Home / Romansa / BENIH KAKAK IPAR / Bab 8 - Berkencan.

Share

Bab 8 - Berkencan.

last update Last Updated: 2024-01-06 23:38:29

Nayla terus merasa kewalahan menuruti keinginan Alvaro untuk ikut bersama dirinya. Seharusnya sore tadi setelah jam pulang kantor wanita itu sudah berada di dalam rumahnya.

Entah karena hormon wanita atau sesuatu hal yang lain. Tubuhnya merasakan sangat lelah, meskipun pekerjaan yang diberikan Alvaro selaku atasan tidaklah sebanyak dulu.

Kepalanya kerap kali merasa pusing, bahkan teka teki keberadaan Alvin, sang suami belum dia ketahui. Nayla juga merasa telah tertipu oleh Alvaro. Pria itu telah berjanji akan memberitahu di mana keberadaan Alvin. Namun, sampai detik ini Nayla tak mendapatkan kabar baik dari pencarian Alvaro.

“Sudah, Kak. Aku capek. Kakak enak tidak hamil! Aku yang sampai engap begini!” Nayla menyentak tangan Alvaro yang sedari mengandengnya. Nada bicara wanita itu terdengar ketus dengan nafas yang terengeh.

Di sinilah mereka. Di sebuah taman yang berada di tengah kota. Karena hari sudah memasuki akhir pekan, mengakibatkan tempat itu sedikit ramai.

Alvaro membiarkan Nayla terduduk di sebuah kursi panjang yang berada di sekitar jalan setapak taman.

Ada rasa kasihan ketika melihat wanita hamil itu bersandar sembari mengusap perutnya yang sedikit telah menyembul itu.

Alvaro duduk di samping Nayla setelah memberikannya sebotol air mineral kepadanya. Meski dengan ekspresi yang masih kesal, Nayla terpaksa menerima pemberian Alvaro.

Alvaro mengeluarkan sebuah sapu tangan dengan corak salur dari dalam saku jasnya. Dia mengusap kening Nayla yang sedikit basah akibat keringat.

“Ngga usah, Kak. Aku bisa sendiri!” Nayla berusaha menolak dengan menyingkirkan tangan Alvaro.

Alvaro lebih cepat menepis tanga Nayla agar wanita itu tidak menolak apa yang dilakukannya.

“Mau cepet pulang nggak? Mau tahu ‘kan apa tujuan aku bawa kamu ke sini?” ucap pria itu tegas.

Nayla bergeming. Wanita itu hanya menurut dengan perintah Alvaro yang tidak boleh banyak melawan apapun yang dilakukan pria itu, selagi tidak membuatnya rugi. Walaupun menuruti keinginan pergi bersamanya merupakan salah satu kerugian bagi Nayla.

Nayla merasakan desiran aneh dalam hatinya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ada gelenyar rasa yang berbeda saat mendapati perlakuan Alvaro yang sangat manis. Pria itu tengah melepas high heels-nya, kemudian memijat pelan betis Nayla yang terbungkus kain stoking. Jujur saja perlakuan seperti itu tidak pernah dia dapatkan dari Alvin. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaannya.

“Sudah.” Alvaro meletakan hati-hati kaki sang adik ipar untuk kembali menapak tanah. Mata hazelnya sontak menatap Nayla yang hanya terdiam menatapnya.

“Kenapa?” Ucapan Alvaro sontak membuat lamunan Nayla buyar. Wanita itu terlihat salah tingkah ketika Alvaro telah memergokinya tengah menatap intens kepada pria itu.

“Ti-tidak.” Nayla terbata-bata. Dirinya berusaha menormalkan kembali detak jantungnya yang bertalu lebih cepat.

“Kau terpesona dengan wajah tampanku, ya?” goda Alvaro. Di bawah cahaya lampu taman yang tidak terlalu terang, dirinya dapat melihat rona pipi Nayla yang memerah.

Nayla hanya mengembuskan napas kasar dengan wajahnya yang terlihat jengah. Sementara itu Alvaro terkekeh melihat raut wajah yang tiba-tiba berubah masam.

“Sudah, Kak. Aku mau pulang. Aku tidak mau sampai rumah larut malam,” ucap Nayla menyembunyikan rasa malunya. Tidak dapat dipungkiri wajah Alvaro memanglah tampan dengan hidung mancung serta kulitnya yang bersih. Ditambah lagi di sekitar wajahnya ditumbuhi rambut-rambut halus yang menambah kesan jantan pada dirinya.

“Baiklah aku akan menepati janji kenapa aku membawamu ke mari.” Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Alvaro segera menggendong Nayla di depan badannya.

Tentu saja wanita itu terus meronta sebab mereka kini menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung taman. Sudah pasti membuatnya semakin risih.

“Diamlah. Jika tidak, kau akan terjatuh. Tidak lucu, bukan, seorang wanita terjatuh dari gendongan kekasihnya.”

Ucapan Alvaro berhasil membuat Nayla menghentikan aksinya. Wanita itu melongo ketika Alvaro menyebutnya sebagai kekasih. Sungguh wanita paling sial jika mendapatkan pasangan seperti Alvaro yang over protektif. Pikirnya.

Mereka telah sampai pada salah satu sudut taman yang tidak banyak dikunjungi orang.

Mata Nayla mengamati tempat sekitar. Hanya segelintir orang yang berlalu-lalang di sana. Wanita itu memasang sikap waspada terhadap Alvaro. Hati seseorang siapa yang tahu, meski berulang kali pria itu mengatakan kekaguman padanya. Nayla berpikir bisa saja Alvaro berubah menjadi sisi pria lain di tempat sepi seperti ini.

“Kenapa bersikap seperti itu?” tanya pria itu ketika melihat Nayla mendekap erat tas di depan dadanya dengan posisi kaki kiri sedikit maju, sedangkan kaki kanan menjauh dari kaki kirinya.

“Aku hanya bersikap waspada saja. Mungkin saja Kakak akan berbuat jahat terhadap saya di tempat ini,” ungkap wanita itu.

Alvaro tertawa keras mendapati sikap sang adik ipar, kemudian berkata disela tawanya. “Apa kau pikir aku akan kembali menyentuhmu?” Pria itu kembali tertawa geli. “Jika mau, aku sudah melakukannya di mobil tadi.” Alvaro berjalan mendekat, kemudian mengacak lembut rambut Nayla.

Pria itu menggandeng tangan Nayla, sembari telunjuknya mengarah ke suatu tempat. “Lihatlah ke arah sana. Kita akan ke tempat itu.”

Sebuah gazebo telah dihias dengan begitu cantiknya. Pada setiap tiang tempat itu dililit sebuah kain tipis berwarna pink. Berbagai macam hidangan telah tersaji di atas meja bundar mini dengan lilin merah sebagai pelengkap.

Jika kejutan tersebut diberikan kepada yang terkasih, sudah pasti itu adalah momen termanis. Apalagi tidak jauh dari tempat itu, seseorang dengan biola di pundaknya tengah dimainkan dengan alunan musik klasik.

Mata Nayla tak henti-hentinya merasa takjub. 

“Ayo!” Alvaro mengulur tangannya kepada Nayla. Tanpa bisa menolak, wanita itu menerima dengan senang hati ukuran tangan pria itu.

Keduanya berdansa dengan ritme yang pelan diiringi alunan musik biola.

Dari jarak yang dekat. Nayla dapat melihat dengan jelas ketampanan Alvaro. Garis wajah tegas yang selalu membuat Nayla merasa gemas karena ulahnya yang suka mengatur kehidupan wanita itu. Namun, terkadang pria itu juga mampu membuatnya melayang sampai langit ke tujuh dengan perlakuan manis darinya.

“Kak Alvaro kenapa mengajakku ke tempat ini?”

Alvaro terdiam. Gerakkan kakinya berhenti untuk mengimbangi gerakan Nayla. Akibatnya, wanita itu yang tanpa persiapan apapun tersungkur mengenai badan Alvaro.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
perselingkuhan yg terlalu lebay
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 91

    Mata Pak Idris membelalak menatap Nayla. Tubuhnya seolah tak bertulang. Pria setengah baya itu terduduk di samping sang istri. Napasnya mulai terengah, tangan dengan kulit sedikit legam itu memegang dada yang terasa nyeri.“Bapak!” teriak Nayla panik.Namun, tangan pria itu segera terangkat memberi tanda agar Nayla tetap di tempatnya.“Semua ini ngga bener, Bu. Nayla tidak mungkin berbuat seperti itu,” bela Pak Idris dengan suara yang masih terbata akibat napasnya tersengal.“Ibu melihat dengan mata kepala Ibu sendiri, Pak. Mereka sedang bermesraan layaknya sepasang suami istri. Mereka tidak ada ikatan, lalu apa namanya jika bukan perselingkuhan?” Bu Marni masih tetap pada pendiriannya. Bukan ingin menyalahkan Nayla, tetapi wanita itu geram karena putrinya itu tidak juga membuka suara.“Nay, apa benar semua itu, Nduk? Apa kamu mengkhianati Alvin, suami kamu?” Dengan sangat hati-hati Pak Idris menanyakan apa yang dicurigai istrinya.Nayla menelan ludah kasar. Entah apa yang harus dia k

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 90

    Alvaro saat itu sedang bermain dengan Keanu. Anak itu semakin hari bertambah pintar saja. Dia terus mengoceh tanpa henti jika menginginkan sesuatu. Seperti pagi ini misalnya. Keanu terus saja mengoceh ketika tidak sengaja melihat burung hinggap pada ranting pohon.Alvaro yang merasa gemas segera membawanya keluar menuju ranting itu. Pohon yang tidak terlalu tinggi memudahkannya menggapai ranting itu. Sayangnya, burung itu terbang menyisakan ranting pohon yang kini justru tengah asyik dimainkan Keanu.“Berikan cucu saya!”Suara yang terdengar keras itu membuat Alvaro harus membalikkan badan. Dia melihat Bu Marni yang sudah berdiri di teras rumahnya. Anehnya, tidak ada senyum di wajahnu seperti biasa dia menyapa Alvaro.“Ibu tidak jadi ke ladang?” tanya Alvaro merasa sungkan. Kali ini dia melihat sosok Bu Marni sungguh sangat berbeda.“Bukan urusan kamu. Berikan Keanu! Aku tidak Sudi jika cucuku dekat dengan laki-laki seperti kamu,” ucapnya sarkas. Dia merebut Keanu dari gendongan Alvar

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 89

    Sudah satu minggu lamanya Alvaro tinggal bersama keluarga Nayla. Ramahnya keluarga itu membuat Alvaro merasakan memilki orang tua yang lengkap.Selama ini orang tuanya berada di luar negeri. Bukan bermaksud tuk mengabaikan mereka sehingga terasa kekurangan kasih sayang.Ibu Alvaro menderita sakit sejak Alvaro Alvin berada di bangku kuliah. Itu sebabnya kedua orang tuanya harus menetap di luar negeri untuk mengontrol pengobatan sang ibu.Penyakit serius yang dideritanya membuat wanita itu harus rela jauh dari kedua anaknya. Sampai-sampai saat Alvin menikah dengan Nayla dulu pun mereka tidak bisa hadir. Pun Alvaro yang saat itu sedang ada rapat untuk pertama kalinya menggantikan posisi sang papa.“Biar Nayla saja, Bu.” Nayla menghentikan aktivitas sang ibu yang sedang membereskan sisa makan malam mereka.“Kamu tidak menidurkan Keanu?” Bu terkejut ketika melihat Nayla justru keluar kamar lagi. Tadi anak semata wayangnya itu berpesan akan menidurkan Keanu.“Keanu tadi rewel. Sepertinya di

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 88

    Alvaro menggeliat tubuhnya. Matahari perlahan naik. Hari akan sebentar lagi siang. Dia beranjak dari kasur untuk menuju ke kamar mandi.Awalnya Alvaro tidak kan menginap, tetapi tiba-tiba saja sejak tadi sore hujan mengguyur desa itu sangat deras. Sehingga dia terpaksa harus menginap karena kondisi jalanan akan berlumpur, dan sangat sulit dilalui. Akibatnya, mau tidak mau Alvaro harus menginap di tempat itu.Karena rumah ini sangat berbeda denga rumah miliknya di kota. Pria itu harus keluar kamar untuk bisa ke ruang bersih-bersih itu.Dia melihat Nayla yang sedang menata makanan. Wajahnya tampak serius menyusun makanan ke dalam tantang. Entah ke mana perginya Keanu. Sedari tadi telinga Alvaro tidak menangkap suaranya.Melihat Nayla yang seperti tidak menyadari keberadaannya membuat ide itu muncul dalam benaknya.Dengan perlahan dia mengendap menuju ibu satu anak itu. Alvaro melingkarkan tangan di perut Nayla, dengan dagu yang dia tempelkan di pundak Nayla.Menerima perlakuan seperti i

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 87

    Tadinya Nayla akan diantarkan sopir, tetapi Alvaro mencegah. Pria itu berinisiatif untuk mengantar Nayla ke rumah orang tuanya.Ternyata dia tidak sanggup berpisah lama dengan Keanu, bayi mungil itu selalu membuatnya rindu setiap saat, apalagi bundanya, jangan ditanya lagi. Bahkan hati kecilnya diam-diam mendukung perceraian Nayla dan Alvin.“Kalo bertiga seperti ini aku merasa seperti keluar kecil bahagia,” seloroh Alvaro. Matanya melirik Nayla yang sedang memberi susu pada Keanu.Nayla membuang napas kasar. Ucapan Alvaro seolah pertanda jika dirinya sudah siap merangkul Nayla ketika sah berpisah dari Alvin.“Jangan ngarang. Aku bahkan belum siap untuk berumah tangga lagi. Pernikahan ini cukup membuatku trauma untuk menjalin hubungan. Aku harus instrospeksi diri sebelum mengambil keputusan menikah lagi.” Nayla mengembuskan napasnkasar. Dia merasa kecewa dengan pengambilan keputusan cerai.Bukan karena dia ingin memaafkan Alvin, tetapi naykayoernah berjanji jika dia ingin menjalani pe

  • BENIH KAKAK IPAR    Bab 86

    Pagi menjelang. Nayla yang semalaman tidur bersama Keanu mulai membuka mata ketika putranya telah bangun lebih dulu dan mengoceh di dalam box bayi.Nayla beranjak dari kasur, kemudian menggelung rambut yang panjangnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat bayinya justru anteng, tidak rewel ketika bangun tidur.“Anak Ganteng Bunda sudah bangun. Ngga rewel, pinter sekali, Sayang,” pujinya. Kemudian mulai menghujani ciuman pada semua bagian wajahnya.“Kita ke depan dulu, ya. Cari Suster Mita.” Nayla keluar dari kamar dengan menggendong Keanu.Karena semalam Nayla memilih tidur di kamar Keanu, membuat pengasuh itu memilih tidur di kamar lain bersama Mbok Asih.Terlihat dua orang pekerja di rumah Alvaro tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk tuan mereka.“Suster, tolong urus Keanu sebentar, ya. Saya akan bersih-bersih dulu.” Mendengar suara sang majikan memanggil membuat Mita harus meninggalkan pekerjaannya dan segera mengambil Keanu dari Nayla.Sementara Mita mengajak Keanu be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status