Share

2. Memulai Rencana Balas Dendam

Dengan susah payah pria tua itu membawa lelaki yang ditemukannya pulang ke rumah.

Meskipun badannya sudah tidak terlalu kuat karena usianya yang sudah menginjak 50 tahun namun semangat dari Pak Adam untuk membawa pria itu pulang bahkan terlihat begitu besar.

Setelah melewati beberapa jalan licin dan hampir jatuh beberapa kali, mereka berdua pun terlihat telah sampai di sebuah rumah sederhana di pinggiran desa yang terletak di tepi hutan belantara itu.

Tokk.. tokkk .. tokk...

Pak Adam mengetuk pintu rumahnya dengan cepat.

"Bu...."

"Cepat buka pintunya bu..." kata Pak Adam dengan nada sedikit ngos-ngosan.

Beberapa saat kemudian, pintu rumah sederhana itu pun segera terbuka.

Terlihat seorang wanita tua keluar dari rumah itu dengan wajah sedikit terkejut setelah melihat suaminya pulang membawa seorang lelaki yang dalam keadaan tidak sadar.

"Siapa ini Pak?"

"Apakah dia pingsan atau sudah mati?"

"Kenapa kamu malah membawanya ke rumah?" tanya Bu Adam dengan wajah sedikit bingung.

"Tanyanya nanti saja bu."

"Untuk saat ini kita selamatkan dahulu lelaki ini." kata Pak Adam menghentikan pertanyaan dari istrinya itu.

Mendengar perintah dari suaminya itu tentu saja membuat Bu Adam segera mengerti.

Dia pun bergegas membantu suaminya memapah pria itu untuk dibaringkan di sebuah ranjang dipan yang berada di ruang tamu rumah sederhana itu.

"Lebih baik kita rawat lelaki ini hingga sadar terlebih dahulu bu."

"Aku sudah berjanji jika dia selamat maka aku akan mengangkatnya sebagai anak angkatku." kata Pak Adam kembali seolah memberi perintah.

Tampak jelas bahwa pria tua itu berharap bahwa lelaki yang di bawanya ke rumah itu bisa selamat dan segera sadar.

Sebagai pasangan yang belum memiliki keturunan bahkan di usia yang tua seperti ini membuat kedua orang tua itu menatap lelaki itu dengan penuh kasih sayang seperti melihat anaknya sendiri.

"Baiklah pak..."

"Aku akan merawat lelaki ini hingga dia sadar." jawab Bu Adam sambil menganggukkan kepalanya.

Hanya dalam beberapa saat kemudian, wanita itu pun bahkan segera ke dapur dan kembali dengan membawa kain beserta air hangat di dalam baskom.

Wanita tua itu pun terlihat begitu memberikan kasih sayang kepada lelaki yang baru saja dibawa pulang oleh suaminya itu meskipun mereka bahkan baru saja saling bertemu.

Keesokan paginya....

"Akkkhhhhhhh...." lelaki yang pingsan sejak tadi malam itu akhirnya siuman sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit.

Melihat hal itu pun membuat Bu Adam yang berada di dekatnya segera menghampirinya.

"Kamu sudah sadar nak?" tanya bu Adam dengan wajah terlihat lega.

Namun lelaki itu diam tidak menjawabnya, dia hanya memegangi kepalanya yang terasa sakit sekaligus bingung dengan hal yang baru saja dialaminya itu.

"Di mana aku?" tanya lelaki itu dengan sedikit kebingungan.

"Apa yang terjadi denganku?" tambahnya singkat.

"Kamu tidak perlu bingung nak karena kamu telah aman berada di rumahku." kata Bu Adam dengan nada terdengar menenangkan.

"Suamiku menyelamatkanmu di bawah jurang kemarin petang dan membawamu serta merawatmu di rumahku ini." tambah bu Adam seolah menjelaskan kronologinya.

Mendapat penjelasan seperti itu membuat lelaki yang baru saja sadar itu akhirnya mulai sedikit tenang.

"Memangnya siapa namamu nak?" tanya Bu Adam kembali dengan nada terdengar sedikit penasaran.

Bagaimanapun juga menurutnya jika dia mengetahui tentang identitas lelaki yang diselamatkannya itu maka mungkin saja semuanya akan menjadi lebih mudah.

"Aku siapa?" kata pria itu bertanya balik sambil menahan rasa pusing di kepalanya.

Pria yang baru saja siuman itu terlihat tidak bisa mengingat siapa namanya sendiri.

Meskipun dia telah berusaha sekuat tenaga mengingat tentang identitasnya sendiri namun pada akhirnya pria itu hanya bisa merasakan rasa sakit di kepalanya tanpa berhasil mengetahui apapun.

"Akkkhhhhhhh..." kata pria itu kembali sambil memegangi kepalanya lagi.

Melihat pemandangan ini membuat Bu Adam merasa sedikit khawatir.

"Tidak apa-apa nak jika kamu tidak bisa mengingat namamu sendiri." kata Bu Adam menenangkan.

"Kamu tidak perlu memaksakan diri."

"Lebih baik kamu segera beristirahat kembali agar badanmu dapat kembali sehat seperti sedia kala." tambah istri dari Pak Adam itu dengan penuh perhatian kepada seorang Dylan.

Dia memang sudah lama menginginkan seorang putra namun selama puluhan tahun menikah dengan Pak Adam, nyatanya mereka tidak memiliki momongan sama sekali. Hanya dalam beberapa saat kemudian, pria itu segera kembali beristirahat.

Beberapa bulan pun telah berlalu dengan begitu cepat, pria yang telah diselamatkan dari jurang itu telah sembuh seperti sedia kala, ingatannya pun telah kembali sepenuhnya. Dia tampak menikmati momen kebersamaan dengan keluarga kecil itu.

Walaupun mereka hanya memiliki di sebuah rumah sederhana yang berada di pinggiran desa, namun kasih sayang keluarga itu terasa begitu hangat.

Di suatu sore, mereka semua sekeluarga tampak duduk dengan santai di teras rumah.

"Uhhhukkk.. uhhhukkkk..." Pak Adam terlihat batuk beberapa kali dengan nafas sedikit terengah-engah.

Kulit keriput itu tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa pria itu sudah tua dan sakit-sakitan. Pak Adam bahkan sudah tidak bisa bekerja selama satu minggu terakhir.

Menyaksikan pemandangan ini membuat pria yang telah dianggap sebagai anak angkatnya itu pun merasa begitu kasihan. Dia merasa perlu membalas budi atas kebaikan dari keluarga kecil ini yang telah menyelamatkan hidupnya.

Mungkin tidak akan banyak yang bisa ia lakukan, tapi setelah apa yang dialaminya selama ini, dia sudah yakin.

'Aku memutuskan akan merantau untuk membalas budi dan memulai rencana balas dendamku.' gumam pria itu dalam hatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status