Hancur, berantakan, tak bersisa. Masa depan suram, semuanya terasa gelap.
Dadanya terasa begitu sesak, Ayla ingin mengamuk tapi dia hanya bisa menjerit dalam hatinya. Terus mengutuk nasib sialnya dan juga pada Tuhan.
Orang-orang bilang jika Tuhan tidak akan memberi cobaan di batas kemampuannya, tapi sekarang dia merasa semua musibah ini tak bisa ditolerir olehnya.
Hatinya begitu sesak dia baru saja diperkosa oleh orang yang dia percaya. Auden dan sang istri sudah menjadi orang tua kedua untuknya, tapi jika sudah begini hidupnya hanya terasa gelap, pengap, dan sesak.
Ayla merasa dunianya gelap dan berhenti, tak ada lagi kebahagiaan untuknya.
Di saat, masa depan depan yang telah ia rancang hilang hanya dalam satu malam. Satu malam, menggerogoti habis seluruh sendi-sendi kehidupannya.
Gadis itu hanya terduduk di lantai kamar mandi yang basah, sambil menangis dan memeluk lututnya. Ia tak pasti, sekarang jam berapa. Tapi... dia harus pergi, tak peduli jika sekarang dini hari, atau tengah malam dan kena palak preman. Hidupnya sudah sial!
Tubuhnya masih terasa gemetar dan merasa begitu perih di bagian bawah, tapi itu tak seberapa dengan perasaannya yang retak seribu sudah tak berbentuk karena semua ini.
Gadis itu menggigit bibir kuat tak percaya dengan semua. Kenapa? Kenapa bisa terjadi? Kenapa semua hal sial selalu terjadi padanya? Tidak bisakah dia merasa normal sedikit saja? Tidak bisakah dia hidup bahagia seperti orang lain?
Tidak bisakah dia hidup normal bekerja sebagai pembantu dan menerima gaji setiap bulan? Jika sudah begini yang dia inginkan adalah kematian.
Kenapa?
Gadis itu ingin berteriak tapi suaranya hilang, hanya bisa menyorakkan dalam hatinya yang kian terasa sesak.
Setelah puas menangis, Ayla menggapai pakaiannya dan memakainya kembali. Walau rasa di bagian bawah tubuhnya seperti disilet, dan sayat-sayat. Tapi Ayla tak peduli, dirinya lebih hancur dari itu. Terutama masa depannya, tak ada lagi harapan untuknya.
Bajunya pun sudah basah, tapi dia tidak peduli. Dia hanya ingin pergi sejauh mungkin, pergi tanpa tujuan.
Gadis itu berjalan perlahan seperti pencuri, sambil berjinjit karena tak ingin membuat yang lain curiga. Ruang tengah gelap, hanya lampu teras yang menyala, membuat sedikit penerangan untuk Ayla keluar dari rumah sial ini.
Dia tidak akan pernah ke rumah ini lagi. Biarlah jadi gembel di jalanan, atau dipalak preman dan akhirnya dimutilasi, rasa-rasanya itu lebih baik daripada merasakan semua kesialan yang bertubi-tubi seperti ini.
Dirinya tidak akan pernah berhubungan lagi dengan keluarga ini. Kebaikan mereka ternyata hanya membawa petaka.
Dengan susah payah Ayla berjalan, menelan ludah yang begitu sakit karena tenggorokannya begitu kering.
Alam seolah mendukung kesedihan yang dia rasakan, hujan deras mengguyur tapi lebih baik begini, agar orang-orang tidak tahu jika dirinya menangis.
Ayla hanya mampu menunduk dan terus terisak sambil memeluk dirinya sendiri. Jika boleh dia akan berdiri di tengah jalan dan merelakan tubuhnya dengan sukarela agar ditabrak kontainer.
Dingin, sakit, hancur. Ini adalah keadaan paling parah yang pernah dia rasakan selama hidupnya.
____Auden masih memijit kepalanya, pria itu berjalan menuju dapur untuk mengisi tenggorokannya.
Secepatnya dia harus mencari gadis itu.
Dengan mengendap perlahan dia mencoba mencari di segala sudut rumah, tapi hasilnya nihil.
Dia harus mendapatkan gadis bodoh itu sebelum Sandra bangun.
Tanpa mandi atau mengganti pakaian, dengan cepat dia menyambar kunci mobil dan mencari di mana pembantunya.
"Dia benar-benar bodoh! Ini hujan deras." Auden menggeleng dan mulai berjalan pelan dan mencari Ayla di segala sudut kota, semoga gadis itu belum terlalu jauh.
"Fuck! Alkohol sialan! Selamanya aku tidak akan pernah menyentuhnya lagi," janji Auden pada diri sendiri.
Rasa bersalah menguasai dirinya karena tanpa sadar dia telah mengkhianati istri tercinta. Sandra adalah cinta pertamanya, berteman sejak masa SMA hingga benih-benih cinta itu tumbuh hingga kini.
Sekitar dua puluh menit akhirnya Auden menemukan gadis malang itu yang kondisinya sangat mengenaskan. Seperti gembel.
Pria itu bergegas turun.
____Sudah total lima puluh kali, Ayla menggosok tubuhnya di bawah guyuran hujan. Tapi bayang-bayang hal laknat itu terekam jelas.
Dia menggosok tubuhnya berkali-kali dengan kuat, tapi ia tak bisa menghapus rasa trauma yang ia rasakan. Tak ada masa depan untuk dirinya sekarang.
Gadis itu menggeleng, menangis, menggeleng, menjambak rambutnya. Tak percaya, semua hal ini bisa terjadi padanya. Jika ini balasan dosa untuknya, Ayla rasa semuanya tidak sepadan.
Ya, dia bukan malaikat tanpa cela, tapi Ayla hanya gadis pemalu dan hidupnya terlalu lurus, tak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Tapi... Sekarang masa depannya terenggut habis.
Sekarang dia tak punya tujuan hidup. Detik ini dia kehilangan arah, dan juga tujuan untuk bertahan hidup.
Saat mengingat kejadian laknat dia menyesal berkali-kali.
Harusnya dia berteriak, harusnya dia menendangnya, tapi gadis itu hanya seperti patung saat itu. Apa karena ia terlalu shock?
Terekam jelas, bagaimana benda keras itu melesak masuk dalam miliknya yang sempit dan memaksa masuk sepenuhnya, hingga membuat milik Ayla masih terasa perih hingga kini. Bagaimana, laki-laki itu memborbardir miliknya tanpa ampun. Dia benar-benar jadi gadis kotor dan hina.
Siapa yang mau dengan korban pemerkosaan?
Teringat dengan jelas, saat Ayla memeriksa darah segar keperawanannya hilang. Tanda seorang gadis itu telah hilang, digantikan oleh seorang gadis pendosa yang mungkin tak layak hidup.
Gadis itu terus berjalan tanpa arah.
Jadi, sekarang apa? Dia tak mungkin kembali pada orang tuanya, bisa saja dirinya yang akan disalahkan menuduh jika dia menggoda suami orang.
Gadis itu menutup mulutnya kembali terisak dengan hati yang begitu hancur.
Saat melihat sorot lampu mobil yang menepi perasaan benci yang dia rasakan kian menggunung.
"Semoga hidup laki-laki sial itu kekal seperti di neraka," sumpah Ayla dengan bibir bergetar saat melihat Auden turun dari mobil.
Saat Auden kian mendekat gadis itu menggeleng keras sambil memeluk tubuhnya. Trauma itu masih membekas.
"Apa yang kamu lakukan di luar tengah malam hujan seperti ini?" murka Auden, tubuhnya sudah ikutan basah.
"Pergi...,"
"Pergi...,"
Dengan bibir bergetar Ayla memohon walau dia tahu rasanya percuma.
"Gadis bodoh! Menyusahkan saja."
"Aku akan beri berapa pun uang, asal kamu tidak memberitahu istriku," papar Auden.
Ayla langsung mengangkat kepalanya. Laki-laki sial!
"Ya, ya. Aku tahu aku salah, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak sadar sama sekali, tidak ada yang menginginkan ini sama sekali. Jadi, mari kita buat win-win solution."
Ayla menggepalkan tangannya, jika tak mengingat laki-laki ini adalah majikannya sudah dia patahkan tulang hidungnya.
"Ayolah, aku tahu kamu butuh uang. Gadis kampung seperti kamu biasanya akan rela melakukan apa saja demi uang."
Ayla menatap laki-laki sial di depannya dengan sorot luka penuh.
"Uang tidak bisa mengembalikan keperawanan saya," balas Ayla sengit. Kilatan marah dari matanya andai bisa melukai lawan dia yakin majikan sialan ini sudah sobek kulitnya.
"Baiklah, aku tak suka berbasa-basi dan tak suka degan hujan. Jadi, mari buat perjanjian agar kamu tutup mulut pada istriku."
"Kamu tak bisa mengelak atau melawan, kamu hanya gadis miskin yang tak punya apa-apa. Jadi, semua orang akan lebih percaya padaku, jika kamu yang menggodaku."
Tangan Ayla sudah terangkat, tapi dengan cepat Auden menepisnya dan dengan gerakan kilat laki-laki sudah mengangkat tubuhnya seperti membawa karung beras di pundaknya.
"Ahhhh!"
Suara Ayla tertahan oleh hujan yang deras.
Dengan cepat Auden langsung memasukkan gadis keras kepala ini dalam mobil dengan tak ada kelembutan, dan melempar Ayla.
Biar saja mobilnya basah.
"Aku tidak main-main dengan ucapanku. Jangan sampai Sandra tahu, jika sampai bocor maka hidupmu berada tanganku."
Ayla tahu, dia takkan bisa mengadukan hal ini pada istri majikan. Memangnya dia siapa? Yang ada dirinya semakin diejek, hanya gadis miskin, memangnya siapa yang tertarik?
Terkadang Ayla selalu mengutuk kenapa dia harus terlahir dengan garis kemiskinan di bawah yang membuat orang kaya selalu semena-mena?
"Tidak ada acara kabur, kamu akan bekerja seperti biasa. Gaji naik kali lipat sebagai uang tutup mulut."
Rasanya mulutnya seperti dijahit.
"Setelah ini bersihkan diri dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Ingat itu!" ancam Auden.
___Keduanya kembali hening, Ayla tahu harga dirinya tidak ada sama sekali di mata lelaki ini. Jadi, luka seperih apa pun yang dia rasakan harus bisa ditelan.
Saat memasuki mobil di carport Auden merasa jika Sandra sang istri belum terbangun, apalagi hujan seperti ini.
Dengan cepat Auden menarik tubuh Ayla masuk dalam kamar dengan tubuh keduanya yang basah, laki-laki itu bergegas membawa menuju kamar Ayla.
Ayla tahu dirinya tak bisa berontak, mau kabur ke belahan dunia manapun Auden akan tetap menemukan dirinya.
Auden membawa Ayla berdiri di bawah guyuran shower, membuka seluruh pakaian basah gadis itu dan memandikannya.
"Jangan malu, tubuhmu tidak montok sama sekali."
Perkataan yang merendahkan itu kian membuat Ayla merasa harga dirinya tak lebih dari keset kaki. Bisa diinjak-injak.
Auden membersihkan tubuhnya dengan kelembutan, walau Ayla hanya mampu menutup mata. Merasakan semua kesialan ini dalam hidupnya.
Laki-laki itu juga tak malu untuk membuka seluruh pakaian miliknya dan Ayla bisa melihat dengan mata kepala sendiri benda perkasa yang membuat inti bawahnya masih terasa perih hingga kini.
Panjang, berurat, tegang,—. Sial!
Dengan susah payah Ayla menelan ludah masih dengan tubuh yang gemetaran.
"Sekarang kita impas, aku sudah melihat tubuh telanjangmu begitu juga kamu melihat tubuhku jadi kamu tak bisa mengadu macam-macam."
"Jangan pernah berpikiran untuk kabur, atau hidupmu akan terus sial!"
Ayla hanya memeluk tubuhnya sambil berusaha untuk menutup area pribadi walau rasanya sia-sia.
Auden menarik tubuh kurus Ayla dan sekarang keduanya berdiri di bawah guyuran shower dengan bersentuhan kulit ke kulit.
Tak ubahnya dia seperti pelacur yang tak ada harga diri, mandi telanjang dengan suami orang.
Setelah selesai Auden meninggalkan Ayla membuat gadis itu kembali terduduk di lantai yang basah dan dingin menangis jilid dua merutuki nasib sialnya.
___"Kenapa kamu bangun siang?"
Ayla menutup matanya yang terasa begitu perih karena menangis semalaman.
Akhirnya tertidur sendiri dan bangun entah jam ke berapa. Nasib baik, hari ini weekend jadi Sandra memang suka menyiapkan sarapan untuk suaminya saat weekend.
"M-maaf."
Ayla hanya tertunduk dan melewati meja makan menuju dapur. Dia akan menjalani hari-hari seperti neraka di rumah ini.
Dia harus memaksakan diri untuk bersikap baik-baik saja.
Orang miskin seolah tak punya mulut untuk berbicara, uang, kekuasaan, bisa menutupi semuanya. Tangannya terkepal, pada akhirnya dia hanya bisa menerima takdirnya, menelan semuanya sendiri dengan luka yang terus menganga.
"Ayla! Kupas mangga."
"Iya, Nyonya."
Ayla akan bersikap baik-baik saja. Gadis itu mengeluarkan buah mangga dan mengupasnya.
"Jangan pernah banyak tingkah, sekarang kamu berada dalam pengawasanku. Ingat itu! Kamu tidak punya power, jadi jadilah anak manis." Suara bisikan penuh ancaman itu membuat seluruh tubuh Ayla merinding.
"Ishhhh." Ayla meringis karena tanpa sadar mengiris tangannya sendiri.
"Gadis ceroboh!" desis Auden dan berlalu.
Detik ini Ayla berjanji dia harus menjadi orang kaya untuk bisa membalas semuanya, walau itu mustahil! Tak ada lagi masa depan yang menjanjikan untuknya.
"Ayla cepat! Kenapa kerja lelet? Sudah bangun terlambat, kerja lelet!" teriak Sandra.
"Mi Amor, apakah kita perlu mengganti pembantu? Dia kerjanya begitu lelet," hasut Auden. Dia sedang memikirkan ini untuk membuang gadis bodoh ini, atau menahannya di sisi dia agar istrinya tidak tahu apa yang terjadi.
Buah mangga di piring itu hampir jatuh, Ayla hanya mampu menunduk. Sebenarnya dia senang saja jika keluar dari rumah neraka ini, tapi memangnya ada pekerjaan di luar sana untuknya?
"Jangan! Dia kesayangan Moer."
"Oh ya ya."
Saat Ayla mengangkat kepalanya tatapannya langsung tertuju pada Auden yang juga menatapnya.
"Hari ini kamu mau ke mana?"
"Saya belum tahu," jawab Ayla.
Saat weekend Sandra mengizinkan dia untuk sekedar jalan-jalan selama dua jam.
Biasanya Ayla akan me time mencoba makanan baru yang sedang viral, sebenarnya dia sangat nyaman bekerja di keluarga ini, tapi jika sudah begini dia tak bersemangat untuk melakukan apa-apa.
Selama ini dia selalu percaya pada pasangan suami-istri yang harmonis.
Ayla kembali ke dapur dan melakukan pekerjaannya.
Mungkin hari ini dia akan menghabiskan dengan tidur.
"Sebenarnya aku sedang berpikir untuk membuang kamu, tapi karena Moer jadi sebaiknya kamu tutup mulut!"
Ayla mencengkram kuat sink hingga kuku jarinya memutih, laki-laki ini seperti cenayang, dan rasanya sangat menyebalkan.
Dengan segala sakit hati dan dendam yang dia miliki, izinkan suatu hari agar dia membalasnya.
____Catatan: Moer panggilan khusus artinya ibu
Perasaan bersalah Auden memuncak saat gadis bodoh itu sakit.Ayla sengaja menyiksa diri dengan tidak makan sama sekali, dia selalu terbangun di tiap tidur malamnya dan memimpikan hal yang sama. Mimpi buruk!Kepala Ayla terus terbayang malam sial itu, bagaimana kalau majikannya kembali masuk ke kamarnya dan memperkosanya? Bagaimana kalau dia hamil?Tubuhnya kian kurus dan tak terurus.Sekarang, dia selalu memastikan di pintu kamar selalu dikunci. Gadis itu meremas bed cover, menahan rasa mual dan juga pusing berat yang menderanya.Sandra memberinya waktu untuk beristirahat.___Mi Amor: Sayang, Ayla sakit. Apa perlu kita bawa ke dokter?Auden hanya membaca pesan tersebut dalam diam.Tadinya dia tidak ingin peduli pada gadis miskin itu, tapi sepertinya sakitnya dia ada hubungan dengan kejadian malam itu, apakah gadis itu trauma?Sebagai lelaki yang sudah diajarkan untuk bertanggung jawab, Auden merasa dia harus bertanggung jawab pada gadis bodoh itu.Menutup mata sebentar, memutar bangk
"Fuck!""Fuck!"Berkali-kali dia menendang ban mobil miliknya sendiri walau kakinya yang berakhir sakit.Auden tak tahu untuk melampiaskan semua ini. Dia dan Sandra selama bertahun-tahun mencoba untuk punya anak tapi tak pernah berhasil dan hal yang tak diharapkan terjadi, bagaimana mungkin?Berkali-kali pria itu membanting pintu mobil tapi kepalanya masih saja ribut. Ayla masih pingsan, gadis bodoh itu sudah berada di dalam mobil.Auden termasuk orang yang tenang menghadapi masalah apa pun, tapi jika sudah begini otak cerdasnya mendadak freeze. Seperti tak ada jalan keluar untuk semua masalah ini.Jadi sekarang apa?Pria itu kembali masuk ke dalam mobil sambil mengembuskan napas berkali-kali dengan kasar. Melirik ke samping pada gadis bodoh yang terisak. Dia sudah bangun rupanya.Ayla hanya menunduk sambil meremas seatbelt. Dunianya yang kelam kian terasa gelap sekarang. Tak ada jalan keluar untuknya."Kamu punya pacar?"Ayla tidak menjawab pertanyaan tersebut. Memangnya kalau dia pu
Baru juga sadar dari pingsannya, Ayla kembali mendengar kabar yang menyakitkan."Sebelum menikah bersama Ayla bayar uang lima ratus juta." Gadis itu memegang dadanya kuat. Secara tidak langsung orang tuanya sedang menjual dirinya."Bangun kau!" Mara dengan paksa membangunkan anak sulungnya dengan menuangkan minyak panas ke mulut Ayla.Gadis itu terbatuk-batuk dan menggeleng, tetap terus dicekoki minyak panas tersebut.Auden hanya berdiri di pintu memegang kunci mobilnya dan sebisa mungkin keluar dari rumah neraka ini seceptanya. "Ya, saya akan membayarnya." Uang bukan masalah untuknya, tapi bertemu dan melihat orang-orang serakah ini membuatnya muak."Cepat nikahi anak ini agar dia tak bawa sial di rumah ini!" desak Mara.Pria itu menatap tak bersalah pada gadis yang sedang terbatuk-batuk tersebut. Apa dia harus menikahi gadis ini? Auden sangat mencintai istrinya, bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi Sandra."Jangan pernah ke rumah ini lagi!" Ucapan tajam itu membuat Ayla kian tak
Berada di sekitar sang majikan membuat radar Ayla sadar jika dia harus diam, dan menurut apa saja yang pria ini minta. Setelah sarapan keduanya menuju kantor notaris untuk mengurus perjanjian pra nikah, menikah selama satu tahun. Satu tahun tidak lama, bukan? Setelah itu Ayla akan terbebas dan kekangan pria ini dan hidup entah di negri antah brantah. Keduanya menghela napas bersamaan. Terpaksa menjalani semua ini, terjebak pada suatu kejadian naas yang sama sekali tidak diinginkan keduanya. Ayla melirik lewat bulu mata lentiknya pada pria tampan di sampingnya, topi hitam yang menghias kepala Auden membuat laki-laki itu kian menawan. Lirikannya menurun ke jakun pria itu yang naik turun, tangan kekar berurat memutar kemudi, begitu jantan. Kembali naik ke jambang tipis yang menghiasi wajahnya, hidung mancung, mata tajam seperti elang, bibir merah alami, dia cocok jadi model sempak. "Jangan terpesona denganku, kita hanya menikah di atas kertas. Ingat! Kamu hanya pembantu," peringat A
Tak pernah bermimpi untuk memakai gaun pengantinnya. Menikah memang bukan option untuknya. Bahkan dalam plan B juga menikah tidak masuk daftar. Kemiskinan membuat Ayla takut untuk menikah, dia tak mau anaknya merasakan beban dan semua keterbatasan yang dia dapatkan sejak kecil bersama orang tuanya. Saat dihadapi kenyataan untuk memilih gaun pernikahan untuk dirinya sendiri, tentu saja Ayla akan memilih asal. Dia tak punya gaun impian seperti kebanyakan wanita. Auden terduduk di sofa krem sambil memijit kepalanya yang pening, menikah bersama gadis polos bodoh yang rumah tangganya di ujung tanduk. Pernikahan rahasia ini tidak ada yang pernah tahu. Masih dengan tubuh yang gemetar, Ayla hanya terdiam mematut di depan cermin. Menikah? Kepalanya terus berputar, di saat banyak wanita menangis harus dengan pernikahan yang dijalani, dia harus merasa nelangsa luar biasa. Gadis itu sengaja masuk ke dalam ruang ganti agar tak terus berhadapan dengan Auden yang terus mengeluarkan banyak kata
Ayla mematut lama dirinya di depan cermin sambil menelan ludah kering. Biasanya dalam novel-novel sang pria akan melepaskan dirinya dalam balutan gaun yang ia kenakan. Mereka telah kembali ke hotel Auden sedang berada di kamarnya, pria itu terlihat semakin membenci dirinya. Dia tak bisa berbuat banyak. Butuh sehari atau mungkin besoknya dia akan kembali ke rumah sang majikan dengan status yang berbeda. Istri kedua dari seorang Auden Prana. Memikirkan ini rasanya dada terasa sesak, dia telah merusak kebahagiaan orang lain. Selama ini Sandra dan Moer Belatrix telah menampungnya, jika dua wanita berwibawa itu tahu yang sebenarnya apa mereka akan membuangya ke kandang buaya? Lehernya menoleh dengan kaku saat pintu terhubung dengan kamar Auden terbuka, apa yang pria itu mau? "Apa yang kamu lakukan? Mengagumi sambil mengkhayal jadi Princess sehari, hm?" Pria itu kian mendekat, tubuh Ayla langsung panas dingin, dia selalu tak siap dengan semua kata yang selalu merendahkannya. "Apa kamu
"Kamu sungguh tidak apa-apa sekarang?" tanya Sandra penuh kekhawatiran. Ayla hanya bisa mengangguk dengan perasaan bersalah penuh. Dia sedang memotong buah untuk sarapan mereka, Sandra menyiapkan roti untuk suaminya. Kembali menjalani rutinitas sebagai seorang pembantu walau dengan status yang berbeda. Sandra mempertanyakan jika dia sudah sembuh dari sakitnya.Fisiknya mungkin baik-baik, tapi luka yang ditorehkan Auden tidak akan sembuh begitu saja, mungkin juga tidak akan ada penawar luka. Pria brengsek yang tega memperkosanya hingga hamil, mengajaknya menikah kontrak selama satu tahun, setelah ini semuanya selesai. Mungkin nyawa Ayla sedang digadai dan sekarang menghitung mundur satu tahun ke depan. "Nanti Moer akan datang." Kepala Ayla terangkat saat mendengar Moer, seorang wanita cantik yang begitu keibuan, lembut, dan begitu berwibawa. Dia selalu merasa terlindungi saat berada di sekitar Nyonya besar. "Moer akan mengajak kamu belanja," tambah Sandra. Perasaan haru membuat Ay
Sekarang Ayla bingung akan benar-benar mengorbankan temannya yang tak berdosa atau membiarkan semuanya terbongkar? Saat kenyataan terkuak, dia akan selalu berada di posisi yang lemah dan salah. Jika Ivo yang tak bersalah dan tak berdosa terlibat saat terkuak dia bisa meminimalisir kemungkinan terusir dari rumah ini, karena hamil dari kekasihnya bukan dari sang majikan. Tanpa sadar tangannya meremas kertas itu hingga lusuh dan tak berbentuk lagi, Ayla menendang-nendang kakinya ke lantai, tak punya langkah pasti. Kebanyakan memikirkan siapa yang menjadi kambing hitam membuat perutnya bergejolak, rasa ingin muntah begitu besar. Kembali berbaring untuk menghilangkan rasa mual yang belum juga reda, dengan menelan ludahnya berkali-kali. Ayla bangun lebih pagi dari biasanya, dia akan menyiapkan sarapan pada kedua majikan seperti biasanya. Semalaman dia tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan semua kemungkinan dan tak ada kesimpulan yang pasti tentang apa yang harus dia lakukan. "H