Share

Bab 3. Mantan Pacar?

Auteur: Bintu Hasan
last update Dernière mise à jour: 2023-02-21 15:06:43

"Kamu jangan bercanda, Al. Aku datang ke sini untuk menuntut pertanggungjawaban. Kamu yang hamilin aku, merusak masa depan aku!" Hidung Alana kembang kempis mendengar penuturan Albian.

"Masa depan? Sekarang lebih baik kamu pulang karena aku nggak punya uang buat nikahin kamu!" usir Albian berkacak pinggang berdiri menghadap Alana.

"Al, ini jawaban kamu? Ternyata sebelum kita melakukan perbuatan hina itu, kamu cuma mengiming-imingiku dengan pernikahan dan cinta. Sekarang aku sadar kalau semua yang kamu katakan itu bohong." Alana bangkit, kemudian memberi tamparan di wajah kekasihnya.

Wajah yang dulu selalu dia rindukan setiap hari, bahkan hadir dalam mimpinya. Wajah teduh itu berubah sangar karena sekarang Alana pun mendapat tamparan yang sangat keras dari sebelumnya. Alana memegangi pipi kiri, merasakan panas yang luar biasa. Cinta, apakah dia masih bisa percaya akan keberadaannya?

"Sejak dulu aku emang pengen pisah sama kamu karena sadar kalau perbuatan kita sudah melampaui batas, tetapi kamu selalu memohon agar aku tetap berada di sisimu. Kamu mungkin lupa, siapa yang selalu mendukungmu bahkan ketika semua orang berpaling melawanmu. Suka dan duka sudah kita lalui, aku bahkan menyerahkan segalanya dan ketika datang ke sini menuntut pertanggungjawaban, kamu malah terkesan tidak peduli. Masalah ini harus kita selesaikan bersama, aku nggak mau stres sendirian."

"Lebih baik kamu pulang karena aku nggak bakal mengubah keputusanku. Dasar lajang!" umpat Albian refleks, tetapi dia tidak bisa meralat kalimat itu lagi meskipun mata Alana berkaca-kaca.

Lajang? Alana menelan saliva sama sekali tidak menyangka akan mendapat hinaan seperti itu. Dia mengaku salah karena sudah percaya pada orang yang salah. Lagi pula benar bahwa Alana sendiri yang selalu berharap mereka menikah.

Gadis itu baru menyadari bahwa tidak ada cinta di mata Albian. Pada kenyataannya, lelaki biadab itu sedang mencoba lari dari masalah yang dia ciptakan sendiri. Alana harus apa sekarang? Melapor ke polisi? Sungguh dia adalah gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa dan mungkin sang ibu akan membunuhnya nanti. Alana berharap masalah itu tidak diketahui siapa pun dan jika melapor pada pihak berwajib, bisa dipastikan dirinya viral di berbagai sosial media.

"Aku berusaha untuk tenang karena mikirin mama di rumah. Andai janin ini tidak pernah ada, aku pasti pergi tanpa diusir, Al. Oke, aku pasti pulang tanpa menggugurkan kandungan ini. Lihat saja, kamu pasti menyesal sudah membuangku seperti ini. Namun, ingatlah bahwa karma itu ada. Suatu hari, anak keturunanmu akan merasakan hal yang sama atau bahkan lebih pedih lagi. Aku menyesal sudah percaya sama lelaki sialan sepertimu."

Setelah mengucapkan hal itu, Alana hendak berbalik, tetapi kemudian Albian mencekal tangannya. Dia memeluk tubuh kekasihnya dari belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Untuk sejenak, hati Alana berdesir, tetapi ternyata desiran itu berubah menjadi luka yang sangat dalam.

"Anggap saja tidak terjadi apa-apa," bisik Albian seperti sengaja menambah luka dalam hati Alana.

Gadis malang itu memejamkan mata, dia berdiri di antara dua pilihan. Cinta tidak membutakannya, dia hanya malu jika melapor ke kantor polisi dan masalah itu diketahui oleh media. Sudah cukup dia mempermalukan orangtuanya. Alana mendesah berat menyesali semuanya.

Air mata pun merembes keluar, dia berusaha melepaskan diri dari pelukan itu, lalu berbalik dan memukul dada bidang Albian. Dia tidak ingin diperlakukan serendah itu lagi karena bagi Alana, hubungan mereka sudah berakhir.

"Jangan memeluk lajang sepertiku atau kamu akan ternodai. Kamu menyebutku lajang, bukan? Seharusnya kamu–"

"Pulanglah, aku nggak mau ngeliat kamu lagi. Aku memelukmu sebagai bentuk perpisahan. Jangan pernah datang ke sini lagi, aku pastikan semuanya sia-sia. Kamu mengerti?" potong Albian mendorong pelan bahu Alana hingga gadis itu berada di ambang pintu.

Mereka yang pernah saling mengasihi bahkan dekat bagai urat nadi, kini berubah asing. Alana sama sekali tidak pernah menyangka takdirnya akan seperti itu. Padahal pagi tadi mereka masih saling bercumbu bahkan mengucap beragam kata romantis di sela aktivitas kotor mereka dan semuanya berubah ketika Alana mengungkapkan berita kehamilannya itu.

Andai saja Alana tidak pernah mengatakannya, apakah Albian masih akan terus mengaku cinta dan sayang sampai bayi itu lahir? Sebenarnya apa yang membuat Albian merasa berat untuk bertanggungjawab sementara mereka adalah sepasang kekasih? Apakah mungkin ada sosok lain yang sudah menguasai hatinya?

"Al, mungkin kamu masih shock, jadi aku akan memberimu kesempatan," lirih Alana masih mencoba mengalah begitu teringat pada ibunya di rumah.

"Sudah kubilang, kita putus!" Albian mengulangi kalimatnya dengan sorot mata tajam.

"Kamu serius mutusin aku?"

"Iya, aku serius, makanya jangan pernah datang ke sini lagi! Kita emang bukan jodoh dan kamu harus bisa menerima takdir, Na. Kamu jangan menyiksa diri sendiri dengan terus berharap sama aku. Aku nggak bisa berbuat banyak, masih banyak laki-laki lain di luar sana yang suka sama kamu. Tolong, mengerti!"

Setelah itu, Albian mendorong bahu Alana sampai gadis itu jatuh ke belakang, kemudian menutup pintu rumahnya kasar. Sementara di depan sana, Alana menekan dada kirinya karena terasa sakit. Dia menangis tersedu-sedu begitu lama tanpa menyadari kalau Nia—kakak kandung Albian—berdiri di sana.

"Na, kamu mantan Albian, 'kan? Ngapain di sini?"

Alana mendongak, spontan berdiri ketika melihat wajah seorang gadis yang sangat mirip dengan kekasihnya. "Mantan Albian?"

Masalah baru kembali menambah beban pikiran Alana. Memang benar kalau mereka sudah menjadi mantan karena Albian memutuskan hubungan mereka tadi. Akan tetapi, kenapa Nia bisa tahu hal itu? Bukankah hanya ada mereka berdua di sana dan gadis itu datang dari arah belakang?

Alana berpikir semua ini adalah rencana mereka untuk merusak mental gadis itu. Jika saja Nia tidak terlibat, tidak mungkin dia tahu kalau Alana sudah menjadi mantan. Untuk itu, dia harus berhati-hati sebelum melihat senyum kemenangan di bibir Nia.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Mia Harjoni
lajang atau jalang thor?
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status