Dari kamar lain, Alvin sedang merasa bimbang perihal kedatangan Nayla yang tiba-tiba di depan apartemen Viona.Pria itu sungguh tak habis pikir ketika rahasia besar dia tutupi serapi mungkin dari sang istri, justru kini wanita itu sudah mengetahuinya.Alvin semakin gusar membayangkan Nayla akan menolak dirinya. Walaupun di sisi lain dirinya memiliki Viona sebagai tempat berlabuhnya. Tetap saja, rasa cinta terhadap Nayla, sang istri tidak dapat luntur begitu saja.Biarlah Alvin merasa menjadi diri paling egois ketika mengharapkan dua wanita sekaligus untuk hidupnya.Melihat kemesraan Alvin dengan Viona barusan, sudah pasti Nayla akan merasa sakit hati. Wanita mana yang rela berbagi suami dengan perempuan lain.Sungguh Alvin tidak bisa membayangkan bagaimana kemarahan wanita itu. Meski sepanjang pernikahan mereka Nayla hampir tak pernah marah apalagi berkata dengan nada tinggi sekalipun pria itu melakukan kesalahan sekalipun.Dari belakang tubuhnya dari merasakan sesuatu melingkari peru
Kali ini Alvin tak memperdulikan panggilan Viona kepada dirinya. Dalam hati kecilnya pria itu masih sangat memperdulikan Nayla, wanita yang dia nikahi hampir dua tahun lalu itu. Apalagi di dalam perut wanita itu telah tumbuh calon anaknya yang selama ini dia rindukan. Alvin segera berlari menuju sebuah unit pribadi milik sang kakak. Menyadari tak ada Anjar di depan, Alvin mengetuk pintu dengan keras. Dia tahu Nayla berada di dalam sana. Sekali, dua kali tak ada sahutan dari dalam. Namun, Alvin tak akan menyerah. Pria itu terus menggedor pintu dengan memanggil nama sang istri. Di dalam sana. Nayla kembali memasang wajah sebal. Baru saja dia ingin melepas sejenak penat dari masalah tentang rumah tangganya bersama Alvin. Seseorang telah berulah kembali untuk mengusik dirinya. Satu yang terlintas dalam benaknya adalah bayangan Viona. Mungkin saja dirinya tak terima dan merasa terganggu dengan kehadiran dirinya yang telah memergoki perselingkuhan wanita yang terlihat baik itu bersama su
Sudah satu minggu lamanya Nayla berada dalam gedung apartemen yang sama dengan Alvin. Wanita hamil itu masih tidak menyangka jika sang suami lebih memilih bersama wanita lain.Jujur saja dalam relung hati Nayla, wanita itu masih sangat mengharapkan Alvin untuk menemuinya dan menjelaskan semuanya. Mungkin saja masih ada maaf Nayla untuk pria yang masih teramat dia cintai. Nayla berharap jika Alvin akan kembali menjadi suaminya seperti dulu.Namun, sampai saat ini. Wajah pria itu seolah ditelan bumi. Sampai detik ini Alvin sama sekali tak menemuinya, bahkan pria itu sama sekali tak menanyakan kabar Nayla.“Apa Anda yakin akan pulang, Nyonya?” tanya Anjar yang kini telah berdiri di ambang pintu.“Iya. Aku tidak ingin menginap di sini terlalu lama,” balas Nayla. Tangannya dengan cekatan membereskan pakaian ke dalam koper. Pakaian yang dikirimkan oleh Mbok Asih setelah Anjar memberitahu keberadaan Nayla.“Anda sudah merasa baik-baik saja? Saya hanya ingin memastikan keamanan Anda saja sesu
Nayla tertegun lantas menatap ke arah depan.Tampak seorang pria berbadan tambun dengan rambutnya yang hanya sedikit tumbuh di bagian kepalanya itu menoleh ke arah Anjar.Pria itu melepas kacamata hitamnya. Sebuah senyum ramah terlihat di wajahnya.Wajah itu. Nayla seperti melihatnya. Wajahnya tampak tidak jauh berbeda dari salah seorang di dalam bingkai foto keluarga Alvin.“Selamat sore, Tuan Leonard,” sapa Anjar sembari membungkukkan setengah badannya.“Selamat sore, Anjar. Di mana wanita yang kau maksud?” tanya Leonard memandang sekeliling Anjar.Anjar menatap ke samping. “Nyonya, Nayla. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Bisakah Anda menemani dia?”Nayla terkejut mendengar penuturan Anjar. Siapa yang ingin bertemu dengannya? Benarkah pria dengan jas hitam rapi itu yang ingin bertemu? Apa maksud Anjar menemukan keduanya tanpa memberitahunya terlebih dulu?Seolah mengerti arti tatapan Nayla, pria itu mengiyakan tanpa rasa ragu. “Benar, Nyonya. Tuan Leonard datang ke mari in
Nayla terkesiap ketika mendekati nama Viona yang disebut mertuanya. Wanita itu tak habis pikir jika sang mertua pun mengetahui hubungan mereka sebelum Nayla mengetahuinya.Nayla menatap kosong. Selama ini nasib dan kepercayaannya telah dipermainkan oleh keluarga sang suami.Dan lagi, apa Alvaro mengetahui juga hubungan perselingkuhan Alvin dengan Viona? Mengingat bagaimana sikap Alvaro saat pertemuan tak sengaja mereka di toko obat waktu itu? Kenapa dia juga lagi-lagi menutupi?Banyak pertanyaan yang membuncah dalam benak Nayla. Masalah ini seperti puzzle, dirinya harus menemukan serta menyusun jawaban kenapa seluruh keluarga suaminya tega memperlakukannya demikian.“Wanita itu sangat berbahaya untuk Alvin,” ujar Leonard, “sudah beberapa kali kami peringatan dia untuk memutus hubungan dengannya. Tetap saja dia aka membela wanita jahat itu.”Leonard duduk kembali pada kursi di depan Nayla. Tatapan matanya terlihat sangat sayu.“Pernah suatu hari Alvin meninggalkan rumah selama beberapa
Sebuah mobil SUV hitam berjalan dengan kecepatan landai memasuki sebuah wilayah pedesaan yang masih sangat asri. Banyak pepohonan rindang yang menyejukkan mampu menghalau panasnya terik mentari yang tak bisa terkontrol beberapa bulan ini.Melihat mobil yang melintasi desa mereka, banyak anak usia belia yang sedang bermain di tengah lapang menyoraki kegirangan.Alvin kembali mengingat di mana letak rumah mertuanya. Dia mengamati setiap gang daerah kelahiran Nayla, sang istri.Senyum di bibirnya melebar ketika melihat sepasang gapura dengan tokoh pewayangan berada di atasnya. Pria itu kembali mengingat awal pertemuan tak sengaja dengan Nayla di tengah gapura itu.Mobil Alvin berhasil memasuki gapura itu. Kini dia mencari sebuah rumah joglo khas daerah itu. Walaupun rata-rata semua rumah memiliki model yang sama, tetapi rumah Nayla memiliki ciri khas sendiri.Rumah joglo dengan sedikit panggung. Aneka jenis bunga menghiasi halaman yang tampak luas itu. Rumah masa kecil Nayla begitu sanga
Pak Idris bergeming. Keningnya yang telah memiliki sedikit garis kerutan itu mengerut. Lelaki yang pada rambutnya ditumbuhi beberapa helai uban itu tampak sekali bimbang.Memang benar, saat Nayla baru saja menikah dengan Alvin, ia dan sang istri merasa keberatan ketika anak semata wayangnya itu akan diboyong ke rumah suaminya yang ada di kota.“Jika Nayla tetap diizinkan di sini. Bapak janji akan berikan tanah di ujung desa untuk kalian. Tapi, izinkan Nayla untuk tetap di sini,” pinta Pak Idris dengan suara bergetar. Egois memang ketika dia meminta menahan putrinya yang sudah berstatus seorang istri. Namun, hatinya tetap menganggap jika Nayla masihlah putri kecil yang selalu manja kepadanya.Lelaki itu kembali merasa sakit hatinya ketika Nayla justru memilih ikut sang suami karena alasan tanggung jawab sebagai istri. Tentu saja rasa senang menyelimuti hatinya ketika sang putri memiliki rasa demikian. Akan tetapi, di sisi lain hatinya sakit ketika harus berpisah dengan gadis cantik itu
Wajah Alvin pucat pasi ketika mendapati mertua lelakinya berada beberapa langkah di belakang. Pria itu berdiri tegap dengan alis yang mengerut, seolah meminta jawaban akan percakapan Alvin dengan seseorang yang berada di seberang ponsel.“Ba-Bapak sudah lama berdiri di sana?” tanya Alvin canggung.Pria itu tersenyum sedikit. Akan tetapi itu mampu membuat Alvin memasang sikap waspada. Sebab selama telpon tadi Alvin beberapa kali menyebut nama Viona, bukan nama putri dari keluarga ini.“Tidak. Tadi Bapak tidak menemukan kamu di ruang tamu. Bapak mendengar suara kamu berada di teras seperti sedang menelpon, panggilan kamu mesra sekali. Apa itu Nayla?” Pak Idris tersenyum setelah bertanya tentang hal yang membuat dirinya penasaran.Alvin mengusap pelan tengkuknya. Hatinya kini mulai merasa lega ketika mengetahui ternyata mertuanya tak sepenuh mendengar obrolannya.“I-iya, Pak. Itu dari Nayla. Alvin baru saja memberitahunya jika saat ini Alvin sedang mengunjungi Bapak dan Ibu,” ucapnya ber