Zeta menguap, sesekali mengusap matanya, karena matanya masih saja lengket minta dipejamkan. Memang sih semalam wanita manis ini tidur sangat larut. Alasannya apa lagi kalau bukan hubungan yang baru kembali dibinanya dengan Daru. Sepanjang malam, Zeta tak pernah berhenti tersenyum dengan jantung berdetak kencang. Wanita ini masih tak habis pikir dengan dirinya sendiri yang berani mencium Daru lebih dulu. Padahal hanya mencium di pipi, tapi rasanya seperti melepaskan semua pakaiannya di depan Daru. Antara malu, tapi senang tak terkira. Bagaimana jika nanti wanita ini benar-benar ‘polos’ di depan Daru?
Zeta segera menggelengkan kepala guna mengenyahkan pikiran tak pantas yang tiba-tiba saja hadir di kepala. Pa
Bibir Daru tak pernah berhenti tersenyum sejak ayah Zeta merestui hubungan mereka. Pria tampan ini masih betah bersandar pada dinding depan toilet restoran di salah satu mall besar di kota ini.Depan toilet wanita? Ya, pria ini sejak keluar dari rumah Zeta setelah meminta izin pada Setyo untuk membawa Zeta menghabiskan waktu bersama, tak pernah melepas Zeta sedetikpun. Seperti sekarang, saat sang calon istri pergi ke toilet, Daru bahkan mengikutinya layaknya anak ayam yang takut tersasar. Padahal mereka sedang makan, tapi Daru memilih meninggalkan makanan mereka, dan meminta seorang pelayan di sana untuk tak membereskan dulu meja mereka.
“Bagaimana nasib Evan jika media menghujat anakmu, Becca? Menuduh anakmu sebagai anak haram setelah nanti media tahu bahwa Andaru bukan ayah kandung cucu mama. Pikirkan itu! Seandainya kamu tidak menyerahkan dirimu pada Kafka, semua ini tidak akan terjadi! Ingat, kamu yang salah di sini, karena sudah menjadi wanita murahan!” desis Mayang tajam, yang membuat kaki Rebecca lemas seperti jelly.Rebecca akui dia salah, tapi apakah kesalahan harus dilimpahkan padanya semua? Rebecca tahu dirinya bodoh karena menyerahkan diri pada Kafka. Tapi haruskah Mayang menghinanya seperti itu?
"Calonnya belum datang ya?"Zeta hanya dapat tersenyum kecut saat salah satu penjaga butik tempat dirinya dan Daru akan mencari pakaian pernikahan sesuai keinginan mereka menanyakan hal yang sama lebih dari lima kali. Ingin rasanya Zeta mencongkel bola mata wanita itu, dan menarik kuat bibirnya karena senyum sinis sang penjaga butik, yang saat ini menatapnya mengejek.Tatapan seperti itu sudah hampir dua minggu lebih didapat Zeta setelah Daru mengumumkan hubungan mereka pada media. Kafenya bahkan belakangan ini ramai, hanya karena banyak yang ingin melihat dirinya, lalu menatap sin
BAB MENGANDUNG DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!SADAR DIRI BUAT YANG MASIH UNYU-UNYU DAN BARUNETASYES.KUPANTAUDARI JAUH NIH.YANG TETAP NEKAD BACA2 BAGIAN PALING BAWAH BAB INI, TAR KUSURUHZETANYEMBURKALIAN PAKAI KOPI RASA AIR LAUT.WWKKWKW...Happy Reading,
BAB MENGANDUNG DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!SADAR DIRI BUAT YANG MASIH UNYU-UNYU DAN BARUNETASYES.KUPANTAUDARI JAUH NIH.YANG TETAP NEKAD BACA2 BAGIAN PALING BAWAH BAB INI, TAR KUSURUHZETANYEMBURKALIAN PAKAI KOPI RASA AIR LAUT.WWKKWKW...Happy Reading,&
*"Maaf, no comment ya."Zeta menghentikan kunyahannya saat mendengar suara itu. Suara seseorang yang pernah singgah di hatinya.Tapi itu dulu...Dulu sekali, saat pertama kali Zeta mengenal apa itu cinta.Sekarang, hanya mendengar nama pria itu saja, Zeta pasti sudah kegerahan.*"Apakah Anda tidak akan kembali lagi dengan Rebecca Wiryawan?"*"Bagaimana dengan pernyataan cinta Rebecca Wiryawan yang mengatakan masih mencintai Anda?"*"Tidakkah Anda ingin kembali bersama dengan Mantan Istri Anda?"*"Maaf, ada hal penting yang harus saya kerjakan. Terima kasih."Zeta menatap senyum menawan yang keluar dari bibir pria itu, pria yang dikejar-kejar wartawan karena pernyataan cinta mantan istrinya beberapa hari yang lalu di depan media, Rebecca Wiryawan, yang a
Daru memijat pangkal hidungnya lelah. Pemberitaan tentang dirinya dan sang mantan istri masih terus ramai di media.Apa sih mau mantan istrinya itu?? Bukankah mereka sudah sepakat untuk berpisah? Mengapa malah bikin heboh khalayak luas?? Terlebih malah dirinya yang dicap jelek orang-orang karena tidak mau berkorban demi kebahagiaan anak mereka.Evan Rahadian Bratadikara... Anak lucunya yang berusia lima tahun itu.Bukannya Daru ingin egois, tapi untuk apa pernikahan dipertahankan jika tak ada cinta untuk Rebecca. Bukankah anaknya akan lebih kasihan lagi jika hidup di dalam kepura-puraan?"Papa!"Daru langsung menjauhkan tangannya dari pangkal hidung yang sejak tadi dipijatnya itu. Wajahnya sumringah saat sang jagoan menghampirinya dengan membawa mainan robot-robotan di tangannya."Hai, Boy!" Daru langsung menangkap tubuh mungil itu, lalu memangku anak tersaya
"Menunggu lama?""Ah tidak juga. Silahkan duduk.""Terima kasih."Daru langsung duduk di depan seorang pengacara sekaligus seniornya di salah satu kampus terkenal di Australia. Pria ini memperhatikan sekeliling cafe yang lumayan besar yang didatanginya saat ini. Hanya ada beberapa pengunjung yang sekedar memesan cake dan kopi."Cafe-nya bagus dan nyaman, Bang."Seniornya hanya memasang senyum kecil sebagai jawaban."Tapi apa selalu sesepi ini?""Kalau saat makan siang dan jam lima sore, biasanya akan kembali ramai."Daru ber-o ria sambil melihat arlojinya yang menunjukkan hampir pukul dua siang."Abang suka ke sini?""Hampir setiap hari."Daru bersiul, lalu memajukan tubuhnya ke arah sang kakak senior. "Ada yang Abang incer ya di sini?" tanya Daru me