Hari terakhir liburan Daniel dan Ghea di Jogja, diisi dengan sesuatu yang jelas sangat mengasyikkan untuk pasangan suami istri. Memesan sebuah hotel yang tepat bersebelahan dengan pantai, mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, menghirup udara segar kemudian kembali ke kamar. Keduanya bergelung di bawah selimut dari siang hingga matahari hampir tenggelam. Memulihkan tenaga setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi batin mereka dengan perasaan cinta.
“Apa tidak pegal?” tanya Ghea dengan suara lengket karena seingatnya sejak dia memejamkan mata dan bangun, ia memakai tangan Daniel sebagai bantalan kepala.
“Tidak!”
Daniel masih memejamkan mata sambil memeluk tubuh Ghea, sesekali senyum tipis begitu manis terukir di bibirnya saat permukaan kulitnya merasakan bayi di dalam perut istrinya bergerak-gerak.
“Apa sudah terlambat melihat mataha
BRAKPintu ruang rapat salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif itu didobrak paksa oleh Nathan. Pria itu emosi hingga berjalan tergesa dan seketika mencengkeram kerah kemeja Richie yang sedang duduk manis di kursi yang seharusnya dia duduki. Hari itu, Nathan baru saja kehilangan posisinya menjadi direktur utama, karena Richie berhasil menjatuhkan pria itu sesuai keinginan kakaknya.Richie membiarkan pria itu meluapkan emosinya, ia tak merasa takut karena tidak ada kesalahan atau kecurangan yang dilakukannya dalam mengambil alih perusahaan itu, yang ternyata sahamnya tidak dimiliki sepenuhnya oleh Nathan."Apa Daniel yang menyuruhmu?"Mata Nathan yang menyala-nyala itu dibalas dengan senyuman menghina dari Richie. Putra bungsu almarhum Tyaga itu mengangkat tangan kanannya. Melarang orang-orang yang ingin menghalau perbuatan Nathan kepadanya."Kenapa
“Bagaimana bisa kamu terbebas dari tuntutan pria itu?”Nathan yang sudah dikuasai amarah dan kebencian mulai berpikir untuk menyerang Daniel dengan siasat busuknya. Hari itu dia mengajak Citra bertemu, Nathan tidak tahu bahwa selingkuhannya itu sudah berjanji akan membantu Daniel jika dia berniat berbuat jahat lagi.“Aku memelas dan memakai anakku sebagai alasan.”Citra mencoba berbicara dengan hati-hati, dia tidak ingin sampai Nathan curiga kepadanya. Citra tahu pria brengsek itu pasti akan memintanya melakukan hal buruk lagi.Benar saja dugaan Citra, belum juga dia bertanya alasan Nathan mengajaknya bertemu. Pria itu sudah menyodorkan sebuah botol kecil kepadanya.“Apa ini?”“Racun! Entah bagaimana caranya, kamu harus datang ke acara tujuh bulanan perempuan b
Salah satu hari bersejarah bagi keluarga Tyaga pun tiba, bukan karena Ghea akan melahirkan, melainkan hari itu Daniel dan Richie resmi berbagi tanggung jawab akan bisnis yang dibangun almarhum sang papa.Meskipun hanya beberapa bulan belajar, Richie menunjukkan kesungguhan juga kecakapannya dalam mengelola perusahaan. Ini lah yang sejak awal membuat Daniel yakin bahwa sang adik memang sudah bisa memikul tanggung jawab sama seperti dirinya, dan sesuai keinginan Richie salah satu perusahaan yang Daniel berikan adalah T Factory-sebuah pabrik makanan ringan.Sebuah pesta kecil mereka gelar di aula pabrik sebagai bentuk rasa syukur. Namun, Richie sepertinya tidak bahagia, terlihat dari wajahnya yang sedikit masam, diam-diam ia selalu mencuri pandang ke arah yang sama yaitu pintu masuk yang sekaligus menjadi pintu keluar. Pria itu sepertinya sedang menunggu seseorang."Niel-Niel!"Ghea menarik
Jenny merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam, sebuah kertas yang dia lipat menjadi empat tekukan disodorkannya ke Ghea. Gadis itu pun heran, tak biasanya Jenny menekuk kertas yang dianggapnya kontrak kerjaan itu.Membuka lipatannya, Ghea terperanga melihat tulisan yang ada di atasnya.“Je-je ini!” Ghea terbata-bata, tangannya bahkan terlihat gemetaran.“Aku pikir kamu pasti mencemaskan hal ini, sebentar lagi kamu akan melahirkan, jadi aku tidak ingin kamu sampai terbebani dengan masalah lain,” ucap Jenny.Ghea menatap surat perjanjiannya dengan Daniel yang tanpa sengaja dia hilangkan sekitar delapan bulan yang lalu itu, ia tak menyangka bahwa surat itu berada di tangan managernya sendiri. Namun, anehnya jika Jenny menemukannya sejak awal, dia pasti tahu siapa pria yang menghamilinya. Nyatanya Jenny tidak tahu apa-apa.
“Astaga Daniel!”Nova mendobrak masuk ke dalam kamar putranya yang memang tidak dikunci oleh Ghea tadi, melihat Daniel tertidur lelap, wanita itu pun kalap dan memukul punggung anaknya dengan guling.“Bangun! pantas Ghea memanggilmu dengan julukan kudanil, kamu tidur sampai tidak sadar istrimu pergi ke rumah sakit mau melahirkan.”Mengerjabkan matanya, Daniel setengah sadar menghalau guling yang sang mama pukulkan ke tubuhnya. “Ada apa sih Ma?” tanyanya dengan suara serak.“Ada apa-ada apa? coba kamu lihat ke samping! Mana istrimu ha?”Daniel menoleh, kepalanya berputar mencari keberadaan Ghea, ia terduduk dengan muka bantal yang sangat lucu, sampai membuat Nova tak tega untuk memukulnya lagi.“Iya, Ghea! Ghea kemana?” Daniel berdiri kebingungan
Kelahiran baby Sean benar-benar menjadi sebuah kabar yang membahagiakan bagi semua orang, tak terkecuali Pak Asman yang langsung datang saat sang menantu memberi tahu bahwa putranya sudah lahir.Pak Asman dan Nova sampai berebut menggendong bayi mungil itu saking gemasnya. Belum lagi Richie yang juga ingin menimang keponakannya, tapi sama sekali tidak diberi kesempatan oleh sang mama."Pak Asman anda curang memberikan nama ke cucu kita tapi tidak mengajakku berunding, aku iri," ucap Nova ke besannya."Kenapa Bu Nova iri? bahkan Sean memakai nama keluarga anda 'Tyaga'. Menurut saya ini sudah adil. Anda malah yang tidak adil, menggendongnya terus sejak tadi," keluh Pak Asman"Pinjam!" pinta Richie sambil mengulurkan tangannya, ia memecah perdebatan nenek-nenek dan kakek-kakek itu."Pinjam! Pinjam! Kamu pikir dia boneka?" amuk Nova, Ia sampai memunggungi Rich
Menjadi orang tua baru, sungguh mengubah dunia Daniel dan Ghea. Tingkah lucu baby Sean selalu bisa meredakan rasa lelah yang mendera Daniel. Hot papa itu selalu bergegas pergi ke kamar mandi setelah menginjakkan kaki di dalam kamar, membersihkan diri sebelum menemui putra kesayangannya yang kini berumur empat bulan.“Papa!”Ghea menggerakkan tangan mungil baby Sean yang berada di gendongannya. Daniel yang masih memegang handuk untuk mengeringkan rambut pun dibuat tersenyum dan langsung meletakkannya di atas ranjang. Tangan kekarnya meraih Sean dari gendongan Ghea, mengangkat bayi mungil itu ke udara tinggi-tinggi, membuat dada Ghea hampir saja melompat keluar.“Daniel!” keluhnya dan malah dibalas dengan sebuah gelak tawa dari suami dan sang putra. “Kalian benar-benar kompak, ya. Bikin aku senam jantung.” Muka Ghea cemberut sampai sebuah kecupan Daniel daratkan ke pi
“Niel, apa kamu bisa sedikit memahami perasaanku?”Ghea menurunkan nada bicaranya karena sadar jika suranya semakin meninggi, emosi Daniel akan lebih meluap-luap lagi.“Pergilah mandi agar pikiranmu tenang!”Ghea berjalan lunglai menuju kamar baby Sean, mencoba menahan air matanya yang sudah hampir menetes karena baru kali ini Daniel membentaknya. Namun, bukannya pergi ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Daniel mengikuti langkahnya menuju kamar sang putra.Melihat Ghea duduk dan menangkup sisi kepalanya benar-benar membuat Daniel merasa bersalah. Pria itu pun mendekat dan berlutut di depan istrinya. Ghea yang sadar bahwa Daniel berada di depannya pun menyibakkan rambut lantas mengusap pipinya yang basah.“Maaf!” lirih Daniel sambil meraih kedua tangan Ghea yang menggeleng seolah menolak permintaan maaf pria bermata cokela