Share

Bab 8 - Berkencan.

Nayla terus merasa kewalahan menuruti keinginan Alvaro untuk ikut bersama dirinya. Seharusnya sore tadi setelah jam pulang kantor wanita itu sudah berada di dalam rumahnya.

Entah karena hormon wanita atau sesuatu hal yang lain. Tubuhnya merasakan sangat lelah, meskipun pekerjaan yang diberikan Alvaro selaku atasan tidaklah sebanyak dulu.

Kepalanya kerap kali merasa pusing, bahkan teka teki keberadaan Alvin, sang suami belum dia ketahui. Nayla juga merasa telah tertipu oleh Alvaro. Pria itu telah berjanji akan memberitahu di mana keberadaan Alvin. Namun, sampai detik ini Nayla tak mendapatkan kabar baik dari pencarian Alvaro.

“Sudah, Kak. Aku capek. Kakak enak tidak hamil! Aku yang sampai engap begini!” Nayla menyentak tangan Alvaro yang sedari mengandengnya. Nada bicara wanita itu terdengar ketus dengan nafas yang terengeh.

Di sinilah mereka. Di sebuah taman yang berada di tengah kota. Karena hari sudah memasuki akhir pekan, mengakibatkan tempat itu sedikit ramai.

Alvaro membiarkan Nayla terduduk di sebuah kursi panjang yang berada di sekitar jalan setapak taman.

Ada rasa kasihan ketika melihat wanita hamil itu bersandar sembari mengusap perutnya yang sedikit telah menyembul itu.

Alvaro duduk di samping Nayla setelah memberikannya sebotol air mineral kepadanya. Meski dengan ekspresi yang masih kesal, Nayla terpaksa menerima pemberian Alvaro.

Alvaro mengeluarkan sebuah sapu tangan dengan corak salur dari dalam saku jasnya. Dia mengusap kening Nayla yang sedikit basah akibat keringat.

“Ngga usah, Kak. Aku bisa sendiri!” Nayla berusaha menolak dengan menyingkirkan tangan Alvaro.

Alvaro lebih cepat menepis tanga Nayla agar wanita itu tidak menolak apa yang dilakukannya.

“Mau cepet pulang nggak? Mau tahu ‘kan apa tujuan aku bawa kamu ke sini?” ucap pria itu tegas.

Nayla bergeming. Wanita itu hanya menurut dengan perintah Alvaro yang tidak boleh banyak melawan apapun yang dilakukan pria itu, selagi tidak membuatnya rugi. Walaupun menuruti keinginan pergi bersamanya merupakan salah satu kerugian bagi Nayla.

Nayla merasakan desiran aneh dalam hatinya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ada gelenyar rasa yang berbeda saat mendapati perlakuan Alvaro yang sangat manis. Pria itu tengah melepas high heels-nya, kemudian memijat pelan betis Nayla yang terbungkus kain stoking. Jujur saja perlakuan seperti itu tidak pernah dia dapatkan dari Alvin. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaannya.

“Sudah.” Alvaro meletakan hati-hati kaki sang adik ipar untuk kembali menapak tanah. Mata hazelnya sontak menatap Nayla yang hanya terdiam menatapnya.

“Kenapa?” Ucapan Alvaro sontak membuat lamunan Nayla buyar. Wanita itu terlihat salah tingkah ketika Alvaro telah memergokinya tengah menatap intens kepada pria itu.

“Ti-tidak.” Nayla terbata-bata. Dirinya berusaha menormalkan kembali detak jantungnya yang bertalu lebih cepat.

“Kau terpesona dengan wajah tampanku, ya?” goda Alvaro. Di bawah cahaya lampu taman yang tidak terlalu terang, dirinya dapat melihat rona pipi Nayla yang memerah.

Nayla hanya mengembuskan napas kasar dengan wajahnya yang terlihat jengah. Sementara itu Alvaro terkekeh melihat raut wajah yang tiba-tiba berubah masam.

“Sudah, Kak. Aku mau pulang. Aku tidak mau sampai rumah larut malam,” ucap Nayla menyembunyikan rasa malunya. Tidak dapat dipungkiri wajah Alvaro memanglah tampan dengan hidung mancung serta kulitnya yang bersih. Ditambah lagi di sekitar wajahnya ditumbuhi rambut-rambut halus yang menambah kesan jantan pada dirinya.

“Baiklah aku akan menepati janji kenapa aku membawamu ke mari.” Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Alvaro segera menggendong Nayla di depan badannya.

Tentu saja wanita itu terus meronta sebab mereka kini menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung taman. Sudah pasti membuatnya semakin risih.

“Diamlah. Jika tidak, kau akan terjatuh. Tidak lucu, bukan, seorang wanita terjatuh dari gendongan kekasihnya.”

Ucapan Alvaro berhasil membuat Nayla menghentikan aksinya. Wanita itu melongo ketika Alvaro menyebutnya sebagai kekasih. Sungguh wanita paling sial jika mendapatkan pasangan seperti Alvaro yang over protektif. Pikirnya.

Mereka telah sampai pada salah satu sudut taman yang tidak banyak dikunjungi orang.

Mata Nayla mengamati tempat sekitar. Hanya segelintir orang yang berlalu-lalang di sana. Wanita itu memasang sikap waspada terhadap Alvaro. Hati seseorang siapa yang tahu, meski berulang kali pria itu mengatakan kekaguman padanya. Nayla berpikir bisa saja Alvaro berubah menjadi sisi pria lain di tempat sepi seperti ini.

“Kenapa bersikap seperti itu?” tanya pria itu ketika melihat Nayla mendekap erat tas di depan dadanya dengan posisi kaki kiri sedikit maju, sedangkan kaki kanan menjauh dari kaki kirinya.

“Aku hanya bersikap waspada saja. Mungkin saja Kakak akan berbuat jahat terhadap saya di tempat ini,” ungkap wanita itu.

Alvaro tertawa keras mendapati sikap sang adik ipar, kemudian berkata disela tawanya. “Apa kau pikir aku akan kembali menyentuhmu?” Pria itu kembali tertawa geli. “Jika mau, aku sudah melakukannya di mobil tadi.” Alvaro berjalan mendekat, kemudian mengacak lembut rambut Nayla.

Pria itu menggandeng tangan Nayla, sembari telunjuknya mengarah ke suatu tempat. “Lihatlah ke arah sana. Kita akan ke tempat itu.”

Sebuah gazebo telah dihias dengan begitu cantiknya. Pada setiap tiang tempat itu dililit sebuah kain tipis berwarna pink. Berbagai macam hidangan telah tersaji di atas meja bundar mini dengan lilin merah sebagai pelengkap.

Jika kejutan tersebut diberikan kepada yang terkasih, sudah pasti itu adalah momen termanis. Apalagi tidak jauh dari tempat itu, seseorang dengan biola di pundaknya tengah dimainkan dengan alunan musik klasik.

Mata Nayla tak henti-hentinya merasa takjub. 

“Ayo!” Alvaro mengulur tangannya kepada Nayla. Tanpa bisa menolak, wanita itu menerima dengan senang hati ukuran tangan pria itu.

Keduanya berdansa dengan ritme yang pelan diiringi alunan musik biola.

Dari jarak yang dekat. Nayla dapat melihat dengan jelas ketampanan Alvaro. Garis wajah tegas yang selalu membuat Nayla merasa gemas karena ulahnya yang suka mengatur kehidupan wanita itu. Namun, terkadang pria itu juga mampu membuatnya melayang sampai langit ke tujuh dengan perlakuan manis darinya.

“Kak Alvaro kenapa mengajakku ke tempat ini?”

Alvaro terdiam. Gerakkan kakinya berhenti untuk mengimbangi gerakan Nayla. Akibatnya, wanita itu yang tanpa persiapan apapun tersungkur mengenai badan Alvaro.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status