"Menikahlah denganku. Aku mencintai kamu tidak hanya di waktu sekarang, tapi sudah jauh lebih dulu saat kita masih remaja. Mau kan kamu, jadikan aku teman hidupmu selamanya, Qirani?"Sejenak hening di antara mereka. Tiba-tiba Qirani manyun, memonyongkan mulutnya. Zulkifli keheranan. Lagi ditembak kok cemberut gitu? Zulkifli melepaskan tangannya lalu mendorong bibir Qirani dengan telunjuknya sampai mundur ke belakang kepala Qirani. "Aaaihhhh!" seru Qirani menangkap telunjuk Zulkifli dan menepisnya. "Kenapa mulutmu macam ikan asin cucut?" tanya Zulkifli menjentik kening Qiran. "Haaaih sakit!" Qiran memukul lengan Zulkifli. Namun semua orang juga tahu jika melihat, pukulan itu adalah pukulan manja dan penuh perasaan. "Kenapa makanya?!""Karena aku kesal sih," timpal Qiran masih manyun."Ya Allah segitunya. Makanya aku gak mau ungkapkan perasaanku yang sebenarnya sama kamu sejak dulu, gini nih, malah dikeselin. Kamu gak tahu, butuh berapa lama aku punya nyali untuk mengaku."Kali ini
Mobil Zulkifli sudah berada Mall. "Sudah sampai. Ayo kita turun!" seru Zulkifli."Eittz! Tunggu dulu. Itu kan duit 25 juta. Kita berempat. Bagi dulu duitnya baru turun!" usul Bu Nurul antusias. "Naah ide bagus, Mbak," sambut Bu Ningsih setuju. "Iya, biar gak anak dua ini saja yang habiskan uang. Baju yang biasa 3 seratus ribu di pasar, dibeli mahal-mahal di sini," cerocos Bu Nurul. "Iiih Ibuk, baju apaan dapat 3 seratus ribu," ketus Qiran manyun. "Udah, kamu keluarin aja duitnya. Kita dapat masing-masing 5 juta. Nah sisa 5 juta pake makan enak-enak!" usul Zulkifli. "Aku setuju," sambut Bu Nurul. Bu Ningsih menyenggol putranya."Nanti kamu boleh pakai uang Mamak juga. Gak apa-apa, Zul.""Mamak beli lah sesuatu. Itu kan tujuan Papa. Nanti aku bantu carikan gamis-gamis oke biar Mamak makin cantik di depan Papa!""Iiih Mamak sudah tua juga, ngapain cantik-cantik," ucap Bu Ningsih malu. "Mama tetap cantik bagaimana pun dandanannya. Tapi supaya mengimbangi Papaku yang gagah, mestila
SCENE SAAT ZULKIFLI BARU SAMPAI DI RUMAH SAKITQirani melihat Pak Wahyu sedang bicara dengan Bu Ningsih juga ibunya. 'Mumpung sekarang di rumah sakit, aku harus membawa obat yang kemarin itu ke laboratorium. Dari kemarin gak sempat' batin Qirani. Ia langsung berdiri. "Kamu mau kemana, Qi?" tanya Zulkifli. "Mau ke depan. Ada urusan sedikit.""Kamu akan jadi istriku, Qi. Terbukalah secara detail."Qiran kembali duduk. Dari tasnya, dia mengeluarkan tablet obat yang sudah dia bungkus dengan tisu."Dua hari yang lalu, aku melihat Tari menukar obat nenekmu dengan obat ini. Lalu dia memberikan Bu Sari minum obat ini.""Mungkin itu memang sudah obatnya?" "Tapi gelagatnya mencurigakan. Aku ingin membawa obat ini ke laboratorium. Kita cek apa kandungannya dan untuk apa?""Okelah. Aku temani. Ayo!".... .... "Kapan bisa diambil hasilnya, Mbak?" tanya Qirani. "Besok pagi.""Baik."Qirani berbalik dan mendapati Zulkifli menerima panggilan. Setelah selesai, mereka bertatapan. Zulkifli memega
"Kamu dimana, Qi? Disuruh nemenin ibu tiriku, kok ngilang?" tanya Zulkifli via telepon. "Ya gimana aku gak kabur, dia ngusir aku!"Qiran menjawab sembari berjalan perlahan mendekati Zulkifli. Kebetulan Zulkifli menelpon di luar ruangan dan dia pun sudah dekat dengan ruangan perawatan Bu Anggun. "Iya sudah. Kamu dimana makanya itu?""Di hatimu, Sayang," jawab Qiran menahan senyum. "Duh duh duh! Kawin lari yuk!" kekeh Zulkifli merab4 tengkuknya karena terasa ada angin. Geli seperti ada yang tiup dengan lembut. "Ayok!"Refleks Zulkifli berbalik dan sudah mendapati Qiran di belakangnya. Alhasil, hidung Qiran yang tidak semancung dia jadi sasaran. Ditariknya hidung itu gemas. "Pinter ngerjain memang, ya!""Iiih! Aku gak mau mancung! Nanti banyak cowok yang mau! Cukup kamu aja yang mau sama aku!"Qiran merengek menjauhkan wajahnya sembari mengusap hidungnya yang terasa menyatu dan mengembang hampir bersamaan. Zulkifli tertawa. "Kamu bawa apa itu?" tanya Zulkifli menoleh ke arah goodie
"Mulai hari ini, DIA BUKAN ISTRIKU! Aku TALAK 1 Anggun Anggraini dan meskipun talak 1, semoga aku tidak kembali menyatu selamanya dengan dia lagi."Suara Pak Wahyu yang masuk di telinga Bu Anggun yang menyebut namanya dengan diiringi kata talak seperti boom dahsyat yang benar-benar meluluhlantakkan dunia Bu Anggun dalam hitungan detik. "Mmmas ...." lirih Bu Anggun gemetar. "Jangan panggil aku!""Mas Wahyu!" teriak Bu Anggun histeris. "Jangan panggil namaku! Bagaimana aku masih beristrikan wanita yang mencoba meracuni ibuku?! Ibuku, Anggun! Ibuku! Sejahat-jahatnya dia, dia tetap ibuku. Tapi rupanya ada yang lebih jahat dari dia! Ternyata kamu! Kamu tega membuat propoganda! Aku terpisah dari istri pertamaku karena kalian dan yang paling bersalah adalah kamu! Kamu lebih dari iblis!""Mas Wahyu! Jahat sekali kalimatmu untukku, Mas!""Jahat katamu? Kamu yang sangat jahat telah memberikan penderitaan sangat lama padaku dan ibuku!""Aku hanya membuatnya sedikit tenang, Mas! Dia terlalu ce
"Kan rusakin mesin mobil Pajero hitam. Iya kan? Pajero hitam kan? Bukan Fortuner hitam."... ... Pak Wahyu merasakan dunia yang dia pijak saat itu sedang berhenti berotasi lalu sebuah meteor menghantam keras bumi di mana tempatnya berpijak. Jatuh ponsel di tangan Pak Wahyu bersamaan dengan lututnya yang langsung menyentuh tanah. Zulkifli seketika menangkap tubuh ayahnya. Sampai keluar otot-otot punggung tangan pria itu menahan tubuh ayahnya yang sedang jatuh. Pak Wahyu berusaha bernapas tapi seperti dia sedang belajar menarik udara. Ia kesulitan. "Hallo?! Hallo?! Gimana ini? Kapan saya akan ditransferkan?!"Klik! Zulkifli mematikan panggilan itu. "Pa! Papa! Kendalilan diri Papa. Bernapas pelan, Pa. Pa ... aku di sini, Pa. Papa!"Pak Wahyu terus memegang dadanya. Sedangkan wajahnya merah menyala. Bulir bening di kening dan lehernya tiba-tiba muncul dengan butiran-butiran yang besar dan merembes. "Kita ke rumah sakit sekarang, Pa!" seru Zulkifli mencoba mengangkat tubuh ayahnya.
Boooooom! Sekali lagi, kepala Bu Anggun terhantam keras dan darah langsung keluar dari matanya yang tertutup perban. Namun Bu Nurul benar-benar tak memiliki belas kasihan dan sudah tak bisa dikendalikan lagi. "Ibuk!" teriak Qiran menekan suaranya agar tenaga medis yang sedang berjaga tidak mendengar. Ia langsung menarik tangan ibunya dengan keras. Bu Nurul menepis kasar. Qiran kembali memegang tangan ibunya dengan suara yang menekan."Sadar, Buk! Ibuk bisa membunuhnya!""Memang aku akan membunuhnya," desis Bu Nurul tanpa ragu. Qiran semakin mengeratkan pegangannya dan Bu Nurul langsung mendorong putrinya sendiri. Qirani tersungkur. Zulkifli refleks melompat dan menangkap tubuh Qirani yang sedang mundur tak terkendali. "Jangan campuri urusanku. Akan kubuat wanita ini menyesali dirinya. Kurang ajar dia. Jahannam.""Tolooooong!" teriak Bu Anggun yang langsung menerima serangan. Tangan kiri Bu Nurul menekan tangan kanan Bu Anggun sedangkan tangan kiri Bu Nurul mencekik leher korbannya
"Mana uangnya?" tanya Joger. "Mana temanmu yang lain?" tanya Zulkifli berbalik, membuang asap rokoknya yang baru dia nyalakan. Joger ditemani seorang laki-laki bertato. "Buat apa? Serahkan saja uangnya. Kami terburu-buru.""Jadi kalian hanya berdua?!"Zulkifli melepaskan rokoknya di dekat telapak kaki lalu dilumatkannya dengan sekali giling. Ia menatap kaki kirinya yang sedang berputar. "Ya. Hanya kami berdua. Apa masalahnya? Dari tadi kamu mengulur waktuku."Buuuuughhhh! Zulkifli langsung melayangkan tinjunya di wajah Joger. Tersungkur jatuh pria itu ke tanah kering berbukit. Teman Joger langsung sigap menendang Zulkifli namun kaki Zulkifli begitu kokoh. Hanya mundur saja tidak sampai jatuh. Justru ia berbalik menyerang dengan memutar tubuhnya lalu menendang bahu pria itu. Pria itu langsung jatuh. Ia kembali bangun dan melayangkan tinjunya. Zulkifli menunduk lalu secepat kilat memukul punggung lawannya hingga tersungkur membungkuk. Zulkifli langsung mengangkat kakinya lalu mengha