Share

Bab 7

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-03 00:15:35

Bab 7

"Emm, kita akan menang, Yuri. Kertas itu akan menjadi akhir Dafa dan Adit. Mereka akan menyesal telah mempermainkan kita," tuturku pada Yuri. Ia pun menghela napas panjang sambil tersenyum tipis di hadapanku.

"Ide bagus, lelaki seperti mereka memang harus dimusnahkan, memang dasar lelaki tak ada puasnya," umpat Yuri terdengar sangat kesal.

Setelah mendapatkan kabar dan bukti dari Raka. Kami agak sedikit lega, perlahan semua akan terkuak dan mereka akan malu dengan sendirinya.

"Aku pamit dulu, ya. Senin kita ke tempat kerja mereka, dan memberikan kejutan spesial untuknya," cetus Yuri sambil merapikan tas yang ia bawa.

"Iya, mereka akan berakhir esok hari, setelah semalaman bersenang-senang," candaku pada Yuri. Kami pun tertawa lepas seketika, beban dan sakit hati kami lupakan sejenak.

Kemudian, tak lupa aku bertukar nomor kontak agar lebih mudah komunikasi nantinya.

Setelah kami saling bertukar kontak, Yuri pun melangkah ke depan. Namun, baru beberapa langkah ia hendak keluar dari rumahku. Ada telepon dari Raka kembali.

"Raka telepon, aku load speaker, ya," ucap Yuri sembari mengusap layar ponselnya. Aku hanya mengangguk dan memperhatikannya dalam menjawab telepon.

"Mbak, mereka sedang ke ATM, aku ikuti mereka, ya. Pura-pura antri di belakangnya," celetuk Raka membuat Yuri mengurungkan niat untuk pulang.

Telepon dimatikan oleh Yuri dengan reaksi mulut menganga, sepertinya ia terkejut mendengar keterangan yang Raka berikan.

Aku pun menyuruh Yuri duduk kembali, lalu mengambilkan ia minum agar lebih tenang.

"ATM nya aku tak pernah minta uang, salah besar, ini salahku, ia jadi menganggap gampang semuanya, seharusnya ATM itu aku yang pegang meskipun punya gaji sendiri," sesal Yuri sembari mengepal jarinya.

"Aku pun menyesal setiap bulan hanya dijatah olehnya, kenapa aku tak diberi tahu pin ATM bahkan mobile bankingnya. Ah semuanya sangat tertutup, seharusnya ini tidak boleh terjadi dalam rumah tangga," sesalku juga.

Keterbukaan dalam berumah tangga itu sangat penting, terutama masalah keuangan. Jika sudah tertutup seperti suamiku ini, seharusnya sudah dicurigai sejak dulu. 

Kenapa aku baru sadar setelah memergoki status istri temannya yang berbeda nominal bonus akhir tahun? Setelah itu baru mulai menyelidiki ini semua, dan ternyata benar dugaanku, bahwa di balik tertutupnya suami masalah keuangan, ada selir di sana yang meminta jatah juga darinya.

Sekitar lima menit setelah menerima panggilan masuk dari Raka, akhirnya ia mengirimkan sebuah foto.

"Raka kirim foto," celetuk Yuri sambil menepuk pahaku. Kemudian, ia mengusap lembut layar ponselnya, lalu membuka apa yang ia kirim.

Sebuah foto resi transfer ke bank lain atas nama Septiani senilai sepuluh juta rupiah. Itu bukti transfer dari suaminya Yuri, bukan suamiku. Ada perasaan lega, itu artinya suamiku tidak memberikan wanita itu uang.

[Ini foto resi pengambilan uang tunai sebanyak empat kali, sekali tarik 10 juta rupiah.] Itu pasti resi milik suamiku, siapa lagi kalau bukan dia? Rasanya ingin menyobek wajah mereka langsung jika sudah tiba di rumah.

Penarikan tunai ATM yang Mas Dafa miliki berlimit sehari maksimal sepuluh juta, ia pasti tidak akan mengambil lebih lagi. Sebab, aku yakin jatah yang ia berikan adalah jatah hasil penggelapan bonus akhir tahun yang berbeda ia sebutkan, yaitu dua kali gaji pokok.

Yuri menggelengkan kepalanya seraya tak percaya suaminya telah berani memberikan ke wanita lain sebanyak itu.

"Ini tidak bisa dibiarkan, aku jadi ingin cepat besok," ungkap Yuri sambil menggigit jarinya seraya geram dengan apa yang dilakukan suaminya. Begitu juga denganku, sangat muak dengan tingkah Mas Dafa yang telah berkhianat, padahal ada Kiana yang membutuhkan uang banyak untuk pendidikannya kelak.

"Kamu ada ide lain? Apa kita langsung ke rumah atasannya?" Kami terdiam sejenak, memikirkan ide apa yang pantas untuk membuat mereka kapok. Jika ke rumah atasannya membuat mereka kapok, aku siap maju.

Tidak lama kemudian, Yuri pun nyeletuk. "Nggak bisa begitu, kita tak mungkin ke rumah atasannya, kalau istri atasannya malah jadi mencurigai kita bagaimana?" tanya Yuri balik sambil menutup matanya dengan tangan sebelah kiri. Hampir setengah jam kami duduk kembali, Yuri yang sudah pamit pun lupa untuk bergegas pulang karena mendengar kenyataan pahit yang ia dengar dari Raka.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanyaku lagi. Namun, tiba-tiba ponsel Yuri berdering kembali, ada telepon masuk dari Raka.

"Raka lagi," bisiknya sambil mengusap layar ponsel yang ia genggam, lalu mengaktifkan speakernya.

Aku pun mendekat, rasanya tak ingin ketinggalan berita sekecil apapun tentang suamiku, Dafa. 

"Halo, Mbak. Saya punya informasi penting, tadi ada satu temannya lagi yang baru menikah siri dengan wanita pilihan comblangnya. Jadi di sini tuh ada comblang, tapi lelaki, ia seusia suami Mbak. Orang sini juga sepertinya," ungkap Raka membuatku terkejut. Ada yang menikah lagi? Astaga, itu club mobil atau club biro jodoh?

"Kamu rekam pernikahan mereka atau tidak?" tanya Yuri menyelidik.

Siapa lagi yang menikah secara diam-diam? Kenapa jadi seperti ini gerombolan yang tadinya hanya izin merefresh otak! Jika sudah seperti ini, aku takkan pernah percaya lagi pada Mas Dafa. Ia benar-benar sudah lupa anak dan istri.

"Rekam, tapi dari belakang, Mbak. Khawatir ada yang lihat, ini juga masih ramai, rekan-rekannya sedang bersalaman," jawab Raka lagi.

"Kamu hati-hati, jangan terlalu dekat, Raka," pesan Yuri padanya. 

Kemudian, Yuri hendak ingin mematikan teleponnya. Namun, tiba-tiba ada suara dari kejauhan di seberang sana.

"Kamu siapa sih? Kenapa ngikutin saya terus?" Kedengarannya itu suara Mas Dafa. Telepon pun terputus, Raka memutuskan sambungannya. Sepertinya ia sudah mulai dicurigai oleh Mas Dafa dan rekan-rekannya. 

"Nah loh, Mbak, sepertinya Raka ketahuan," celetuk Yuri membuatku tegang.

"Aku yakin orang bayaran kamu cerdas, Yuri," bisikku meyakinkan. Padahal hati ini pun terasa bergetar ketika mendengar suara Mas Dafa menegur Raka.

Yuri bangkit kembali, dan berencana melanjutkan pulang yang tadi sempat tertunda. Namun, bel rumah tiba-tiba berbunyi.

Ting ... tong ....

Aku menoleh ke arah Yuri sambil melepaskan senyuman ragu.

"Siapa, ya, yang datang?" tanya Yuri membuatku semakin cemas. Jangan-jangan itu mertuaku yang datang. Kemarin ia kan ke sini disuruh Mas Dafa. Tidak menutup kemungkinan, hari ini pun ia ke sini.

"Kamu tunggu di sini, atau sembunyi dulu, Yuri? Eh, tapi mobil kamu kan ada di depan," cetusku jadi salah tingkah.

Aku menelan sedikit salivaku seraya gugup. Kemudian, berusaha tenang dengan menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Perlahan kaki ini melangkah untuk membuka pintunya.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 27 Ending

    Bab 27 EndingPOV AuraTiba-tiba aku tersadar sudah berada di sebuah gudang. Tanganku diikat, mulutku dilakban. Mataku melihat samar-samar, masih berbayang karena pengaruh bius.Tidak lama setelah aku membuka mata. Tiba-tiba muncul Pak Gilang dan Ayumi. Aku terkejut dibuatnya, ternyata mereka yang telah menyekapku."Kalian?" Aku bertanya-tanya masih dalam keadaan dilakban.Mereka menghampiriku seraya tak ada rasa takut. Kemudian, Pak Gilang duduk sejajar di hadapanku."Ya, ini saya. Rasanya sudah terlanjur kalian mengetahui semuanya. Tidak ada yang harus ditutupi lagi," ucap Pak Gilang sembari membelai daguku.Kemudian, ia melepaskan lakban yang menempel di mulutku dengan kasar. Lelaki yang sungguh-sungguh mencintai wanita, tidak mungkin memperlakukan wanitanya dengan k

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 26

    Bab 26POV AuraSetelah mama sudah tenang, ia pun melanjutkan menyampaikan pesan dari Mama Erlin."Dafa ngedrop lagi, Aura. Kondisinya sudah sangat tidak memungkinkan," tutur mama membuatku terbelalak. Apa? Kok bisa separah itu. Memang Mas Dafa mengidap sakit apa?Aku segera meraih tas, lalu hendak pergi ke rumah sakit. Papa pun bersedia mendampingiku, tentunya dengan didampingi bodyguard yang dikirim Pak Andreas juga. Namun, kali ini aku menolaknya, rasanya terlalu berlebihan jika tiap saat di buntuti oleh dua orang bodyguard. Aku seperti artis yang bersuamikan orang penting."Tapi, Mbak. Ini perintah dari Pak Andreas, saya tidak berani melanggar. Jika Mbak Aura keberatan, silakan hubungi langsung Pak Andreas," ungkapnya.Aku pun segera menghubungi Pak Andreas, meminta untuk

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 25

    Bab 25Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. Sejak menikah dengan Mas Dafa hidupku tentram dan damai. Namun, setelah Mas Dafa kenal dengan Pak Gilang, dan sering ikut club mobil yang dipimpin olehnya, sejak itulah rumah tanggaku mulai tidak sehat.Meskipun dulu aku tak pernah mengetahui perbuatannya di belakangku, meskipun dulu bangkai ia tutup sebegitu rapatnya. Namun, kini semua terkuak satu demi satu, termasuk siapa Pak Gilang sebenarnya.Aku dan papa sedikit tak percaya ia tega melakukan hal ini terhadapku. Namun, kenyataannya, itu sudah ia lakukan hingga kini sudah sangat berantakan.Papa turun dengan perasaan sedikit was-was. Ia mematikan mesin lalu dengan sengaja mengunci pintu mobil dengan jendela sedikit terbuka. Ini semua ia lakukan demi melindungiku dari lelaki yang pernah kutolak mentah-mentah.

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 24

    Bab 24POV AuraFlashback"Aura, kamu bisa tolongin Papa nggak?" tanya papa ketika aku pulang sekolah. Hari kelulusanku tiba, jadi pulang agak lebih awal. Bersyukur ternyata aku lulus dengan nilai yang memuaskan."Ada apa, Pah?" tanyaku."Papa ingin menjodohkan kamu dengan anak dari teman Papa, ia punya nama di sebuah pabrik besar. Kalau Papa jadi besannya, nanti ia akan bawa Papa jadi team management." Aku menghela napas panjang ketika papa bicara tentang perjodohan."Nggak!" jawabku lantang."Kenapa tidak mau, Nak? Kamu tidak ingin membahagiakan Papa?" tanya Papa penasaran.Ini bukan zaman Siti Nurbaya. Tidak bisa diterapkan lagi di zaman yang sudah modern seperti ini."Pah, aku sudah punya pilihan hidup sendiri,

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 23

    Bab 23POV Aura"Bagaimana dengan kerjaan anak buah saya, Pak? Lalu apa yang harus saya lakukan lagi setelah ini? Dafa sudah habis hartanya, dan sudah dibenci istrinya pula," ucap Ayumi kudengar dengan lantang.Maksudnya apa? Kenapa bawa namaku dalam misi mereka?"Saya belum puas, apa Aura sudah merasa trauma? Belum, kan? Saya ingin dia trauma berat," ungkap Pak Gilang. Kenapa ia seperti itu? Apa motifnya ia mengganggu hidupku?Kemudian, mereka pergi dari tempat yang sengaja aku buntuti. Mereka berpisah, kulihat Ayumi pergi dengan menggunakan jasa taksi online. Sementara Pak Gilang pergi dengan mengendarai mobilnya.Aku kembali ke mobil yang kutumpangi. Lalu melanjutkan perjalanan yang hampir tiba.Setibanya di kantor, aku lebih murung dari biasanya. Di pikiran ini terbayang ucapan Pak Gilang yang ingin membuatku trauma, apa jangan-jangan orang yang kemarin yang pura-pura jadi pembeli rumah adalah orang s

  • BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN   Bab 22

    Bab 22POV Aura"Cukup, Mas. Jangan sampai kamu malu dengan tingkahmu sendiri," celetukku ketika mendengar tuduhan Mas Dafa. Kenapa ia tak pernah berubah? Selalu memutar balikkan fakta, dari dulu selalu seperti itu."Lalu kamu ke sini mau apa? Mau pamer punya kekasih baru yang lebih mapan?" sindir mama mertuaku sambil menyorot Pak Andreas dari ujung kaki ke ujung kepala."Mah, bisa nggak jangan ikut campur urusan anak!" Tiba-tiba papa mertuaku datang dari belakang, hingga mengejutkan kami semua.Aku segera mengecup punggung tangannya seraya masih menghargainya. Sebab, semenjak ada persoalan dengan Mas Dafa, tersisa papa mertuaku yang masih care dan tidak terlalu ikut campur dengan masalah kami.Papa melangkah ke sebelah mama, lalu menarik lengan mama mertuaku dan menyeretnya keluar.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status