Mencoba mengabaikan Daniel yang sedang cemburu buta, Ghea memilih untuk membuka korden kamarnya, melihat pemandangan kota Jogja dari lantai di mana kamarnya berada. Ia penasaran sebelum pergi ke rumah ayahnya besok, akankah sang suami mengajaknya jalan-jalan nanti? apakah dia akan mendapatakan sebuah makan malam romantis bak adegan sinetron ikatan batin?
Dan jawabannya adalah mungkin saja. Ya, mungkin saja Ghea akan mendapatkan makan malam yang diimpikannya jika saja Daniel tidak bertanya yang macam-macam kepada pelayan yang melayani mereka untuk makan malam di rooftop hotel itu.
“Siapa yang memilihkan bunga ini?” tanya Daniel sambil menunjuk vas bunga di atas meja.
“Pak Seno.”
“Yang memilih urutan menu yang akan disajikan kepada kami?”
“Pak Seno.”
“Lalu apakah semua dekorasi in
Daniel merasa kikuk, ia tak menyangka bahwa mertuanya ternyata tahu arti dari kata Casanova, berarti benar dugaannya saat mengantar Pak Asman ke bandara dulu.“Eh … itu ada cassava lembu.” Lagi-lagi Pak Asman jahil dan menggoda sang menantu.Daniel pun menggigit bibir bawahnya, sedangkan Ghea hanya bisa menahan rasa tak enak di hatinya karena ayahnya terus-terusan menggoda suaminya.“Ubi cilembu maksud ayah?” tanya Ghea karena Daniel memilih tak menyahut ucapan Pak Asman. “Apa ayah mau?”“Boleh lah buat teman ngeteh dan ngeronda nanti malam.”Daniel pun menepikan mobil yang dikendarainya. Ia hampir turun untuk membelikan ubi manis itu, tapi pak Asman menahannya.“Biar ayah saja!” cegah sang mertua sambil membuka pintu mobil.Daniel pun mem
Daniel tetap pada pendiriannya, mau di depan wartawan atau tidak ia tetap tidak peduli, dan sepertinya dia tidak perlu berbaik hati lagi kepada wanita yang sudah menjadikan namanya, serta memanfaatkannya sebagi bahan menaikkan popularitas. "Kamu datang membawa wartawan ke sini, itu menunjukkan dengan jelas bahwa kamu memiliki niatan lain. Aku bukanlah orang yang dengan mudah memaafkan kesalahan orang, apa lagi orang yang mengusikku dengan sengaja. Berdirilah dan pergi!" Ketus Daniel. Baik Citra, wartawan dan orang-orang yang ada di sekitar mereka semuanya membeku. Menyaksikan betapa dinginnya seorang Daniel Tyaga, tak terkecuali Ghea. "Niel!" Meraih lengan suaminya, Ghea meminta semua wartawan untuk mematikan kamera mereka. "Aku tidak mau memaafkan wanita ini! Jadi jangan paksa aku." Ghea pun lagi-lagi menemukan sisi lain dari suaminya. Daniel benar-benar ti
Hari terakhir liburan Daniel dan Ghea di Jogja, diisi dengan sesuatu yang jelas sangat mengasyikkan untuk pasangan suami istri. Memesan sebuah hotel yang tepat bersebelahan dengan pantai, mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, menghirup udara segar kemudian kembali ke kamar. Keduanya bergelung di bawah selimut dari siang hingga matahari hampir tenggelam. Memulihkan tenaga setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi batin mereka dengan perasaan cinta.“Apa tidak pegal?” tanya Ghea dengan suara lengket karena seingatnya sejak dia memejamkan mata dan bangun, ia memakai tangan Daniel sebagai bantalan kepala.“Tidak!”Daniel masih memejamkan mata sambil memeluk tubuh Ghea, sesekali senyum tipis begitu manis terukir di bibirnya saat permukaan kulitnya merasakan bayi di dalam perut istrinya bergerak-gerak.“Apa sudah terlambat melihat mataha
BRAKPintu ruang rapat salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif itu didobrak paksa oleh Nathan. Pria itu emosi hingga berjalan tergesa dan seketika mencengkeram kerah kemeja Richie yang sedang duduk manis di kursi yang seharusnya dia duduki. Hari itu, Nathan baru saja kehilangan posisinya menjadi direktur utama, karena Richie berhasil menjatuhkan pria itu sesuai keinginan kakaknya.Richie membiarkan pria itu meluapkan emosinya, ia tak merasa takut karena tidak ada kesalahan atau kecurangan yang dilakukannya dalam mengambil alih perusahaan itu, yang ternyata sahamnya tidak dimiliki sepenuhnya oleh Nathan."Apa Daniel yang menyuruhmu?"Mata Nathan yang menyala-nyala itu dibalas dengan senyuman menghina dari Richie. Putra bungsu almarhum Tyaga itu mengangkat tangan kanannya. Melarang orang-orang yang ingin menghalau perbuatan Nathan kepadanya."Kenapa
“Bagaimana bisa kamu terbebas dari tuntutan pria itu?”Nathan yang sudah dikuasai amarah dan kebencian mulai berpikir untuk menyerang Daniel dengan siasat busuknya. Hari itu dia mengajak Citra bertemu, Nathan tidak tahu bahwa selingkuhannya itu sudah berjanji akan membantu Daniel jika dia berniat berbuat jahat lagi.“Aku memelas dan memakai anakku sebagai alasan.”Citra mencoba berbicara dengan hati-hati, dia tidak ingin sampai Nathan curiga kepadanya. Citra tahu pria brengsek itu pasti akan memintanya melakukan hal buruk lagi.Benar saja dugaan Citra, belum juga dia bertanya alasan Nathan mengajaknya bertemu. Pria itu sudah menyodorkan sebuah botol kecil kepadanya.“Apa ini?”“Racun! Entah bagaimana caranya, kamu harus datang ke acara tujuh bulanan perempuan b
Salah satu hari bersejarah bagi keluarga Tyaga pun tiba, bukan karena Ghea akan melahirkan, melainkan hari itu Daniel dan Richie resmi berbagi tanggung jawab akan bisnis yang dibangun almarhum sang papa.Meskipun hanya beberapa bulan belajar, Richie menunjukkan kesungguhan juga kecakapannya dalam mengelola perusahaan. Ini lah yang sejak awal membuat Daniel yakin bahwa sang adik memang sudah bisa memikul tanggung jawab sama seperti dirinya, dan sesuai keinginan Richie salah satu perusahaan yang Daniel berikan adalah T Factory-sebuah pabrik makanan ringan.Sebuah pesta kecil mereka gelar di aula pabrik sebagai bentuk rasa syukur. Namun, Richie sepertinya tidak bahagia, terlihat dari wajahnya yang sedikit masam, diam-diam ia selalu mencuri pandang ke arah yang sama yaitu pintu masuk yang sekaligus menjadi pintu keluar. Pria itu sepertinya sedang menunggu seseorang."Niel-Niel!"Ghea menarik
Jenny merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam, sebuah kertas yang dia lipat menjadi empat tekukan disodorkannya ke Ghea. Gadis itu pun heran, tak biasanya Jenny menekuk kertas yang dianggapnya kontrak kerjaan itu.Membuka lipatannya, Ghea terperanga melihat tulisan yang ada di atasnya.“Je-je ini!” Ghea terbata-bata, tangannya bahkan terlihat gemetaran.“Aku pikir kamu pasti mencemaskan hal ini, sebentar lagi kamu akan melahirkan, jadi aku tidak ingin kamu sampai terbebani dengan masalah lain,” ucap Jenny.Ghea menatap surat perjanjiannya dengan Daniel yang tanpa sengaja dia hilangkan sekitar delapan bulan yang lalu itu, ia tak menyangka bahwa surat itu berada di tangan managernya sendiri. Namun, anehnya jika Jenny menemukannya sejak awal, dia pasti tahu siapa pria yang menghamilinya. Nyatanya Jenny tidak tahu apa-apa.
“Astaga Daniel!”Nova mendobrak masuk ke dalam kamar putranya yang memang tidak dikunci oleh Ghea tadi, melihat Daniel tertidur lelap, wanita itu pun kalap dan memukul punggung anaknya dengan guling.“Bangun! pantas Ghea memanggilmu dengan julukan kudanil, kamu tidur sampai tidak sadar istrimu pergi ke rumah sakit mau melahirkan.”Mengerjabkan matanya, Daniel setengah sadar menghalau guling yang sang mama pukulkan ke tubuhnya. “Ada apa sih Ma?” tanyanya dengan suara serak.“Ada apa-ada apa? coba kamu lihat ke samping! Mana istrimu ha?”Daniel menoleh, kepalanya berputar mencari keberadaan Ghea, ia terduduk dengan muka bantal yang sangat lucu, sampai membuat Nova tak tega untuk memukulnya lagi.“Iya, Ghea! Ghea kemana?” Daniel berdiri kebingungan