Home / Romansa / BENIH KAKAK IPAR / Bab 3. Sekertaris Cantik

Share

Bab 3. Sekertaris Cantik

last update Last Updated: 2023-12-06 15:40:59

Sudah satu bulan lamanya Nayla bekerja sebagai sekretaris Alvaro. Dia tidak dapat menolak lantaran sang suami terus mendesaknya, dengan alasan agar Nayla tidak merasa canggung kepada saudara ipar sendiri.

“Aku hanya takut kamu merasa bosan di rumah ini sendirian. Lagipula, dia kakakku. Apa salahnya kamu lebih akrab dengannya seperti saudara kandung sendiri. Toh, aku lebih merasa tenang bila aman bersamanya.” Ucapan Alvin waktu itu seolah menitipkan Nayla kepada Alvaro.

Ingin membantah. Namun, Nayla seakan tak diberikan pilihan itu.

Nayla tampak membuang napas kasar berkali-kali. Bukan tanpa tujuan dia berada di ruangan Alvaro. Ruangan dengan dominan cat berwarna putih itu membuat kesan nyaman dan damai. Namun kenyataannya tak seperti itu bagi wanita yang memakai blazer abu-abu, dia terlihat duduk dengan gelisah. Nayla merasa bosan berada di ruangan Alvaro, sedangkan pria itu seolah menahannya agar tetap di tempat.

"Pak, saya di sini untuk meminta tanda tangan Anda. Bukan untuk memandangi tubuh Anda!"

Wanita itu merasa kesal ketika Alvaro tanpa sedikitpun memeriksa berkas yang dibawa. Dia justru sibuk bolak-balik berganti pakaian di ruang pribadinya yang menyatu dengan ruangan kerja. Pintunya yang terbuat dari bahan transparan jelas menampilkan apapun yang ada di dalam sana.

Dia membalik badan lalu berjalan santai menuju Nayla dengan satu tangan di saku celana. Dia duduk pada tepian atas meja kerjanya, tepat di depan Nayla. Jemarinya mulai menggoyangkan pena di atas kertas putih tanpa matanya ikut menatap ke benda itu. Kedua netra hazel itu terus menatap sinis kepada wanita yang terlihat tidak dalam duduknya. Rambutnya yang dibuat ikal di bagian pangkal, membuatnya semakin cantik pagi ini.

Nayla lantas membuang wajah ke samping. Dia tidak suka dengan tatapan Alvaro seperti itu kepadanya. Selain itu, dia juga tidak suka pada debaran di dalam dadanya yang berpacu lebih cepat, seolah merasakan hal lain saat Alvaro menatapnya intens. Mata hazel kebiruan itu seolah magis untuk Nayla. Ditambah lagi ekor mata Nayla beberapa kali mencuri pandang pada tubuh bagian depan Alvaro yang sedikit terbuka akibat pemakaian kemeja yang tidak rapi.

Lekukan atletis di sana jelas membuat siapapun terpesona, tak terkecuali dengan Nayla. Wanita itu berusaha bersikap wajar untuk menutupi rasa gugupnya.

"Sudah selesai." Pria itu menutup map. Matanya tanpa sedikitpun teralihkan dari Nayla. "Kenapa kamu terlihat buru-buru sekali? Mau kemana pagi-pagi begini selain bertemu klien?" cecar Alvaro membuat Nayla tak nyaman.

"Bukankah Bapak yang meminta saya untuk berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan?" Nayla menjawab dengan nada ketus.

Pagi-pagi wanita itu sudah merasa kesal hatinya, lantaran Alvaro seolah mengalami amnesia.

"Oh iya, saya lupa. Karena saya tidak bisa ikut, akan saya kirimkan driver untuk menemani kamu." Pria itu merapikan kancing kemejanya, sembari menyeringai terhadap Nayla. "Satu lagi. Kamu memanggil saya bapak agar saya memanggil kamu ibu, lalu anak-anak kita memanggil orang tua, begitu?" Pria tampan itu tertawa setelah melempar candaan tak jelas kepada Nayla.

Nayla merasa jijik mendengar banyolan kakak iparnya. “Dasar jomblo! Makanya cari pasangan biar nggak error!” desis batinnya ingin meneriaki pria itu.

Nayla hanya memandang sinis pada punggung yang semakin menjauh.

"Sebab ini di kantor. Mana mungkin saya memanggil Anda kakak?" jawab Nayla pada akhirnya. Dia masih berusaha mengontrol amarahnya.

***

Di sebuah aula hotel. Alvaro tampak berjalan tergesa-gesa. Garis wajahnya tegas menunjukkan amarah yang keluar dari paras pria itu. Tangan kekarnya mengepal di kedua sisinya menampilkan otot-otot kebiruan di sana.

Sesampainya di lantai lima hotel berbintang. Tanpa ingin bersikap sopan, pria berjas navy itu membuka pintu salah satu ruangan dengan keras.

Terlihat dua orang pria bersama seorang wanita menoleh secara tiba-tiba ke arahnya.

Alvaro berjalan menghampiri sang wanita yang tidak lain adalah Nayla, sang adik ipar sekaligus sekretaris pribadinya.

Pria itu berdiri tepat di belakang tubuh Nayla. Hal itu membuat Nayla kebingungan. Sedang apa bosnya itu berada di sini, sedangkan dia juga memiliki agenda rapat di tempat lain? Nayla semakin merasa tidak enak saat menyadari mata hazel kebiruan itu menatap tajam pada kedua orang pria di depannya.

"Kenapa atasan kalian melanggar perjanjian? Bukankah hal semacam ini tercantum pada surat kontrak?" tanya Alvaro dingin. Sorot matanya mengintimidasi pada dua orang pria di seberangnya yang saling bertukar pandang.

"Maafkan kami, Pak Alvaro. Presdir kami tidak memberitahu pihak Anda untuk mengganti utusan pertemuan kali ini." Pria berambut cepak itu sedikit membungkukkan badannya.

"Untuk kali ini saya beri toleransi, tapi jika kejadian ini terulang lagi, saya tidak akan segan-segan membatalkan kerja sama ini," ancam Alvaro. Tangannya dengan cepat menyambar tangan Nayla, membuat wanita itu terlonjak kaget.

"Nay!" Seruan seseorang membuat Nayla menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah belakang. "Lain kali kita ngobrol lagi lewat pesan, ya!" pinta pria berkacamata yang menjadi salah satu kliennya.

Nayla hanya tersenyum sekilas sebelum Alvaro kembali menarik tangannya untuk keluar dari tempat itu.

Nayla menghentakkan tangan Alvaro setibanya di mobil pria itu. Pergelangannya terasa memanas sebab cengkeraman tangan pria itu yang teramat kuat.

"Ada apa dengan Anda? Kenapa terlihat marah seperti itu? Saya hanya melakukan tugas dalam pekerjaan, apa ada sesuatu yang salah?" Nayla terus memberondong berbagai pertanyaan kepada Alvaro.

"Saya tidak marah denganmu. Saya hanya marah pada klien itu yang tiba-tiba saja mengganti orang untuk bertemu denganmu. Jika tahu yang akan kamu temui adalah dua lelaki itu, aku akan membatalkan pertemuanku dengan klien lain. Untung saja alat penyadapku bekerja dengan baik." Alvaro mengembangkan senyum sinis untuk Nayla tanpa harus menoleh kepadanya.

Dahi Nayla lantas mengernyit setelah mendengar ucapan Alvaro. Ada penyadap dalam dirinya?

"Ah, iya. Aku marah kepadamu sebab satu hal." Alvaro menoleh kepada Nayla, kini raut wajahnya kembali dingin. "Siapa pria itu? Kenapa dia terlihat akrab denganmu?"

Nayla meluruskan pandangan setelah menyadari netranya bersitatap dengan Alvaro. "Dia teman lamaku. Kami satu kampus dulu. Memangnya kenapa? Mas Alvin saja tidak membatasi pertemananku." Nayla menjawab dengan dingin seperti halnya membalas tatapan Alvaro.

Alvaro menjadi salah tingkah saat menyadari tatapan Nayla mengundang banyak tanya untuknya.

"Ti-tidak ada. Hanya saja, kau bekerja denganku. Sudah pasti Alvin mempercayakan keselamatanmu kepadaku. Aku hanya tidak ingin dia kecewa setelah tahu istrinya mengalami hal buruk," ucapnya beralasan.

Nayla tak lagi menanggapi. Tubuhnya terasa lelah untuk terus berdebat dengan Alvaro.

Mobil warna hitam itu melaju menyusuri jalan raya setelah mendapat perintah dari Alvaro. Sepanjang perjalanan Nayla hanya diam, dia tak banyak menanggapi ucapan Alvaro yang seolah anak kecil belajar bicara.

"Aku berhenti di sini saja!" pinta Nayla.

Alvaro menghentikan mobil itu secara mendadak membuat tubuh Nayla sedikit maju.

"Kau marah dengan ucapanku?" Alvaro menatap tajam kepada Nayla.

Wanita itu mengembuskan napasnya kasar. "Tidak, aku hanya ingin mampir ke apotek–"

Belum selesai Nayla berbicara, Alvaro langsung memotong. "Apa kamu sakit? Alvin tidak menyadari itu?"

"Bukan, saya tidak sakit. Saya hanya ingin membeli susu program hamilku yang telah habis. Kali ini biarkan saya pergi sendiri," mohon Nayla.

"Tidak bisa! Selama Alvin tidak ada, kamu menjadi tanggung jawabku. Aku akan mengantarmu sampai ke apotek depan." Mobil metalik itu kembali melaju dengan kecepatan sedang.

Alvaro menepati janjinya, dia bahkan ikut masuk ke dalam apotek menemani Nayla. Satu hal yang paling tidak dia sukai untuk mengantar seorang wanita bepergian. Seperti yang dia lakukan pada para mantannya dulu. Namun, kali ini berbeda, hatinya seolah ingin terus mengikuti kemanapun wanita itu pergi.

"Alvaro." Suara seorang wanita berhasil membuat keduanya menoleh untuk mencari sumber suara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 91

    Mata Pak Idris membelalak menatap Nayla. Tubuhnya seolah tak bertulang. Pria setengah baya itu terduduk di samping sang istri. Napasnya mulai terengah, tangan dengan kulit sedikit legam itu memegang dada yang terasa nyeri.“Bapak!” teriak Nayla panik.Namun, tangan pria itu segera terangkat memberi tanda agar Nayla tetap di tempatnya.“Semua ini ngga bener, Bu. Nayla tidak mungkin berbuat seperti itu,” bela Pak Idris dengan suara yang masih terbata akibat napasnya tersengal.“Ibu melihat dengan mata kepala Ibu sendiri, Pak. Mereka sedang bermesraan layaknya sepasang suami istri. Mereka tidak ada ikatan, lalu apa namanya jika bukan perselingkuhan?” Bu Marni masih tetap pada pendiriannya. Bukan ingin menyalahkan Nayla, tetapi wanita itu geram karena putrinya itu tidak juga membuka suara.“Nay, apa benar semua itu, Nduk? Apa kamu mengkhianati Alvin, suami kamu?” Dengan sangat hati-hati Pak Idris menanyakan apa yang dicurigai istrinya.Nayla menelan ludah kasar. Entah apa yang harus dia k

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 90

    Alvaro saat itu sedang bermain dengan Keanu. Anak itu semakin hari bertambah pintar saja. Dia terus mengoceh tanpa henti jika menginginkan sesuatu. Seperti pagi ini misalnya. Keanu terus saja mengoceh ketika tidak sengaja melihat burung hinggap pada ranting pohon.Alvaro yang merasa gemas segera membawanya keluar menuju ranting itu. Pohon yang tidak terlalu tinggi memudahkannya menggapai ranting itu. Sayangnya, burung itu terbang menyisakan ranting pohon yang kini justru tengah asyik dimainkan Keanu.“Berikan cucu saya!”Suara yang terdengar keras itu membuat Alvaro harus membalikkan badan. Dia melihat Bu Marni yang sudah berdiri di teras rumahnya. Anehnya, tidak ada senyum di wajahnu seperti biasa dia menyapa Alvaro.“Ibu tidak jadi ke ladang?” tanya Alvaro merasa sungkan. Kali ini dia melihat sosok Bu Marni sungguh sangat berbeda.“Bukan urusan kamu. Berikan Keanu! Aku tidak Sudi jika cucuku dekat dengan laki-laki seperti kamu,” ucapnya sarkas. Dia merebut Keanu dari gendongan Alvar

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 89

    Sudah satu minggu lamanya Alvaro tinggal bersama keluarga Nayla. Ramahnya keluarga itu membuat Alvaro merasakan memilki orang tua yang lengkap.Selama ini orang tuanya berada di luar negeri. Bukan bermaksud tuk mengabaikan mereka sehingga terasa kekurangan kasih sayang.Ibu Alvaro menderita sakit sejak Alvaro Alvin berada di bangku kuliah. Itu sebabnya kedua orang tuanya harus menetap di luar negeri untuk mengontrol pengobatan sang ibu.Penyakit serius yang dideritanya membuat wanita itu harus rela jauh dari kedua anaknya. Sampai-sampai saat Alvin menikah dengan Nayla dulu pun mereka tidak bisa hadir. Pun Alvaro yang saat itu sedang ada rapat untuk pertama kalinya menggantikan posisi sang papa.“Biar Nayla saja, Bu.” Nayla menghentikan aktivitas sang ibu yang sedang membereskan sisa makan malam mereka.“Kamu tidak menidurkan Keanu?” Bu terkejut ketika melihat Nayla justru keluar kamar lagi. Tadi anak semata wayangnya itu berpesan akan menidurkan Keanu.“Keanu tadi rewel. Sepertinya di

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 88

    Alvaro menggeliat tubuhnya. Matahari perlahan naik. Hari akan sebentar lagi siang. Dia beranjak dari kasur untuk menuju ke kamar mandi.Awalnya Alvaro tidak kan menginap, tetapi tiba-tiba saja sejak tadi sore hujan mengguyur desa itu sangat deras. Sehingga dia terpaksa harus menginap karena kondisi jalanan akan berlumpur, dan sangat sulit dilalui. Akibatnya, mau tidak mau Alvaro harus menginap di tempat itu.Karena rumah ini sangat berbeda denga rumah miliknya di kota. Pria itu harus keluar kamar untuk bisa ke ruang bersih-bersih itu.Dia melihat Nayla yang sedang menata makanan. Wajahnya tampak serius menyusun makanan ke dalam tantang. Entah ke mana perginya Keanu. Sedari tadi telinga Alvaro tidak menangkap suaranya.Melihat Nayla yang seperti tidak menyadari keberadaannya membuat ide itu muncul dalam benaknya.Dengan perlahan dia mengendap menuju ibu satu anak itu. Alvaro melingkarkan tangan di perut Nayla, dengan dagu yang dia tempelkan di pundak Nayla.Menerima perlakuan seperti i

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 87

    Tadinya Nayla akan diantarkan sopir, tetapi Alvaro mencegah. Pria itu berinisiatif untuk mengantar Nayla ke rumah orang tuanya.Ternyata dia tidak sanggup berpisah lama dengan Keanu, bayi mungil itu selalu membuatnya rindu setiap saat, apalagi bundanya, jangan ditanya lagi. Bahkan hati kecilnya diam-diam mendukung perceraian Nayla dan Alvin.“Kalo bertiga seperti ini aku merasa seperti keluar kecil bahagia,” seloroh Alvaro. Matanya melirik Nayla yang sedang memberi susu pada Keanu.Nayla membuang napas kasar. Ucapan Alvaro seolah pertanda jika dirinya sudah siap merangkul Nayla ketika sah berpisah dari Alvin.“Jangan ngarang. Aku bahkan belum siap untuk berumah tangga lagi. Pernikahan ini cukup membuatku trauma untuk menjalin hubungan. Aku harus instrospeksi diri sebelum mengambil keputusan menikah lagi.” Nayla mengembuskan napasnkasar. Dia merasa kecewa dengan pengambilan keputusan cerai.Bukan karena dia ingin memaafkan Alvin, tetapi naykayoernah berjanji jika dia ingin menjalani pe

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 86

    Pagi menjelang. Nayla yang semalaman tidur bersama Keanu mulai membuka mata ketika putranya telah bangun lebih dulu dan mengoceh di dalam box bayi.Nayla beranjak dari kasur, kemudian menggelung rambut yang panjangnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat bayinya justru anteng, tidak rewel ketika bangun tidur.“Anak Ganteng Bunda sudah bangun. Ngga rewel, pinter sekali, Sayang,” pujinya. Kemudian mulai menghujani ciuman pada semua bagian wajahnya.“Kita ke depan dulu, ya. Cari Suster Mita.” Nayla keluar dari kamar dengan menggendong Keanu.Karena semalam Nayla memilih tidur di kamar Keanu, membuat pengasuh itu memilih tidur di kamar lain bersama Mbok Asih.Terlihat dua orang pekerja di rumah Alvaro tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk tuan mereka.“Suster, tolong urus Keanu sebentar, ya. Saya akan bersih-bersih dulu.” Mendengar suara sang majikan memanggil membuat Mita harus meninggalkan pekerjaannya dan segera mengambil Keanu dari Nayla.Sementara Mita mengajak Keanu be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status