggu semua rencana Valerian. Tuan Kaira, sebaliknya, tampak bersemangat. "Aku tak sabar mendengar analisis Jenderal Orion, Yang Mulia. Dia adalah satu-satunya yang berani menantang proyek-proyek yang membuang-buang uang. Putriku, Elara, kau yang mengundangnya. Kau pasti melihat manfaatnya, Nak." "Tentu saja, Ayahanda," jawab Elara lembut. Ia duduk di seberang Valerian. "Saya hanya ingin memastikan bahwa kekayaan Wangsa Kaira digunakan untuk proyek yang benar-benar memperkuat Kekaisaran dan Yang Mulia." Valerian menyela dengan nada sedikit tajam. "Putri Elara, proyek Bente

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 6: Kesepakatan Berdarah

    Keheningan di ruangan pribadi itu terasa berat, hanya diselingi oleh bunyi api yang berderak di perapian. Lord Kael menatap Elara, matanya yang berwarna perak seperti memindai setiap inci jiwanya. "Harga yang lebih mahal daripada uang," ulang Elara, membiarkan tantangan itu menggantung di udara. "Apa harga yang kau maksud, Kael?" Kael tersenyum kecil, senyum yang tidak mencapai matanya. "Aku tidak mencari kekuasaan di Istana, Elara. Aku sudah memiliki duniaku sendiri. Yang kubutuhkan adalah kepatuhan mutlak pada saat yang kuminta. Kau harus melakukan apapun yang kuperintahkan, tanpa pertanyaan, asalkan itu tidak mengancam nyawamu atau tahtamu." Ini adalah permainan berisiko tinggi. Valerian meminta kepatuhan naif karena cinta, sementara Kael meminta kepatuhan mutlak karena kesepakatan. Keduanya adalah bentuk rantai. "Aku setuju," jawab Elara tanpa ragu. "Tetapi ada syarat timbal balik. Kau harus memprioritaskan keselamatan Wangsa Kaira, dan tidak pernah menggunakan informasiku un

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 5 : Lord Kegelapan

    Malam itu, Istana Musim Semi diselimuti oleh keheningan yang menyesatkan. Di luar kamar tidurnya, penjaga kerajaan berpatroli dengan irama yang membosankan—irama yang sudah dihafal Elara di kehidupan sebelumnya. Elara berganti pakaian. Ia meninggalkan sutra mewah dan jubah kerajaan, menggantinya dengan jubah hitam polos dengan tudung besar, pakaian yang biasa dikenakan oleh pedagang pasar malam. Ia menyembunyikan cincin giok kecil pemberian Ayahnya di balik lapisan jubah. Itu adalah jimat pelindung, yang kini ia bawa sebagai pengingat akan apa yang harus ia lindungi. Ia tidak membawa senjata. Senjatanya adalah pengetahuan. Menyelinap keluar dari Istana bagi seorang Putri yang dijaga ketat adalah tindakan bunuh diri, tetapi Elara ingat satu jalan rahasia: terowongan suplai bawah tanah tua yang jarang digunakan, menuju ke gudang penyimpanan rempah-rempah yang berada tepat di luar dinding Istana. Ia pernah menggunakannya saat remaja untuk bertemu dengan anak petani secara diam-diam.

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 4: Strategi Lama dan Sekutu Baru

    Setelah Adelia pergi, dengan bangga membawa misi yang akan menjadi bumerang, Elara segera kembali ke kamarnya. Ia mengunci pintu, memastikan tidak ada pelayan yang menguping. Tidak ada waktu untuk bersantai. Hanya tiga bulan sebelum Wangsa Kaira dihancurkan, dan kunci kehancuran itu terletak pada Proyek Pelabuhan Selatan yang didanai oleh Ayahandanya. Valerian akan menggunakan proyek itu untuk menghabiskan kekayaan Wangsa Kaira, menuduh Ayah Elara menggelapkan dana, dan kemudian merebut sisa hartanya. Di kehidupan pertamanya, Elara, karena cinta, memohon Ayahandanya untuk menyetujui proyek itu. Kini, ia harus menghentikannya. Elara mengeluarkan gulungan peta tua yang disembunyikan di balik ukiran dinding—peta yang dulu ia gunakan untuk bermain di masa kecilnya, tetapi sekarang menyimpan rahasia militer ayahnya. Proyek Pelabuhan Selatan adalah proyek militer yang secara strategis buruk; itu hanya akan membuang-buang uang. Proyek yang benar-benar penting, yang mampu menggandak

  • BALAS DENDAM SANG PERMAISURI ABADI    Bab 3: Permainan Adelia dan Cincin Zamrud

    Elara tidak menyukai bagaimana Adelia berdiri. Adiknya berdiri terlalu tegak, tersenyum terlalu manis, dan matanya menyembunyikan perhitungan yang dulu, di kehidupan pertama, tidak pernah Elara sadari. "Kakak Elara, Anda terlihat sangat lelah," kata Adelia, melangkah mendekat dengan langkah anggun yang dipelajari. Ia memegang tangan Elara dengan kehangatan palsu. "Saya sungguh khawatir melihat Anda menemui Putra Mahkota segera setelah bangun tidur." "Khawatir?" tanya Elara, menghela napas lembut, membiarkan ekspresi wajahnya terlihat sedikit rapuh. "Aku baik-baik saja, Adelia. Aku selalu senang melihat Valerian." Tentu saja, Valerian adalah mangsa paling lezat, batin Elara. "Kakakku yang manis, kau selalu terlalu baik," Adelia membelai punggung tangan Elara. Elara ingat gerakan ini. Gerakan yang selalu diikuti oleh permintaan, atau, lebih buruk lagi, oleh pemerasan emosional. Di kehidupan pertama, dua minggu setelah adegan ini, Adelia datang memohon agar Elara membantunya menutu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status