Share

Bab 6

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-03 00:15:09

Bab 6

Kulihat wanita usia kisaran dua puluh tahunan menggandeng erat lengan lelaki yang telah bersamaku bertahun-tahun. Sakit dan perih menyayat hati ini ketika wanita itu dengan beraninya bersandar di bahu suamiku. Tak terasa air mata yang sejak tadi tersimpan di sudut netraku pun mengalir perlahan.

Aku menghela napas berat, kemudian menyeka air mata yang telah terlanjur tumpah. Ada bayangan sekelebat di mata ini, bahkan menguatkan agar tegar, yaitu sosok anak yang kini berada di rumah orang tuaku. Ya, aku ibu yang kuat, tak boleh cengeng menangisi orang yang tak berguna jadi kepala rumah tangga.

"Ini ada Adit juga, ia merangkul pinggul wanita seksi berusia muda, sepertinya baru lulus kuliah," ucapku sembari menyodorkan ponsel Yuri. Ia pun meraihnya dengan memasang senyuman kuat, Yuri terlihat tegar, aku harus seperti dia, tak boleh rapuh.

"Sudah kuduga, dia mencari daun muda, kita lihat saja, semua akan hancur dan wanita itu pun pasti meninggalkan lelaki hidung belang," ancam Yuri penuh dendam. Namun, sikapnya tetap santai.

"Lalu apa rencana kamu setelah ini? Hatiku sakit, menyaksikan suami sendiri masuk ke dalam kamar hotel berdua dengan wanita lain. Setidaknya jika tak ingat dengan istri, ingatlah pada anaknya," gumamku masih menyimpan perih.

"Kita tidur dulu, pikirkan rencana ini matang-matang, kamu harus kuat, Aura. Lelaki itu harus diberikan pelajaran, jangan sampai mereka menginjak-injak kita, kaum wanita," tegas Yuri.

Aku menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis di hadapannya. 'Ya, aku kuat, pasti kuat,' gumamku dalam hati.

Aku coba pejamkan mata ini. Namun, rasa pun tak bisa dibohongi, selalu terbayang wajah wanita itu bersama suamiku bercanda manja seraya pasangan sedang dimabuk asmara.

Aku tidur membelakangi posisi Yuri berbaring. "Yuri, kamu sudah tidur?" tanyaku pelan. Ada isak tangis kudengar samar-samar. Mungkinkah Yuri yang mengaku kuat itu rapuh dalam baringannya?

"Belum, Mbak," jawabnya

"Kamu nangis, Yuri?" tanyaku sambil balik badan ke arahnya.

Suasana hening sejenak, kulihat jari jemarinya berada di pipi dengan cepat. Ya, aku yakin Yuri sedang mengusap air matanya.

Aku pun penasaran dan menarik punggungnya yang masih membelakangiku. Benar dugaanku, mata Yuri masih berkaca-kaca.

Aku angkat sedikit tubuhnya, lalu memeluk Yuri erat.

"Sabar ya, kita saling menguatkan. Mulut boleh berkata kuat, tapi aku tahu kamu juga bisa rapuh, menangislah, tapi kita tak boleh berlarut-larut," ucapku gantian menguatkan Yuri.

Bohong rasanya jika seorang wanita tak menangis diperlakukan seperti ini oleh suaminya. Wanita kuat sekalipun, air mata pasti ada yang menetes. Namun, air mata wanita kuat itu bukan air mata cengeng, ia hanya kecewa pada orang yang diharapkan setia.

"Iya, Mbak. Aku hanya kesal pada suami, sudah dibantu cari uang malah enak-enakan," isak Yuri sambil mengusap air matanya. "Ya sudah, kita tidur, besok kita suruh Raka ke administrasi hotel," ajak Yuri.

"Berati besok digerebek Raka dan warga sekitar?" tanyaku dengan polosnya.

"Lihat saja besok, Mbak," tutup Yuri.

Kemudian, kami merebahkan tubuh kembali untuk segera tidur.

***

Benar kata orang, setelah menangis jadi mudah untuk tidur lelap, begitu pula dengan semalam, kami tidur terlelap setelah beberapa menit mengeluarkan air mata.

Aku mengajak Yuri untuk melaksanakan ibadah salat subuh. Sekitar pukul 05:00 WIB kami melaksanakannya berjamaah. Berharap Tuhan memberikan kesadaran pada suami kami berdua. 

Terlintas bayangan mereka berdua yang berjalan lenggak-lenggok menuju kamar hotel. Bayangkan saja, kami berdua semalaman tidur tanpa pelukan suami, sedangkan mereka asik berduaan dengan wanita idaman lain.

Yuri sedang menghubungi Raka. Melakukan aksi selanjutnya. 

"Tunggu Raka menghubungiku, ia sudah kuperintahkan menanyakan identitas kedua pasangan itu. Raka juga mempersiapkan penggerebekan mereka." Yuri menjelaskannya sambil bersiap sarapan.

Setelah beberapa menit, Raka pun menghubungi Yuri kembali. Kebetulan Raka sengaja menyewa kamar di hotel yang sama.

Aku yang masih mengunyah makanan pun segera meneguk segelas air putih, dan ikut mendengarkan Raka melalui sambungan telepon.

"Halo, Raka. Bagaimana aksi kamu sudah berhasil?" tanya Yuri. Aku pun siap mendengarkannya, sebab Yuri telah mengaktifkan speaker.

"Maaf, Mbak. Kita tidak bisa menggerebek mereka," ucap Raka membuatku terkejut.

"Loh memang kenapa?" tanya Yuri menyelidik.

Aku pun mengubah posisi duduk menjadi lebih serius. Tanganku menyanggah berada di bawah dagu seraya menyanggahnya.

"Begini, Mbak. Mereka berdua pasangan suami istri," jawab Raka membuat aku dan Yuri saling beradu pandang. Suami istri katanya? Sejak kapan? Apa ada buku nikah sebagai buktinya?

"Buktinya apa?" tanya Yuri lagi.

"Kedua wanita itu orang sini asli, dan mereka bawa bukti bahwa telah menikah dengan suami Mbak Yuri, dan yang satunya dengan lelaki bernama Dafa," jawab Raka membuatku mendesah kesal. Astaga, jadi Mas Dafa punya istri muda? Aku tidak tahu mengenai hal ini. 

Wajahku kini tertutup oleh kedua tangan. Rasa kecewa berat pada ayah dari anakku semakin besar. Saat ini aku benar-benar kecewa berat padanya.

"Ada bukti, nggak?" tanya Yuri semakin keras. Kulihat matanya merah padam setelah mendengar penuturan dari Raka.

"Ada, Mbak. Sebuah perjanjian pernikahan siri mereka," jawab Raka lagi.

Hancur, kami berdua tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Namun, tiba-tiba ide terlintas di kepala, lalu sontak ikut bicara dengan Raka.

"Raka, tolong foto bukti itu, kalau perlu minta kertasnya, kemudian foto copy," suruhku. Yuri memandangku dengan mata menyipit sambil menanyakan untuk apa melalui kode dari dagu yang ia angkat.

"Baik, Mbak. Laksanakan," jawab Raka. Kemudian, telepon pun terputus.

Yuri pasti penasaran, untuk apa kertas itu. Aku teringat Mas Dafa pernah cerita, bahwa temannya ada yang selingkuh lalu istri keduanya ke perusahaan dengan membawa bukti pernikahan siri mereka. Setelah kedatangan istri kedua itu ke perusahaan, temannya langsung dipecat secara tidak hormat, karena kebohongan yang telah temannya perbuat. Istri saja dibohongi, bagaimana dengan perusahaan? Meskipun itu bukan ranahnya. Namun, jika sudah mengganggu perusahaan, pasti tidak ada toleransi lagi.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 27 Ending

    Bab 27 EndingPOV AuraTiba-tiba aku tersadar sudah berada di sebuah gudang. Tanganku diikat, mulutku dilakban. Mataku melihat samar-samar, masih berbayang karena pengaruh bius.Tidak lama setelah aku membuka mata. Tiba-tiba muncul Pak Gilang dan Ayumi. Aku terkejut dibuatnya, ternyata mereka yang telah menyekapku."Kalian?" Aku bertanya-tanya masih dalam keadaan dilakban.Mereka menghampiriku seraya tak ada rasa takut. Kemudian, Pak Gilang duduk sejajar di hadapanku."Ya, ini saya. Rasanya sudah terlanjur kalian mengetahui semuanya. Tidak ada yang harus ditutupi lagi," ucap Pak Gilang sembari membelai daguku.Kemudian, ia melepaskan lakban yang menempel di mulutku dengan kasar. Lelaki yang sungguh-sungguh mencintai wanita, tidak mungkin memperlakukan wanitanya dengan k

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 26

    Bab 26POV AuraSetelah mama sudah tenang, ia pun melanjutkan menyampaikan pesan dari Mama Erlin."Dafa ngedrop lagi, Aura. Kondisinya sudah sangat tidak memungkinkan," tutur mama membuatku terbelalak. Apa? Kok bisa separah itu. Memang Mas Dafa mengidap sakit apa?Aku segera meraih tas, lalu hendak pergi ke rumah sakit. Papa pun bersedia mendampingiku, tentunya dengan didampingi bodyguard yang dikirim Pak Andreas juga. Namun, kali ini aku menolaknya, rasanya terlalu berlebihan jika tiap saat di buntuti oleh dua orang bodyguard. Aku seperti artis yang bersuamikan orang penting."Tapi, Mbak. Ini perintah dari Pak Andreas, saya tidak berani melanggar. Jika Mbak Aura keberatan, silakan hubungi langsung Pak Andreas," ungkapnya.Aku pun segera menghubungi Pak Andreas, meminta untuk

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 25

    Bab 25Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. Sejak menikah dengan Mas Dafa hidupku tentram dan damai. Namun, setelah Mas Dafa kenal dengan Pak Gilang, dan sering ikut club mobil yang dipimpin olehnya, sejak itulah rumah tanggaku mulai tidak sehat.Meskipun dulu aku tak pernah mengetahui perbuatannya di belakangku, meskipun dulu bangkai ia tutup sebegitu rapatnya. Namun, kini semua terkuak satu demi satu, termasuk siapa Pak Gilang sebenarnya.Aku dan papa sedikit tak percaya ia tega melakukan hal ini terhadapku. Namun, kenyataannya, itu sudah ia lakukan hingga kini sudah sangat berantakan.Papa turun dengan perasaan sedikit was-was. Ia mematikan mesin lalu dengan sengaja mengunci pintu mobil dengan jendela sedikit terbuka. Ini semua ia lakukan demi melindungiku dari lelaki yang pernah kutolak mentah-mentah.

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 24

    Bab 24POV AuraFlashback"Aura, kamu bisa tolongin Papa nggak?" tanya papa ketika aku pulang sekolah. Hari kelulusanku tiba, jadi pulang agak lebih awal. Bersyukur ternyata aku lulus dengan nilai yang memuaskan."Ada apa, Pah?" tanyaku."Papa ingin menjodohkan kamu dengan anak dari teman Papa, ia punya nama di sebuah pabrik besar. Kalau Papa jadi besannya, nanti ia akan bawa Papa jadi team management." Aku menghela napas panjang ketika papa bicara tentang perjodohan."Nggak!" jawabku lantang."Kenapa tidak mau, Nak? Kamu tidak ingin membahagiakan Papa?" tanya Papa penasaran.Ini bukan zaman Siti Nurbaya. Tidak bisa diterapkan lagi di zaman yang sudah modern seperti ini."Pah, aku sudah punya pilihan hidup sendiri,

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 23

    Bab 23POV Aura"Bagaimana dengan kerjaan anak buah saya, Pak? Lalu apa yang harus saya lakukan lagi setelah ini? Dafa sudah habis hartanya, dan sudah dibenci istrinya pula," ucap Ayumi kudengar dengan lantang.Maksudnya apa? Kenapa bawa namaku dalam misi mereka?"Saya belum puas, apa Aura sudah merasa trauma? Belum, kan? Saya ingin dia trauma berat," ungkap Pak Gilang. Kenapa ia seperti itu? Apa motifnya ia mengganggu hidupku?Kemudian, mereka pergi dari tempat yang sengaja aku buntuti. Mereka berpisah, kulihat Ayumi pergi dengan menggunakan jasa taksi online. Sementara Pak Gilang pergi dengan mengendarai mobilnya.Aku kembali ke mobil yang kutumpangi. Lalu melanjutkan perjalanan yang hampir tiba.Setibanya di kantor, aku lebih murung dari biasanya. Di pikiran ini terbayang ucapan Pak Gilang yang ingin membuatku trauma, apa jangan-jangan orang yang kemarin yang pura-pura jadi pembeli rumah adalah orang s

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 22

    Bab 22POV Aura"Cukup, Mas. Jangan sampai kamu malu dengan tingkahmu sendiri," celetukku ketika mendengar tuduhan Mas Dafa. Kenapa ia tak pernah berubah? Selalu memutar balikkan fakta, dari dulu selalu seperti itu."Lalu kamu ke sini mau apa? Mau pamer punya kekasih baru yang lebih mapan?" sindir mama mertuaku sambil menyorot Pak Andreas dari ujung kaki ke ujung kepala."Mah, bisa nggak jangan ikut campur urusan anak!" Tiba-tiba papa mertuaku datang dari belakang, hingga mengejutkan kami semua.Aku segera mengecup punggung tangannya seraya masih menghargainya. Sebab, semenjak ada persoalan dengan Mas Dafa, tersisa papa mertuaku yang masih care dan tidak terlalu ikut campur dengan masalah kami.Papa melangkah ke sebelah mama, lalu menarik lengan mama mertuaku dan menyeretnya keluar.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status