Home / Fantasi / BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU / 1. Pertemuan Paling Menyebalkan

Share

BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU
BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU
Author: Nanda Safitri

1. Pertemuan Paling Menyebalkan

Author: Nanda Safitri
last update Last Updated: 2025-06-30 16:45:27

“Radha!” Seorang perempuan berdress putih selutut, melambaikan tangan dari kejauhan. Panggilan itu terdengar semangat dengan tangan yang melambai antusias.

Radha, wanita berambut pendek yang diikat rapi, kemeja putih yang dipadukan dengan celana jeans membungkus tubuhnya yang ramping, berlari kecil menghampiri perempuan yang tak lain adalah temannya.

Radha melirik wanita itu, tampak terlihat berseri-seri dan segar. “Hai, Ros!” balasnya sembari tersenyum.

Keduanya pun saling menghampiri, hingga bertemu di satu titik. “Gimana? Sudah siap?” Mata Ros menatap Radha yakin.

Radha mengangguk, dia mengepal tangannya dan diangkat sedikit tinggi. “Sudah pasti, siap!” serunya antusias.

Ros tertawa, sahabat kecilnya itu selalu terlihat bersemangat, namun wajah Ros seketika langsung berubah ketika teringat suatu hal. “Tapi—” Ucapannya terhenti, tidak tahu harus menjelaskan seperti apa.

Dahi Radha mengkerut, dia sangat tahu sifat sahabatnya, pasti ada sesuatu yang tidak beres. “Tapi apa, Ros?” tanyanya tak sabaran.

“Peraturannya sedikit berubah, Ra. Kita harus melawan para ilustrator,” ujarnya ragu.

“Apa?” Dahinya kembali mengkerut, dia terdiam sejenak mencerna apa yang disampaikan sang sahabat.

“Kita diminta untuk menandingi para ilustrator komik yang jelas-jelas sangat berbeda motivasi dengan kita,” tambahnya lagi.

“Peraturan konyol macam apa itu? Ini lomba adaptasi cerita ke film, bukan ke komik!” Radha menarik napas sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya lagi. “Sepertinya panitia lomba ini habis makan kecubung!” Radha berjalan meninggalkan Ros yang masih terpaku di tempat awal. Wanita berambut sebahu tersebut terlihat sangat tidak terima.

“Ra, tunggu!” teriak Ros dari kejauhan, menyusul Radha yang berjalan lebih dulu darinya.

***

Setelah beberapa menit berjalan. Akhirnya, Radha dan Ros sampai di sebuah gedung yang dikhususkan untuk memamerkan karya lukisan sang ilustrator. Mereka pun masuk ke delam gedung bernuansa emas tersebut.

Sesampainya di dalam, Radha dan Ros langsung disambut berbagai macam karya bernilai tinggi. Mulai dari lukisan sejarah, alam, hingga yang abstrak. Setelah beberapa saat berkeliling, mereka berdua berhenti pada satu lukisan yang terlihat berbeda dari yang lain.

Bibir Ros menebarkan senyum yang begitu merekah. Tapi, tidak dengan Radha. Dia memandang lukisan tersebut dengan tatapan benci. Menurutnya, tak ada yang lebih indah dari rangkaian kata dalam sastra dibanding dengan lukisan abstrak yang orang-orang tidak akan paham.

Tangan lebar Radha menutup mata Ros yang sedari tadi tak berhenti memandangi lukisan tersebut. “Apa yang indah dari lukisan ini, ha? Ngga usah mandang seperti itu!”

“Seindah ini, kok,” rungut Ros. Dia sungguh tidak habis pikir dengan temannya yang sangat puitis itu.

“Pokoknya jelek, ya, jelek!”

Sementara mereka berdua berdebat. Tiba-tiba, derap langkah kaki terdengar berat dari belakang. Pameran sekaligus lomba yang dikunjungi banyak orang, namun minim suara itu, membuat suara langkah kaki tersebut terdengar sedikit keras.

“Mulut siapa yang berani bilang lukisanku jelek?” Suara berat terdengar beriringan dengan langkah kaki.

Radha dan Ros sontak menoleh, ternyata yang berbicara adalah pria tampan bermata elang, beralis tebal dan hidungnya pun mancung. Menatap mereka tajam penuh tuntutan.

Manik Ros berbinar, dia langsung terbuai dengan ketampanan pria tersebut. “Hai, Mas ganteng!” serunya.

Radha mencibir, dia membuang wajah seakan tak ingin melihat pria tersebut. Ros memang tak tahu tempat, kalau begini, Radha yang menanggung malu. “Maaf! Saya tidak maksud begitu,” ujar Radha. Dia sedikit membungkuk agar pria tersebut mau memaafkannya.

Pria yang memakai pin nama bertuliskan Krisna itu pun mengangguk. Dia tidak terlalu mengambil pusing dengan kritikan orang-orang terhadap karyanya. “Baiklah, aku maafkan! Lain kali, mulutnya dijaga, ya. Tidak semua orang mau memaafkan sepertiku.”

Radha gelagapan, dia mengaku salah. Memang tidak seharusnya dia berkata demikian terhadap karya orang lain. “Sekali lagi terima kasih, kami pergi dulu.” Radha menarik tangan Ros. Dia ingin cepat pergi dari sana sekarang juga.

Tapi, sepertinya takdir berkata lain. Tubuh kecil Radha tak sengaja menyenggol tangan Krisna yang sedang memegang beberapa kaleng cat minyak yang tidak tertutup rapat. Membuat cat itu tumpah ke baju putih milik Radha.

“Aish! Sial! Apa ini?” teriaknya.

Sontak Ros pun terkaget, dia segera membantu Radha membersihkan tumpahan warna itu menggunakan telapak tangannya. “Astaga, Ra! Cat-nya ngga mau hilang!”

Krisna pun sama terkejutnya, semua cat minyak milik pria itu tumpah. “Aduh! Bagaimana, sih! Ini cat terakhir yang aku punya!”

Radha menarik napas dalam, mencoba menahan emosinya, namun tidak bisa. “Eh, kamu! Bajuku kena tumpahan cat minyak milik kamu. Seharusnya aku yang marah!”

Manik Krisna terbuka lebar. “Kenapa jadi kamu yang nyolot? Seharusnya, ‘kan aku!”

Radha menggeram, perlombaannya sebentar lagi dan baju putih satu-satunya yang dia miliki malah berakhir tragis. Dia menggigit bibir, kepalanya berisik mencari cara bagaimana agar tetap bisa ikut lomba tanpa harus pulang dulu untuk berganti pakaian.

Tak lama kemudian ide pun muncul dari benak perempuan itu. “Cepat lepas bajumu!” seru Radha tiba-tiba.

Mendengar ucapan Radha, sontak Ros menutup wajahnya karena malu. Dia tidak menyangka temannya itu akan bertindak demikian. “Jangan, dong, Ra! Pergi aja dari sini, yuk!”

“Apa-apaan kamu? Baru ketemu sudah nyuruh buka baju. Dasar mesum!”

Ros mengutuk diri sendiri. Bukan dia pelakunya, tapi malunya numpang duduk di wajah. Tangan kurus wanita itu menarik Radha yang masih berdiri tegap dengan tangan menengadah di depan Krisna. “Sudah, Ra … malu!”

Radha menepis tangan Ros. “Apa, sih, Ros. Kenapa harus malu? Aku hanya minta pria ini tanggung jawab!” Suara Radha sedikit keras, membuat semua orang sekitar menoleh padanya.

Krisna memutar mata malas. Dia tidak merasa berbuat apapun dengan wanita ini. Tapi, tiba-tiba dimintai tanggung jawab. Dia melepas jaketnya dan memberikan pada Radha. “Ini, tapi ingat! Kembalikan jaketku!”

Radha tersenyum senang. Usahanya tidak sia-sia. Radha tahu betul kalau dia yang salah. Tapi, gengsinya terlalu mahal untuk sekedar minta maaf.

Setelah meninggalkan tempat itu, Ros pun langsung mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi ingin meledak. “Ra! Aku malu banget, loh!” Bibir wanita itu mengerucut, dia menghentikan langkahnya di belakang Radha yang lebih dulu berjalan di depannya.

Radha berhenti, dia menoleh dan menghela napas panjang, seolah dialah orang yang paling teraniaya. “Maaf, ya, Ros. Aku terpaksa.” Wanita itu menyeringai polos.

Tapi tiba-tiba, Ros berteriak, “Ra, awas!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nanda Safitri
aw makasih............
goodnovel comment avatar
Ismi selbya
semangat!! penasaran nihh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   24. Hampa

    Malam semakin larut, tak ada lagi suara yang terdengar kecuali suara jangkrik yang selalu menemani istirahat orang-orang. Bulan pun tampak malu-malu, tertutup kabut malam.Di satu tempat, terlihat Krisna yang masih fokus dengan telpon genggamnya. Menggulir layar cerah itu hampir ke akar tanpa henti. “Apa penulis artikel ini tau sesuatu?” gumamnya pelan. Sudah lama pemuda yang sudah memakai piyama itu terpaku di tempat yang sama. Hingga kantuk pun datang. Sambil menguap, Krisna beranjak dan berhambur ke tempat tidur. “Radha harus tau ini,” gumamnya, lalu kemudian mulai tertidur.Di sisi lain, terlihat Radha yang tengah fokus menggoreskan alat gambarnya pada kertas di atas kasur. Perempuan itu terlihat mengayunkan kakinya sambil tengkurap. “Gini bukan, sih?” tanyanya pada diri sendiri.Karena kurang yakin dengan karyanya sendiri, Radha pun kembali menghapus gambar yang sudah hampir selesai tersebut. “Susah banget gambar ginian doang!” keluhnya.Lama perempuan itu merenung, memandangi k

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   23. Sedikit Rasa Nyaman

    Krisna menahan tawa ketika wajah Radha berlumuran lumpur. “Kalau makan coklat jangan kemaruk,” ejeknya. “Aku ngga makan coklat, loh, dari tadi.” Radha menggeram. Dia mengobrak-abrik tasnya guna mencari cermin kecil yang selalu dia bawa ke mana-mana. Ketika cermin itu menampakkan wajah Radha. Mata perempuan itu langsung menyalang, ada lumpur di hampir seluruh bagian mulutnya. “Apa-apaan ini!” “Kok bisa kamu ngga sadar, Ra?” Krisna terkekeh pelan. “Ya, aku fokus ngomong sama kamu,” kesalnya. “Ya, udah, sini aku bersihin!” Tangan pria itu terangkat. Hendak membersihkan lumpur yang berlumuran di sekitar mulut Radha. Radha diam terpaku, kenapa rasanya sedikit berbeda ketika disentuh oleh pria itu? Jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya. Elusan tangan Krisna, membuat perempuan itu merinding. Dengan cepat Radha menepis tangan Krisna dari mulutnya. “Biar aku aja yang bersihkan!” Krisna mengangguk paham, dia pun kembali duduk manis seperti sedia kala. Kemudian pria

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   22. Sebuah Rencana

    Dunia langsung berubah gelap, ketika kepala Radha tersungkur masuk ke dalam ember berukuran sedang yang hampir menutupi seluruh kepalanya. Krisna yang berlari menghampiri Radha tak kuasa menahan tawa melihat Radha berkepala ember. “Makanya, Ra, jangan banyak tingkah.”“Tolongin dong! Jangan ketawa aja!” teriak Radha. Suara Radha terdengar samar karena tertutup ember.“Ha? Apa? Aku ngga denger,” teriak Krisna.Radha mendecak kesal, ember berwarna hitam itu sangat bau dan sempit. “Jangan becanda dulu, Kris!”“Ini ngga bisa secara manual, nih. Kayaknya harus panggil damkar,” celetuk Krisna asal.“Krisna! Kalau kamu ngga bantuin aku, aku ngga akan kasih tahu kamu sebuah info penting tentang kita,” ucap Radha penuh ancaman. Napasnya juga sudah mulai sesak dan bau yang tidak nyaman sangat menyiksa dirinya.Akhirnya, Krisna pun menurut, dia berusaha menarik ember yang menutupi kepala Radha de

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   21. Penyihir

    “Apa jangan-jangan dia penyihir, dan dia yang udah sihir kamu sama Krisna,” tebak Ros asal. “Hus, ngga boleh gitu. Zaman sekarang mana ada yang kayak gitu, Ros.” “Tapi … bisa aja, ‘kan, Ra? Mungkin dia ada dendam sama kamu.” Ucapan Ros sukses membuat Radha berpikir ulang. Perempuan itu terdiam, apa yang dikatakan Ros tidak sepenuhnya salah. Bisa jadi memang seperti itu, mengingat Radha sempat membuat Raksa sakit hati. “Benar juga yang kamu bilang, Ros. Raksa sempat nembak aku, tapi aku tolak,” jelasnya. “Nah, mungkin karna itu, dia nyihir kamu!” “Oh, ya, aku jadi teringat soal perempuan yang datang ke rumah Krisna kemarin,” ucap Radha mengubah topik pembicaraannya. “Perempuan? Siapa? Pacar Krisna?” tanya Ros ingin tahu. Perempuan itu tampak sangat tertarik dengan pembahasan Radha. “Aku juga ngga tau, sih, Ros. Kemarin dia datang nangis-nangis. Trus, dia cerita kalau ibunya dirawat di rumah sakit jiwa, ayahnya bawa cewe ke rumah,” jelas Radha panjang lebar. Ros mengangg

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   20. Satu Hal Yang Begitu Aneh

    “Ngga nyangka banget kita bakalan ketemu di sini Ra!” Pria berjas hitam, berambut pendek dan lurus terlihat sangat kegirangan. Dia bahkan sampai menjatuhkan kertas yang dipegangnya.Radha tersenyum canggung, sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. “Raksa, kamu pemilik minimarket ini?”Pria bernama Raksa pun mengangguk. Dia berjalan cepat menghampiri Radha yang masih berdiri di ambang pintu. “Kamu sendiri ngapain? Apa kamu yang mau melamar kerja di sini?” tanya Raksa.“I-iya, aku dipaksa sama temanku,” jawabnya gugup.“Oh … nggak masalah, kok. Ya, udah, sekarang kamu diterima kerja,” ucapnya tanpa basa-basi.Sontak perkataan Raksa membuat Radha seakan tidak percaya. “Loh, apa ngga diinterview dulu?” tanya Radha basa-basi, meski perempuan itu tahu apa alasan yang membuat Raksa langsung menerima dirinya.“Udah lama aku cari kamu, Ra! Kabarnya kamu, adik, dan ibu kamu pindah rumah. Setelah aku dapat alamatnya, kamu malah ngga ada

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   19. Mencari Kerja

    “Jadi Papa kamu bawa lima perempuan ke rumah?” Radha tampak sangat terkejut.Sambil berlinang air mata, perempuan itu mengangguk. “Mama aku sekarang ada di rumah sakit jiwa,” tambahnya lagi.“Apa? Jadi, gara-gara Papa kamu selingkuh, mama kamu jadi, maaf, gila?” Radha sungguh tidak habis pikir. Rupanya, kehidupan orang kaya tidak selamanya indah. Dilihat dari penampilan, perempuan itu sangat jauh dari kata kekurangan, tapi, cobaanya ada di keharmonisan keluarganya.“Lukisan yang kasih ke aku, rusak dirobek papa aku,” sambung perempuan itu lagi.“Lukisan?”“Iya, maaf, ya! Aku ngga bisa jaga lukisan kamu dengan baik,” ujarnya merasa sangat bersalah.“Ngga apa-apa, itu bukan salah kamu,” jawab Radha lagi.***Pagi ini dunia terasa begitu dingin, namun tidak ada hujan sama sekali. Hanya udara yang berhembus kencang. Matahari pun enggan menampakkan diri, Radha bergumul di dalam selimut tebal, dan seperti tidak mau bangun untuk melakukan aktivitas.“Dingin banget, latihan hari ini tunda aja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status