Share

Bab 7 - Skandal Masa Lalu

Sementara itu, di sebuah apartemen elit. Sebuah ruangan di gedung itu dengan fasilitas presiden tampak seperti kapal pecah. Barang-barang berceceran hampir memenuhi seluruh ruangan dengan pencahayaan temaram itu.

Salah satu kamar dengan dominan berwarna coklat. Di atas sebuah kasur berukuran besar, tampak dua orang manusia tengah terlelap di bawah gulungan selimut tebal.

Seorang wanita dengan paras cantik perlahan membuka mata. Dilihatnya rupa seorang pria yang masih terlelap di sampingnya.

Wanita itu adalah Viona. Wanita muda itu merapatkan tubuhnya pada tubuh sang pria. Bibirnya menampilkan senyum puas ketika mengingat kejadian beberapa saat lalu.

Sang pria yang tidak lain adalah Alvin sudah memberikan sesuatu yang sangat berharga kepadanya. Meski bukanlah yang pertama. Namun, Viona selalu merasa puas dengan apa yang diberikan pria itu.

Tubuh Alvin sedikit menggeliat. Dia merasakan sebelah tangannya seperti sedang menampung beban. Sorot mata yang belum sepenuhnya terbuka, dia dapat melihat Viona–sang istri siri– telah bergelayut manja di sana.

Keduanya telah menikah siri tiga bulan yang lalu. Akibat sebuah kecelakaan fatal yang dilakukan Alvin.

Awalnya mereka dipertemukan dengan tidak sengaja di sebuah acara salah satu klien Alvin, di mana Viona yang berprofesi sebagai seorang model menjadi brand ambassador produk itu.

Kecanggungan di antara keduanya perlahan sirna menjadi sebuah keakraban. Mengingat mereka adalah teman lama sekaligus satu alumni di sebuah sekolah.

Alvin juga mengetahui jika Viona adalah mantan kekasih dari Alvaro, sang kakak. Pun penyebab hubungan keduanya harus berakhir. Saat itu Viona lebih memilih melanjutkan studi serta karir modelnya di Paris, dari pada harus mendampingi Alvaro yang saat itu sedang merintis karirnya.

Karena perjanjian bisnis yang mengikat keduanya, membuat Alvin dan Viona sering bertemu. Awalnya mereka hanya membahas pekerjaan. Namun, pembahasan itu perlahan merambat ke urusan pribadi masing-masing.

Meski Viona mengetahui jika Alvin telah memiliki seorang istri, tak menjadikan wanita itu merasa canggung kepada Alvin. Pesona pria itu tidak kalah dari Alvaro. Selain menjadikan Alvin tempat bercerita, wanita itu juga sering meminta Alvin untuk menemaninya berlibur ke luar kota.

Siapa sangka, Alvin justru menyambut baik apa yang dilakukan wanita itu. Hubungan keduanya yang semakin intens, menjadikan mereka lebih merasa nyaman dari sekedar sebuah pertemanan.

Puncaknya adalah, saat Viona mengaku dirinya hamil. Wanita itu tidak mau menanggung malu seorang diri. Dia mengancam akan mendatangi kantor Alvin untuk melakukan konferensi pers, serta menunjukkan kartu hitam Alvin kepada mereka.

Alvin yang tidak ingin nama baiknya tercoreng, terpaksa menuruti kemauan sang kekasih. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dari semua media, bahkan dari Nayla.

“Kau sudah bangun, Sayang?” ucap Alvin lirih. Pria itu mengecup puncak kepala wanitanya.

Viona memeluk erat tubuh sang suami. “Terima kasih telah menuruti keinginanku,” balas Viona. Raut wajah bahagia terpancar dari wajah wanita itu.

Dia merasa sangat senang ketika bisa menahan Alvin untuk tidak pulang menemui Nayla.

Wanita mana yang rela berbagi suami dengan wanita lain, meski dirinya bukanlah pemilik sah pria itu.

Viona selalu menahan Alvin dengan menjadikan peristiwa kegugurannya adalah kesalahan Alvin yang kurang memperhatikan dirinya.

“Apa kau lupa, bagaimana aku kehilangan calon anak kita? Itu semua karena siapa? Semuanya adalah salah Nayla. Kau terlalu memprioritaskan wanita itu. Kau selalu mengabaikan aku dan calon anakmu yang seharusnya mendapatkan waktu dan perhatianmu lebih lama!” geram Viona dengan suaranya yang meninggi malam itu.

Alvin tak banyak membantah permintaan dari wanita yang dicintainya. Pria itu berusaha membujuk Viona untuk mengerti keadaannya, jika dirinya tidak mungkin meninggalkan Nayla terlalu lama dan terlalu sering.

Namun, Viona yang keras kepala dan pandai merayu dapat menaklukkan dengan mudah seorang Alvin Rayes. Dia mampu membuat Alvin bertekuk lutut dihadapannya dengan sebuah ancaman.

“Aku tidak mau tahu. Sebagai gantinya kau harus lebih mengunjungiku. Buat calon anak itu hadir kembali dalam kandunganku. Jika tidak …, kau akan tahu apa akibatnya.” Wanita itu tersenyum menyeringai saat mengancam.

Tujuan Viona untuk mengandung anak Alvin hanya satu. Wanita itu menginginkan seluruh harta keluarga Rayes dengan memberikan keturunan kepada mereka. Tentu saja, hal itu tidaklah diketahui oleh Alvin. Pria itu hanya mengira Viona sangat mencintainya dan tidak mau kehilangan dirinya.

“Viona.” Alvin memanggil dengan suaranya yang lembut.

Wajah sang wanita mendongak. Dilihatnya wajah tampan suami Nayla yang kini menatapnya hangat.

“Bolehkah aku pulang sekarang? Aku rasa janjiku untuk pulang hari ini kepada Nayla, harus kupenuhi,” pinta Alvin dengan hati-hati mengatakannya kepada Viona. Meski dia tahu jika Viona tentu saja tidak akan rela.

“Apa? Kau akan menemuinya?” geram wanita itu. Manik matanya membeliak mendengar keputusan Alvin.

Dengan cepat tubuh yang hanya terbalut selimut itu langsung menjauh dari Alvin. Wajah Viona berubah terlihat marah dengan rahang yang mengetat.

“Sayang, dengar dulu. Aku hanya tidak mau membuat Nayla merasa curiga dengan kepergianku yang terlalu lama. Apalagi belum lama aku memberinya kabar ada masalah dalam pekerjaanku di luar kota. Dan kali ini alasan apalagi yang akan aku berikan? Bisa-bisa kepercayaan dia padaku akan hilang.” Tangan kekar pria itu membelai lembut lengan Viona saat membujuk wanita itu.

Viona tetap bergeming. Wanita itu tidak rela melepas kepergian Alvin. Di balik selimut tebalnya, tangan itu mengepal.

“Aku di sini juga membutuhkan bantuan kamu, Mas. Aku masih trauma dengan kepergian calon anak kita. Seharusnya kamu mengerti psikis-ku yang masih belum baik-baik saja. Bukan malah mengurusi wanita itu!” berang Viona berusaha mengutarakan kemarahan setiap kali Alvin mengingat pulang kepada Nayla.

Ini yang membuat Alvin selalu merasa bersalah. Viona selalu mengungkit kejadian anak mereka yang harus tiada, bahkan sebelum calon bayi itu terlahir ke dunia.

Alvin ingat betul kejadian itu. Hari di mana dirinya lebih memilih menepati janji kepada Nayla untuk merayakan anniversary pernikahan mereka yang pertama. Keduanya memilih berlibur ke luar negeri.

Saat itu Viona melarangnya, wanita itu bersikukuh untuk mempertahankan Alvin agar tetap bersamanya.

Beberapa hari setelah kepergian Alvin. Dirinya mendapat kabar jika Viona mengalami keguguran, bahkan beritanya sudah sampai ke media sosial.

Merasa bersalah. Alvin segera mengurus kepulangan dirinya bersama Nayla dengan alasan pekerjaan.

Sejak saat itu, dirinya berjanji akan selalu menemani Viona yang masih terguncang akibat kepergian calon anak mereka. Akan tetapi, tidak mungkin juga dia mengesampingkan Nayla. Keduanya sekarang memiliki hak yang sama sebagai istri Alvin.

“Sayang, untuk saat ini, tolong mengertilah kondisiku. Ini hanya sementara. Setelah ini aku akan selalu memprioritaskan kamu dari segalanya, kamu satu satunya wanita yang aku sayang. Kamu tahu apa tujuanku menikahi Nayla. Setelah tujuan itu tercapai, aku janji selamanya kita akan selalu sama-sama.” Bujukan Alvin perlahan mampu membuat sorot mata tajam Viona meredup.

Wanita itu kini mentap Alvin dengan tatapan yang lebih lembut. Viona mengetahui apa rencana Alvin di balik cintanya terhadap Nayla. Tentu saja, ada campur tangan dirinya untuk melancarkan aksi itu.

Alvin kembali meraih tubuh wanitanya ke dalam dekapannya sembari menghujani pujian-pujian yang tentu membuat wanita dengan kulit glowing itu semakin mabuk kepayang. Mereka mengulangi kegiatan beberapa saat lalu sebagai penutup perjumpaan keduanya.

Namun, ketukan dari luar membuat Viona kembali berang. Hingga dengan cepat wanita itu melempar

sebuah vas bunga di atas nakas ke arah pintu mengakibatkan suara yang begitu gaduh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status