Share

BAB 4

Author: Eka Fitriani
last update Last Updated: 2022-03-06 06:31:22

BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN

04

.

Sejak kejadian siang tadi, aku hanya diam mengurung diri di dalam kamar. Menahan lapar dan haus hanya karena takut jika sewaktu-waktu pemilik kuku dan telapak kaki misterius itu muncul tiba-tiba.

Hari sudah mulai sore, tapi mas Zaki belum juga pulang. Di dalam ruangan yang tidak begitu luas seperti ini, lama-lama membuat bosan.

Ragu-ragu aku membuka jendela kamar. Menghirup udara segar yang tertiup dari luar memberikan suasana hati sedikit tenang. Selama disini tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan hanya sekedar memasak dan bereskan pondok kecil dua lantai ini.

Deru langkah kaki terdengar menginjak daun-daun kering dari arah jalan. Aku mengintip, memastikan siapa yang datang. Senyumku mengembang, ketika melihat mas Zaki sudah pulang.

Aku berjalan sedikit berlari menuruni tangga, menyambutnya kedatangannya dengan.senang.

"Assalamualaikum." Suara mas Zaki mengucapkan salam.

"Wa'alaikumsalam."

"Maaf ya pulangnya kesorean." Ucapnya tulus.

"Gak apa-apa Mas." Aku mengikuti langkahnya menuju dapur.

"Gimana hari ini?"

"Seperti biasa, bosan." Aku meringis cangung.

"Kalo bosan nanti malam ikut aja ya." Tangannya meraih gelar air yang aku berikan.

"Ikut kemana Mas?" Tanyaku penasaran. Mas Zaki mengambil handuk yang aku berikan.

"Perkumpulan di rumah mang Adam." Jawabnya lalu pergi menuju kamar mandi.

Setiap beberapa bulan sekali para pemilik kebun karet dan kelapa sawit di tempat ini selalu rutin mengadakan perkumpulan, biasanya mereka akan saling bertukar informasi mengenai penjualan atau perawatan kebun-kebun mereka.

_____

Selepas sholat isya, aku dan mas Zaki bersiap untuk pergi menghadiri rapat bulanan petani karet di rumah mang Adam.

Sekitar 1 jam perjalanan akhirnya kami sampai di tempat tujuan, suasana di sana sudah lumayan ramai. Kami menyapa bapak-bapak yang tengah duduk berkumpul di sana. Ternyata bukan cuma laki-laki saja yang hadir, ibu-ibu pun banyak juga yang ikut serta.

Mas Zaki duduk bergabung dengan para tamu yang datang. Sementara aku memilih pergi ke halaman belakang untuk membantu ibu-ibu yang tengah sibuk di dapur.

Di setiap perkumpulan seperti ini, biasanya akan ada hidangan sederhana yang di buat atau di beli oleh tuan rumah dari uang iuran anggota kelompok.

Semakin lama semakin banyak tamu berdatangan. Tidak lama kemudian, bu Sri pemilik kebun yang berdekatan dengan mas Zaki pun datang bersama suaminya.

Aku menyapa wanita setengah baya itu, lalu duduk dan sedikit berbincang-bincang dengannya. Yang awalnya hanya berdua mengobrol, satu persatu ibu-ibu di ruangan ini juga ikut bergabung.

Canda tawa meramaikan suasana malam ini, para bapak-bapak di luar sana pun terdengar riuh dengan canda tawa.

Sejak tadi aku hanya menjadi pendengar yang baik, sesekali ikut tertawa ketika mendengar gurauan mereka.

"Eh, ibu-ibu udah tau belum kalo kemarin di sungai ada jasad korban pembunuhan." Kami semua memutar pandangan ke arah wanita yang berbicara tadi.

"Oh itu, iya kemarin saya lihat. Katanya bukan di bunuh tapi di jadikan tumbal orang pan ...."

"Ssttt ... Jangan di sebutkan Bu, pamali." Bu Sri memberi tahu. Semua orang di sini tiba-tiba berwajah puas ketika mendengar perkataan wanita bertubuh tinggi tadi, aneh sekali memang siapa yang dimaksud tadi?

"Eh iya, maaf saya lupa." Jawab ibu tadi.

"Aku loh jeng, tadi pagi mau masak ayam sudah tak bersihkan. Bumbu sudah aku siapkan. Eh, ayam ku hilang."

"Lah kok bisa wak?"

"Ya gak tau, bingung kali aku itu." Ibu berlogat Batak itu terlihat bingung.

"Ikhlaskan saja, kak. Potong lagi nanti."

Aku pun antusias ingin ikut bercerita kejadian kemarin malam, belum sempat berbicara sudah keduluan oleh bu Sri.

"Di kebunku itu jeng kalo malam ramai sekali seperti pasar." Cicitnya sembari duduk sampingku.

Semua orang di tempat ini saling bercerita satu sama lain. Bukan menggibah atau menceritakan aib tetangga melainkan pengalaman mistis atau hal-hal yang di luar nalar yang mereka alami.

Ternyata bukan aku saja yang mengalami kejadian aneh di tempat ini, bahkan hampir ibu-ibu di sini pun juga sama. Bahkan lebih seram dan membuat bulu kudu merinding.

Sebenarnya aku ingin menanyai bu Sri. Tapi niat itu aku urungkan, kurang pantas rasanya jika menanyakan seputar masalah dapur. Kalau pun itu bu Sri yang memasak, Apa urusannya denganku.

Mas Zaki, menghampiri diriku, dia mengajakku pulang. Sebab malam sudah semakin larut jam dinding menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

Kami berpamitan untuk pulang terlebih dulu kepada pemilik rumah dan para tamu yang datang.

_______

Kami mengendarai kuda besi milik mas Zaki, melewati perkebunan karet yang gelap nan rindang. Udara dingin yang berhembus menembus masuk kedalam pori-pori kulit.

Cahaya sinar bulan yang terlihat dari cela-cela pepohonan, menambah suasana seram malam ini.

Kuk ... Kuk ... Kuk ....

Suara burung hantu terdengar di setiap tepian jalan. Entah mengapa, perjalanan pulang terasa lebih lama berbeda dengan tadi saat berangkat terasa sangat cepat.

"Dek. Kamu takut?" Suara mas Zaki memecah kesunyian di tengah-tengah perjalanan kami.

"Gak, kok. Cuma dingin aja." Jawab ku bohong. Dan sambil terus memeluk erat lingkar pinggang mas Zaki.

"Dek!"

"Hmm."

"Jangan menoleh ke kiri ya, tutup aja matanya kalo takut." Mas Zaki memberitahu.

"Emangnya kenapa mas?" Tanyaku penasaran.

"Nurut aja, nanti di rumah mas ceritain." Pangkasnya.

"Iya." Jawabku malas. Rasa penasaranku sangatlah tinggi mengalahkan rasa takut ku saat ini.

Tanpa menghiraukan ucapan mas Zaki, aku menoleh ke arah kiri. Terlihat hamparan kebun sawit yang tertata rapi, tampak sebuah pondok kayu yang sudah tua dan tidak terawat lagi di tepi jalan yang kami lalui.

Sorot lampu motor, sekilas menyinari, seseorang yang berada di pintu rumah itu. Aku memperjelas penglihatan ini, ketika motor yang kami kendarai melintas tepat di depannya.

Sosok laki-laki kurus berperawakan tinggi dan mengenakan baju serba hitam, tengah berdiri dan.

"Aaaaa ....! Aku berteriak sekencang mungkin.

-------

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 36

    Teriakan Putri membangunkan Orang Pandak yang sedang bersemedi. Mata merahnya membuka tajam. "Putri, anakku." Dia bangkit dari duduknya. Berayun dari satu pohon ke pohon yang lain. Penciumannya dia pertajam untuk mencari keberadaan anaknya itu.Hidungnya terus mengendus, mempertajam indra penciuman. Mata tajam menyala, hatinya merasakan kesedihan yang sulit untuk di gambarkan. Perasaan tidak enak membuat dirinya bertingkah kebingungan.Sesosok mahluk berbulu meringkuk di tengah hamparan kebun sawit. Tubuhnya tidak berdaya lagi untuk berdiri, hanya sanggup untuk menahan dinginnya malam. Rasa sakit di pungungnya menjalar kesemua persendian tulang-tulang.Erangannya semakin kuat, dia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk hidup. Benda yang tertancap itu seprti menghisap habis tenaga dan kekuatannya. "Ayah, tolong aku." Lirihnya.Tubuhnya meregang, tangannya melebar. Putri berteriak keras, karena menahan rasanya sekarat. Tubuhnya terus terguncang, rasa

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 35

    Para tetangga yang berada di sekitar kebun berdatangan, Parjo lalu di turunkan dari jerat tali yang menggantungnya. Tertulis sepucuk surat di atas lantai dari Parjo, dia berharap ada orang yang mau mengurus Arman.Parjo memberitahukan tabungannya yang di amanahkan kepada Datuak Panjang. Dan rencananya uang itu akan di gunakan untuk biyaya pendidikan serta kehidupan sehari-hari Arman.Para tetangga menangis pilu melihat Parjo yang sudah terbujur kaku. Di perkirakan dia meninggal pagi hari setelah pulang dari mengantar Arman sekolah.Parjo di kenal baik oleh tetangga serta teman-temannya yang lain. Orangnya yang sopan dan mudah bergaul, membuatnya banyak teman. Jika ada yang datang meminta bantuan Parjo dengan senang hati menolongnya.Para warga terheran-heran karena tidak adanya Marsria. Warga segera mengurus jenazah Parjo dan segera memandikannya. Tidak lama Datuak Panjangpun datang, setelah mendapat kabar berita kematian Parjo.Datuak me

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 34

    Parjo, lelaki bertubuh kurus, Dia baru saja datang di tanah Minang. Rencanaya dia akan bekerja di sana, untuk merubah nasib menjadi lebih baik.Parjo di ajak temannya yang lebih dulu merantau untuk bekerja di pabrik sawit. Namun Parjo yang hanya tamatatan sekolah dasar itu, tidak di terima di perusahan temannya bekerja.Namun Parjo di terima di bagian lain, iya itu menjadi tukang panen buah sawit. Akan tetapi Parjo yang saat itu belum tau menau tentang sawit. Dia menolak, walapun pihak perusahan menawarkan untuk mengajarinya terlebih dulu.Parjo yang bingung belum mendapatkan pekerjaan, sementara istri dan anaknya sudah menaruh harap kepadanya di kampung halaman. Temanya mencarikan pekerjaan yang lain untuk Parjo.Kebetulan pada saat yang sama Datuak Panjang, juga sedang mencari orang untuk menjaga kebun miliknya. Tanpa pikir panjang Parjopun menerima pekerjan dari Datuak.Melihat Parjo yang rajin, Datuak sangat menyayanginya. Parjo di be

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 33

    POV AUTHOR.*******Baru beberapa langkah Zaki dan Tania berjalan, Putri sudah menunggu dan menghadang mereka berdua. Kini wujudnya benar-benar terlihat menyeramkan. Rambut awut-awutan dengan kuku panjang dan tubuhnya yang berbulu kasar, ekor panjangnya bergerak liar kesana kemari."Jika aku tidak bisa memiliki dirimu. Maka orang lainpun tidak boleh memiliki mu Zaki." Mata Tania terbelalak mendengar ucapan Wanita itu.Putri berlari sangat cepat, tangan dengan kuku panjang itu langsung mencengkeram leher Zaki. Untung saja Zaki bisa melepaskan tangan Putri dari lehernya.Tangan Zaki mengepal, dengan cepat dan tepat dia melemparkan bodem mentah ke pipi kiri istri gaibnya itu. Terlihat wajah Putri yang meradang, taringnya beradu satu sama lain. Matanya melotot melihat ke arah Zaki."Tania, pergih lah. Cari tempat aman dan sembunyi." Zaki berteriak menyuruh Tania untuk pergih."Aku gak bisa tingalin kamu sendiri melawan wanit

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 32

    POV TANIA.*****Angin sepoi-sepoi membangunkan aku dari tidur malam ini. Aku membolak balikan tubuh karena mata tidak mau kembali terpejam."Tiik..! "Tikk..! "Tiik...! Suara jam dinding, semakin mengganggu.Aku berdiri, lalu duduk di tepi jendela. Sesekali melihat layar dari benda pipih yang berada di atas meja. Aku mulai bosan karena merenung tidak jelas dengan pikiran yang tidak karuan."Brak..!" "Brakk...!" Suara pintu yang terdorong oleh angin.Terdengar suara gaduh dari kamar belakang. Aku hanya berpikir jika itu hanyalah kucing liar, yang masuk ke dalam rumah untuk mencari sisa-sisa makanan.Suara erangan terdengar lirih, pikiranku mulai tertuju kepada Nek Imah yang tidur di kamar belakang. "Mas, bangun." Aku mencoba membangunkan Zaki yang masih terbalut selimut."Emm..!" Sambil membetulkan slimut dan kembali tidur. Aku memberanikan diri untuk melihat keadan di luar tanpa Zaki."Klek."

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 31

    POV TANIA.******Telapak tanganku masih terasa dingin, sama seperti tadi ketika aku berbaris melingkar dan mengelilingi sesuatu yang kasap mata, aku tidak tau apa yang menggenggam tanganku. Aku hanya merasakan sesuatu yang lembut dan sejuk seperti angin malam yang datang setelah hujan.Tidak lama setelah itu bunyi gemuruh terdengar, sesuatu menyembul dari bawah akar pohon yang besar. Tubuhku terombang ambing karena tanah yang kupijak bergetar. Angin kencang berputar-putar di atas gundukan yang muncul itu.Aku memejamkan mata karena takut, telingaku mendengarkan Nek Imah yang sedang berbicara. Aku tidak tau pasti dengan siapa dia berbicara, namun terdengar samar-samar Nek Imah memanggil nama seseorang.Angin mulai reda, getaran di tanahpun sudah berhenti. Aku membuka mata melihat Gua yang kala itu pernah aku lihat. Aku mengikuti Nek Imah dari belakang, mencari jasad Bu Sri yang tidak mampu aku tolong pada malam kejad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status