Share

Wanita Lain Suamiku

Sekuat tenaga Kei meronta, sampai akhirnya ia bisa melepaskan diri dari Arka.

“Uhuk uhuk uhuk...” Kei terbatuk hebat, tenggorokannya terasa sakit dan kering. Dia tidak bisa menggambarkan rasa sakit dan juga ketakutan yang ia rasakan saat ini. Kei hanya ingin menjauh dari suami yang tiba-tiba berubah menjadi monster dalam semalam.

Dengan sisa tenaga yang ada, Kei mencoba pergi, tapi Arka berhasil menangkapnya dan melempar tubuh lemah Kei ke atas ranjang.

"Kamu pikir bisa lari begitu saja?"

Kei semakin ketakutan, ia tak pernah melihat Arka sekejam ini. Pria yang ia cintai, pria yang ia percayai, ternyata menyimpan sisi lain dalam dirinya. Bodohnya, Kei tak tahu alasan perubahan sikap pria itu.

“Lepas, Mas! Jangan seperti ini, aku mohon,” mohon Kei seraya terisak.

Arka justru menyeringai melihat Kei seperti itu. Ia mengurung tubuh Kei hingga gadis itu terpojok tak bisa lari lagi. Tanpa menghiraukan isak tangis yang memilukan itu, Arka menarik kemeja yang Kei pakai hingga kancing-kancingnya terlepas dan berjatuhan ke lantai.

Entah setan apa yang merasukinya, Arka benar-benar tak menyadari apa yang tengah ia lakukan sekarang.

Ingin rasanya Kei berteriak, meminta pertolongan pada siapa saja yang bisa menolongnya. Tapi siapa yang akan berani masuk ke kamar itu? Di rumah ini, setiap kendali ada di tangan Arka, penguasa rumah itu.

“Hentikan, Mas Arka...” lirih gadis itu dengan suara serak.

Namu, Arka justru semakin gila. Ia sepenuhnya berada dalam pengaruh alkohol yang membuatnya lupa diri. Pria itu terus menyentuh Kei dengan kasar, tak memperdulikan rintihan kesakitan dan kalimat permohonan yang perempuan itu lontarkan. Arka memaksakan dirinya pada Kei.

Kei menangis sejadi-jadinya, merasakan rasa sakit di sekujur tubuh. Namun rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

Andai mereka melakukannya dengan penuh cinta, mungkin bukan kesakitan yang akan ia dapatkan, tapi bahagia karena ia sudah menjadi milik Arka seutuhnya. Menjadi seorang istri sepenuhnya karena telah menanggalkan kegadisan untuk suaminya.

“Sakit?” bisik Arka sesaat setelah ia berhasil mendapatkan apa yang ia mau.

Kei hanya bisa menangis terisak, memalingkan wajahnya ke samping. Dia enggan menatap Arka yang masih menatapnya dengan penuh kebencian.

'Apa salahku? Kenapa semuanya berubah dalam waktu semalam?'

Kebahagiaan yang pria itu tawarkan hancur dalam sekejap.

“Ini memang pantas kamu dapatkan,” bisik Arka lagi. Setelah mengatakan kalimat itu, Arka menjatuhkan dirinya di bahu Kei. Pria itu memejamkan matanya lalu terlelap.

Dengan tenaga yang tersisa, Kei mendorong Arka agar pria itu berbaring di sebelahnya. Ia meringkuk membelakangi pria itu, sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan agar tangisannya tak terdengar. Sementara sebelah tangannya yang lain mengeratkan selimut yang menutup tubuh polosnya. Ia benar-benar takut, semua ini seperti mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun.

Sayangnya, semua yang baru saja ia alami adalah nyata.

“Mama...” lirihnya. Ia membutuhkan dekapan sang mama, untuk menguatkannya dan menenangkannya. Tapi tidak mungkin ia menceritakan semua yang ia alami pada keluarganya. Ia tak mau membebani kedua orang tuanya dengan kisah pelik yang sedang ia alami.

Kei hanya bisa berharap, semoga esok saat ia bangun semua akan kembali baik-baik saja. Arka akan kembali seperti Arka-nya yang dulu.

***

Sinar matahari yang menyusup masuk melalui celah-celah jendela kamar membuat tidur Arka terganggu. Ia menutup wajahnya dengan punggung tangan, lalu menarik selimut untuk menutup tubuhnya yang terasa dingin.

Angin dari pendingin ruangan itu menyentuh kulitnya secara langsung, hawa dinginnya sedikit menusuk tulang. Tersadar sesuatu, Arka pun membuka matanya. Ia menyingkap selimut yang semula ia tarik untuk menutup tubuhnya, matanya membulat saat mendapati tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.

Kepalanya terasa pusing. Ia beranjak duduk, menyandarkan punggungnya pada headboard di belakangnya, dengan pelan ia memijat pangkal hidungnya, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam.

Seingatnya, ia minum di balkon. Lalu kenapa ia bisa tidur dalam keadaan tak berbusana? Ia menoleh, menatap Kei yang tidur meringkuk membelakanginya, perlahan ia mengangkat selimut yang menutup tubuh Kei, tubuh perempuan itu juga sama polosnya.

“Sial!” umpat Arka setelah menyadari apa yang terjadi.

Ingatan kejadian tadi malam kembali terkumpul dan berputar di kepalanya. Dengan gusar Arka mengusap wajah, lalu mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Ia ingin menghubungi seseorang, namun sayangnya tak tersambung.

Arka memunguti pakaiannya yang berserakan, lalu memakainya kembali. Ia mendengar pintu kamar diketuk. Sambil menggerutu, ia membuka pintu, dan mendapati salah satu pelayan berdiri menunduk segan di hadapannya.

“Maaf, Tuan, di bawah ada...”

“Saya tahu. Katakan padanya saya akan turun sebentar lagi,” sela Arka cepat, lalu menutup pintu.

Arka menghembuskan napas gusar. Baru saja ia hendak mengabari orang itu dan memintanya tak datang hari ini, tapi ternyata sudah tiba di rumahnya. Arka dengan cepat membersihkan tubuh dari sisa-sisa pergulatan semalam, memastikan ia terlihat bersih dan segar untuk menemui tamunya.

Arka tak boleh terlihat berantakan. Orang itu juga tak boleh tahu apa yang sudah terjadi tadi malam.

Beberapa saat setelah Arka keluar dari kamar, Kei pun terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Matanya terlihat sembab dan bengkak karena menangis semalaman.

“Ternyata bukan mimpi,” lirih gadis itu sambil menatap langit-langit kamar dengan nanar. Kei masih berusaha mencerna semua kejadian mengerikan tadi malam, juga sikap Arka yang jauh berbeda dari Arka yang dulu.

Dengan kasar ia menghapus air matanya, lalu beranjak duduk dengan pandangan mengedar. Ia tersenyum getir saat tak mendapati Arka di sana. Hati kecilnya masih berharap bahwa Arka melakukan itu hanya karena pria itu mabuk saja.

“Ah...” ringisnya saat merasakan area intinya terasa perih ketika ia mencoba berdiri. Dengan perlahan, Kei membalutkan selimut ke tubuhnya lalu melangkah tertatih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Gadis itu menatap dirinya di cermin, air matanya kembali menetes. Kejadian buruk semalam tak pernah ada dalam bayangannya, tak pernah ada dalam rangkaian khayalannya hidup bahagia bersama Arka.

Melihat pergelangan tangannya yang memar karena genggaman tangan Arka saat ia berontak membuat hatinya semakin sakit. Mungkin di bagian tubuhnya yang lain juga terdapat beberapa memar.

Kei tak pernah mendapat perlakuan sekasar ini. Apalagi di keluarganya ia diperlakukan bak seorang tuan putri yang sangat dijaga dan disayangi.

Samar-samar Kei mendengar suara tawa dari lantai bawah. Ia segera menghapus air matanya, lalu beranjak untuk menyusul Arka. Dengan pelan ia menuruni anak tangga, keningnya mengkerut tajam saat ternyata Arka tengah tertawa bersama seorang perempuan cantik.

Kehadiran Kei membuat tawa keduanya terhenti. Perempuan berambut pirang itu langsung menatap Kei dengan tatapan tak suka.

"Mas?" panggil Kei, menatap suaminya itu dengan penuh tanya dan berharap Arka akan menjelaskan situasi ini.

Tapi Arka tampak acuh, tak menghiraukan Kei sama sekali.

"Sayang, aku mau makan. Mana Rumi? Minta dia menyiapkan makanan kesukaanku," rengek perempuan itu. Dengan manja ia bergelayut di lengan Arka. Anehnya, Arka pun tak menolak dan membiarkan perempuan itu berbuat sesukanya.

"Mas Arka..." panggil Kei lagi dengan suara bergetar. Sakit hatinya atas kejadian semalam saja masih sangat terasa, pagi ini Arka malah sengaja menabur garam di atas luka itu.

"Sayang, ayo makan," perempuan itu kembali merengek. Sepertinya, ia memang sengaja memperlihatkan kemesraannya pada Kei.

Melihat kemesraan itu, darah Kei mendidih. Hatinya memanas. Setelah apa yang Arka lakukan padanya tadi malam, alih-alih meminta maaf, Arka justru membawa perempuan lain ke rumahnya!

"Mas, tolong jelaskan apa maksud semua ini!" Kei berusaha meneguhkan hatinya dan menuntut penjelasan.

Tapi Arka masih saja bergeming seolah tak melihat Kei di sana.

Kei mendekat dan menyentuh lengan Arka, tapi pria itu dengan sigap menepis tangannya.

Arka menatap Kei dengan tatapan dingin, lalu berujar, "Bukan urusanmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status