Share

BAB 109

Penulis: jasheline
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 20:20:07

Suara Enzo terdengar lirih, hampir tak berdaya. Ia melipat tangannya di pangkuan, menutupi jemarinya yang gemetar. Bahunya sedikit membungkuk, seolah menanggung beban yang tak kasat mata.

"Kita bicara di sini saja, Ra," pintanya, suaranya mengalun pelan, berusaha menahan gema rasa sakit yang ia ciptakan sendiri. Matanya yang sayu menatap Amora penuh permohonan.

Namun, suara bisik-bisik tetangga sudah terlanjur membesar menjadi sorakan, menjadi paduan suara yang penuh dengan prasangka. Mereka, para penjaga moral yang tak diundang, berdiri mengelilingi Enzo dan Amora, mata mereka memancarkan rasa ingin tahu yang kejam.

"Ya, kalian bicara di sini saja," seorang ibu-ibu dengan daster berwarna cerah menyahut, tangannya bersedekap di dada.

"Takutnya, kalau bicara di dalam, Mbak malah menganiaya suami Mbak sendiri." Suaranya terdengar prihatin, tetapi di baliknya tersembunyi gairah untuk menyaksikan drama yang sudah lama mereka nantikan.

Suara lain menyambar, penuh nada menghakimi, datang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 113

    Senja langit ikut meredup, memantulkan warna abu-abu ke dalam ruangan yang pengap dan dipenuhi ketegangan. Di sebuah rumah kecil, di balik gang-gang sempit yang saling melilit seperti urat nadi kota, Enzo berdiri terpaku. Wajahnya yang biasanya teduh kini pias, beradu pandang dengan sorot mata Vanya yang menyala-nyala, seolah ada api yang membakar di sana."Kenapa? Kamu nggak mau?" tanya Vanya, suaranya menusuk seperti belati. Ekspresi wajahnya berubah, dari yang tadinya terlihat manis menjadi galak, bibirnya tertarik ke bawah, menciptakan kerutan-kerutan tajam di sekitar matanya. Ia melipat kedua tangannya di dada.Enzo, yang tadinya menunduk, mengangkat kepalanya. Bola matanya membesar karena terkejut. "Mana mungkin aku jadi pengemis, Va! Kalau sampai ada yang mengenali wajahku, bagaimana? Bisa malu, aku!" Suaranya bergetar, memohon, seolah-olah sedang menghadapi vonis mati. Bayangan tentang bagaimana teman-teman lamanya akan menatapnya, bagaimana mantan rekan kerjanya akan bergosi

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 112

    Bugh!Suara itu menggema, menusuk keheningan sore yang tadinya tenang. Bukan suara yang berasal dari perkelahian serius, melainkan suara benda tumpul yang mendarat tepat di sasaran. “Aduh ibu-ibu sialan itu lagi!” umpat Enzo dalam hati. Mata Enzo terbelalak, bukan karena pukulan fisik yang dahsyat, melainkan karena pukulan mental yang lebih menyakitkan. Ia merasakan sensasi perih dan panas di atas kepalanya. Sensasi itu menjalar ke seluruh wajahnya, membuat matanya berair. Enzo menoleh ke belakang, melihat segerombolan ibu-ibu yang sebelumnya sudah pergi, kini kembali dengan wajah yang lebih murka dari sebelumnya. Mereka tertawa, tawa yang terdengar seperti genderang kemenangan."Dasar penipu! Bisa-bisanya, kamu memanfaatkan kami untuk mencemarkan nama baik Mbak Amora!" Salah satu dari mereka berteriak, suaranya melengking dan penuh amarah. Kata-kata itu berulang, bergema di gang sempit, seolah-olah seluruh alam semesta ingin Enzo mendengar betapa hinanya ia. “Ayo cepat Enzo, cepa

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 111

    Suara melengking itu, bak genderang perang yang ditabuh di tengah kesunyian, membelah sore. "Nah, Mas Enzo sudah di sini! Ayo, Mas! Klarifikasi! Apa benar, kalau Mas Enzo dan Mbak Amora sudah bercerai dari beberapa bulan yang lalu?"Pertanyaan itu kini dilontarkan dengan lantang oleh seorang ibu berkerudung besar motif polkadot. Di hadapan puluhan pasang mata yang menuntut jawaban, pertanyaan itu terasa seperti pisau yang dihunus.Enzo, yang duduk tak berdaya di kursi rodanya, merasa jantungnya mencelos, tenggelam ke dasar perut. Wajahnya yang sebelumnya tampak tegar dan penuh kepura-puraan di depan orang banyak, kini mendadak berubah pucat pasi. Ia menatap Amora, mantan istrinya, yang berdiri di sampingnya dengan wajah tenang yang aneh."A-anu... Itu..." Enzo tergagap, suaranya tercekat di tenggorokan, terasa seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata. Lidahnya terasa kelu, dan setiap kata yang ingin ia ucapkan terasa seperti batu yang berat, sulit untuk didorong keluar. Ia mengutuk

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 110

    "Pak Ndiman!! Pak!?" teriak Jericho dengan suara keras, memecah keheningan yang tegang. Suaranya penuh otoritas, kontras dengan kegaduhan yang diciptakan Enzo sebelumnya. Jericho tidak berteriak karena emosi, melainkan karena ia ingin mengakhiri drama ini secepatnya.Tak lama, security yang dipanggil namanya langsung tergopoh-gopoh datang menghampiri, nafasnya terengah-engah. Ia adalah seorang pria paruh baya dengan seragam yang rapi, wajahnya menunjukkan kebingungan sekaligus kesigapan."Ada apa, Den?" tanyanya, melirik Enzo dan kursi rodanya yang berada di tengah-tengah ruang tamu. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia belum tahu duduk permasalahannya."Usir orang gila ini dari rumah calon istri saya!" titah Jericho, suaranya dingin, tak ada sedikit pun keraguan. Mata Enzo langsung melotot. Dia tak terima jika dirinya harus diusir oleh orang lain. Harga dirinya, yang sudah terkikis habis, kini seolah-olah diinjak-injak oleh orang asing. "Ayo, saya antar keluar, Mas!" kata

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 109

    Suara Enzo terdengar lirih, hampir tak berdaya. Ia melipat tangannya di pangkuan, menutupi jemarinya yang gemetar. Bahunya sedikit membungkuk, seolah menanggung beban yang tak kasat mata. "Kita bicara di sini saja, Ra," pintanya, suaranya mengalun pelan, berusaha menahan gema rasa sakit yang ia ciptakan sendiri. Matanya yang sayu menatap Amora penuh permohonan.Namun, suara bisik-bisik tetangga sudah terlanjur membesar menjadi sorakan, menjadi paduan suara yang penuh dengan prasangka. Mereka, para penjaga moral yang tak diundang, berdiri mengelilingi Enzo dan Amora, mata mereka memancarkan rasa ingin tahu yang kejam. "Ya, kalian bicara di sini saja," seorang ibu-ibu dengan daster berwarna cerah menyahut, tangannya bersedekap di dada. "Takutnya, kalau bicara di dalam, Mbak malah menganiaya suami Mbak sendiri." Suaranya terdengar prihatin, tetapi di baliknya tersembunyi gairah untuk menyaksikan drama yang sudah lama mereka nantikan.Suara lain menyambar, penuh nada menghakimi, datang

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 108

    "Mau ke mana kamu, Mas?" Enzy bertanya, suaranya terdengar tenang, namun getarannya tak bisa disembunyikan. Matanya menatap suaminya yang berdiri di depan cermin, seolah memindai setiap detailnya. Renald kini terlihat begitu rapi. Rambutnya disisir licin, kemeja birunya yang baru disetrika terlihat begitu mulus tanpa sedikit pun lipatan, dan harum parfum yang menyengat, aroma yang asing menusuk hidungnya. Parfum yang tidak pernah Enzy cium sebelumnya, bukan aroma khas Renald yang ia kenal. Aroma yang asing itu membuat hatinya mencelos, firasat buruk menyeruak. Renald terlihat berbeda, bukan Renald yang lusuh dan lelah sepulang kerja, melainkan Renald yang penuh percaya diri dan siap untuk pergi. Enzy merasakan ada sesuatu yang tidak beres, hatinya mencelos."Bukan urusan kamu!" Renald menjawab ketus, tanpa menoleh. Tangannya sibuk mengancingkan kemeja, seolah mengabaikan keberadaan Enzy. Seolah-olah Enzy adalah hiasan yang tak terlihat di ruangan itu, seolah-olah kehadiran Enzy tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status