Share

03. Kesedihan Aileen-Rencana Devan

"Aileen, cukup!! Apa kamu sadar dengan siapa kamu berbicara?" tanya Alvin dengan suara yang meninggi.

"Yah, tentu saja Pak, dia adalah pemilik restoran ini kan? Lagipula saya sudah meminta maaf tapi sepertinya permintaan maaf ku sama sekali tidak berarti apa-apa," ucap Aileen menyindir.

    Devan yang mendengar ucapan Aileen seketika menatap tajam kearah Alvin.

"Apa seperti ini kelakuan orang-orang yang kau pekerjakan direstoran milikku? Jika kau tidak bisa melakukan tugasmu dengan baik maka lepaskan jabatanmu sebagai manajer dan tinggalkan tempat ini, karena aku tidak ingin memiliki karyawan yang pekerjaannya sangat buruk," hina Devan.

"Ti-tidak Tuan, kumohon jangan lakukan hal itu, saya berjanji akan mengajari mereka semua dengan baik," ucap Alvin terbata.

"Aku tidak mau tau, dia harus membayar ganti rugi atas perbuatannya," tunjuk Devan tepat didepan mata Aileen.

   Aileen seketika membulatkan matanya, yang benar saja dia yang menanggung semuanya padahal semua yang terjadi bukanlah hal yang disengaja. "Maaf bukan kah Anda sendiri yang mengatakan bahwa saya tidak akan sanggup mengganti semuanya lalu mengapa masih meminta saya untuk membayar ganti rugi."

'Sial baru kali ini aku dipermalukan oleh seorang gadis dan anehnya lagi sedikitpun dia tak terpikat olehku' Devan membatin menahan kesal dan juga malu mendengar ucapan Aileen, tapi bukan Devan namanya jika ia mudah menerima kekalahan.

"Terserah, itu menjadi urusanmu jadi fikirkan sendiri caranya," ucap Devan acuh tak acuh. "Dan satu lagi aku ingin dia di pecat dari restoran ini," lanjut Devan yang beralih ke arah Alvin.

   Alvin yang mendapat perintah tentu saja mengiyakan karena jika ia membantah sudah pasti jabatannya dipertaruhkan.

"Aileen, kamu sudah dengar, kan? Apa yang dikatakan oleh Tuan Devan, mulai hari ini kamu dipecat," Aileen menghembuskan nafas lelah dan memaksakan bibirnya untuk tersenyum ia  sudah mengetahui bahwa hal ini pasti akan terjadi, ingin rasanya ia melenyapkan orang yang berdiri didepannya, yah! siapa lagi kalau bukan Devan, tapi apa daya, kekuasaan mengalahkan segalanya bahkan yang bersalah pun akan dibela mati-matian jika ia memiliki segalanya.

"Baik Pak, saya mengerti, terimakasih sudah memberikan saya kesempatan untuk bekerja di sini, dan untuk Anda Tuan yang terhormat maaf sudah mengotori pakaian mahal Anda, saya janji akan mengganti semuanya tapi tidak sekarang karena saya masih harus mencari pekerjaan," ucap Aileen singkat pada Alvin dan juga Devan.

    Merasa tak memiliki kepentingan lagi didepan orang-orang angkuh tersebut, Aileen melangkah ke arah teman-temannya.

"Din, aku pamit yah, dan untuk kalian semua aku minta maaf kalau pernah membuat kesalahan," ucapnya menunduk berusaha menahan cairan bening yang sewaktu-waktu meloloskan diri dari tempatnya.

    Dina yang melihatnya ikut sedih, namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain memeluk Aileen dan memberikan semangat untuk temannya itu. "Leen, maaf aku tidak bisa bantu apa-apa. Tapi aku yakin kamu akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik diluar sana.

"Terimakasih," ucap Aileen tersenyum tulus kemudian melangkah menjauh dari restoran tersebut, tanpa ia sadari bahwa tatapan Devan tak pernah lepas darinya.

*********

    Setelah meninggalkan restoran, Aileen tidak langsung pulang ke apartemennya ia memilih duduk di sebuah bangku taman sambil memandangi orang-orang yang sedang asyik menikmati waktu bersantai, sesekali ia menatap langit yang mendung berharap langit memahami kesedihan yang tengah dirasakannya.

"Huffft...!! Mengapa hidupku begitu menyedihkan, mengapa masalah seakan tak pernah ada habisnya? Andai saja aku masih memiliki keluarga yang utuh mungkin hidupku tidak sesepi ini," gumam Aileen yang sesekali mengingat kisah hidupnya yang hancur karena kematian orang tuanya, semenjak kepergian orang tuanya membuat Aileen memutuskan untuk pindah ke negara A berharap mendapatkan pekerjaan dan bisa melupakan kesedihannya, tetapi yang terjadi tidak sesuai harapannya dan sekarang ia dihadapkan dengan sebuah masalah besar.

"Hmmmmm, entah uang dari mana aku bisa membayar kerugian yang sudah kuperbuat, Tuhan ...! Kumohon tunjukkan jalan keluar," ucapnya dengan air mata yang tak hentinya mengalir membasahi pipi mulusnya, dan disaat bersamaan hujan turun begitu derasnya membasahi tubuh mungilnya yang begitu rapuh, ia tidak peduli dengan keadaannya yang basah kuyup.

     Sementara didalam restoran terlihat Devan yang segera beranjak dari duduknya setelah semua urusannya selesai dan melangkah dengan cepat menuju mobilnya diikuti Leon dan juga para pengawalnya, setelah duduk di dalam mobil ia kembali terdiam, entahlah! Semenjak kepergian Aileen beberapa jam yang lalu hatinya tak pernah merasa tenang, Leon yang melihat keanehan Devan merasa bingung dan bertanya-tanya apakah yang sedang difikirkan oleh atasannya itu.

"Maaf Tuan, apakah Anda butuh sesuatu?" tanya Leon.

"Ya, aku ingin kamu menyelidiki gadis yang dipecat dari restoran tadi," titah Devan pada orang kepercayaannya itu.

"Baik Tuan, saya akan memberikan informasi yang Anda inginkan secepatnya, apa masih ada lagi?"

"Pastikan dia tidak akan mendapatkan pekerjaan di manapun."

    Leon mengerutkan keningnya mendengar perintah Devan. "Tuan bukankah Anda meminta gadis itu membayar ganti rugi? Lalu bagaimana ia bisa menggantinya jika tidak mendapatkan pekerjaan," tanyanya heran.

"Ckckck, sudah berapa lama kau bekerja denganku Leon? Apakah aku masih harus menjelaskan secara detail sifat dan sikap seorang Devan Narendra?"  Tanya Devan dengan sinis.

"Maafkan saya Tuan," ucap Leon yang menundukkan kepalanya sesaat lalu kembali fokus menyetir.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang karena hujan turun begitu deras membuat jalanan menjadi licin, Devan yang sedang menatap air hujan dari dalam mobil tiba-tiba memicingkan matanya saat melihat seseorang tengah duduk di sebuah bangku taman dalam keadaan basah kuyup. 

'Bukankah dia gadis ceroboh itu? Apa yang dia lakukan' gumam Devan dalam hati. Pandangan Devan tak pernah lepas dari bangku taman tersebut hingga mobilnya semakin menjauh.

"Hmmmm, cukup menarik! Apapun yang terjadi dia harus bisa ku taklukkan dan kita akan lihat berapa lama dia tidak tergoda oleh pesona Devan Narendra," gumam Devan sambil tersenyum misterius.

"Ada apa Tuan?" Tanya Leon yang tidak mendengar ucapan Devan dengan baik.

"Tidak ada, fokus saja pada jalan yang ada didepanmu," ucap Devan ketus

"Baik Tuan, apakah Anda ingin langsung pulang ke Penthouse atau ke hotel?" tanya Leon hati-hati takut salah bicara dan membuat tuannya mengamuk.

"Pulang ke Penthouse saja, aku ingin membersihkan diri dan istirahat, ah iya satu lagi malam ini aku sedang  tidak ingin bermain, jadi kamu kerjakan saja tugas yang ku berikan tadi, paham?"

"Paham tuan," jawab Leon.

    Apa yang dikatakan oleh Devan membuat Leon semakin heran, karena sikap tuannya tidak seperti biasanya, menurutnya Devan adalah pria yang tak pernah absen dari aktivitasnya bersama wanita malam lalu mengapa sekarang berubah.  'Ah, sudahlah apapun yang terjadi bukan masalahku, cukup kulakukan saja apa perintahnya' ucap Leon dalam hati.

     Dilain tempat, terlihat Aileen berjalan perlahan-lahan ditengah derasnya hujan yang seakan enggan untuk berhenti, tak peduli dengan keadaannya yang kini berantakan ia tetap berjalan dengan perasaan tak menentu. Setelah tiba di apartemennya Aileen segera kekamar mandi untuk membersihkan diri selama beberapa menit, setelah dirasa cukup ia melangkah keluar menuju lemari pakaiannya dan memilih pakaian tebal untuk menghangatkan badannya yang kedinginan karena diguyur hujan berjam-jam di taman.

"Sudah cukup galaunya, sekarang fokus cari pekerjaan, ayo Aileen semangat kamu pasti bisa," tak ingin larut dalam kesedihan, Aileen mencoba memberikan semangat untuk dirinya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status