Beranda / Fantasi / BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU / 4. Kembalinya Trauma Radha

Share

4. Kembalinya Trauma Radha

Penulis: Nanda Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 21:28:26

Hujan semakin deras, angin kencang menerbangkan rambut pendek Ros yang sudah separuh basah. Teriakan lirih wanita itu mencuat di tengah rintik air yang jatuh menimpa bagaikan gundam.

Ros terduduk, dia tidak peduli jalanan yang kotor membasahi celananya. Dia mengangkat kepala Radha dan langsung memeluknya erat. Tak kuasa menahan tangis, tangan Ros bergetar seakan wanita itu ditinggal untuk selamanya.

Beberapa saat kemudian, Krisna datang, dia memberikan payung pada Ros. “Pegang payungku. Biar aku yang mengangkatnya!”

Ros mengangguk, dia menerima payung Krisna dan berdiri sedikit lebih jauh memberi ruang untuk pria itu.

***

Detik jarum jam yang tergantung di dinding kamar Krisna, mengiringi tangis Ros yang sedari tadi tidak kunjung berhenti. Tangannya tak pernah melepas tangan sang sahabat yang terbaring lemah di atas kasur.

Suara langkah membuyarkan isakan wanita yang setia duduk di samping Radha. Dia sedikit mengecilkan suaranya, mengingat yang datang adalah pemilik rumah.

“Sudah, dia pasti baik-baik saja.”

Ros mengusap pipinya yang sudah basah karena air mata. Kantung matanya semakin sembab ulah menangis. Ingus Ros pun keluar tanpa henti. “Kalau dia ngga ada, aku pasti ngga akan bertahan hidup lama di dunia ini,” lirihnya.

Krisna yang sibuk menyiapkan alat gambarnya seketika terhenti mendengar ucapan dari wanita itu. Dia sedikit tertegun karena persahabatan dua perempuan tersebut begitu solid.

Krisna tersenyum hangat. Dia sudah tak berkutat dengan alat gambar. Pria tinggi itu memilih duduk di kursi yang berada tak jauh dari kasur. “Aku paham kamu khawatir. Tapi, dengan menangis kayak gini, ngga akan berdampak apa-apa ke temanmu.”

Ros mengangguk, benar yang diucapkan pria itu. Rasa sayangnya pada Radha membuat dirinya terlihat sedikit innocent. “Maaf telah mengganggu! Setelah Radha sadar kami berdua akan pergi dari sini.”

Krisna terkekeh, dia tidak merasa terganggu sama sekali. Walau niat awal pemuda itu adalah menghabiskan hari ini dengan menggambar tanpa henti. Terdengar sangat menyiksa, namun hal itulah yang membuat pria muda tersebut merasa lebih hidup. “Ngga apa-apa, tinggallah di sini sementara waktu. Sampai temanmu itu pulih!”

Suasana mendadak hening. Tak ada lagi pembicaraan maupun tangisan Ros. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga suara parau milik Radha membuyarkan semua. “Ros.” Suaranya terdengar tercekat di tenggorokan.

Ros yang melihat Radha pun langsung sigap mengambilkan air yang berada di atas nakas. “Ini, Ra, minum dulu!”

Radha mengangguk, dia mendudukkan tubuhnya yang lemah dan mengambil gelas berukuran sedang itu dari Ros. Pelan-pelan dia meneguk air tersebut. Hingga, matanya tersadar akan sosok tinggi yang entah sejak kepan berdiri di depan mereka. “Kamu?” Sontak Radha pun tersedak, air yang diminum malah naik ke hidungnya.

“Pelan-pelan, Ra.” Ros langsung mengambil gelas kaca itu dari tangan Radha dan membantu Radha membereskan tumpahan air yang sedikit membasahi baju wanita tersebut.

“Ngapain dia di sini?” tanyanya pada Ros. Mata gadis bermanik bulat itu tak lepas menatap Krisna yang berdiri memangku tangan di depan dada.

“Tenang dulu, Ra! Lebih baik kamu rebahan lagi, ya!” suruhnya pada Radha.

Radha tak menurut, dia masih menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja dia lontarkan. “Kita di mana? Di rumah pria ini?”

“Iya, kamu di rumahku!” jawab Krisna singkat.

Mata Radha menyalang, dia tidak ingat apa yang telah terjadi, hingga sampai ke rumah pria itu. “Ayo, Ros. Kita balik!” pintanya pada Ros.

Ros mengangguk, dia pun juga ingin pulang. Tak ingin merepotkan pria yang bahkan baru saja mereka kenal “Iya, Ra. Kita pulang.”

Radha pun tersenyum. Dia gegas berdiri bersiap untuk pergi dari sana. “Ayo, Ros!”

Ros mengangguk, dia menoleh pada Krisna, hendak meminta izin untuk pulang. “Kami pul—”

“Tunggu dulu!” potongnya.

“Apa lagi?” tanya Radha. Raut mukanya langsung berubah masam.

“Kita harus membicarakan soal kolaborasi kita. Tapi, sepertinya kita tidak akan berhasil dengan naskahmu itu,” ucapnya tanpa rasa bersalah.

Mendengar ucapan Krisna. Sontak bara api yang hampir saja padam di perut Radha kini berkobar kembali. Dia mendorong bahu Krisna kasar, lalu berkata, “Kamu mau cari gara-gara denganku, ha?”

“Sudah, Ra. Jangan emosi. Kiita dengarin alasannya dulu.” Ros mengusap punggung Radha yang naik turun karena marah.

“Orang kayak gini, ngga perlu dikasih hati!” serunya lantang.

“Aku berbicara fakta, bukan karena tulisanmu jelek. Tapi—”

“Tapi apa?” Radha berteriak keras. Dia masih berusaha menunggu alasan dari pria tersebut. Meski emosinya sudah terasa di puncak ubun-ubun.

“Karena … naskahmu pudar.”

“Pudar maksu—”

Belum sempat Radha melanjutkan kata-katanya. Telpon genggam milik Ros tiba-tiba berdering. “Maaf, ya, Ra. Aku angkat telpon bentar, ya.” Ros buru-buru keluar meninggalkan Radha dan Krisna di ruangan itu.

Sejenak suasana menjadi hening. Angin yang masuk dari jendela, menyapu wajah manis Radha. Wanita itu menghela napas panjang. “Aku ngga mau ribut, ya. Apa maksudmu dengan pudar? Kapan kamu melihat naskahku?”

Krisna diam, dia tidak menjawab pertanyaan Radha. Pria itu berjalan menuju nakas. Mengambil map merah yang di dalamnya terdapat naskah milik Radha. Setelah mengambil lembaran kertas tersebut, Krisna pun kembali dan menyodorkan kertasnya pada Radha. “Aku bahkan belum sempat membaca naskahmu. Tapi, hujan menghapusnya.”

Radha menyalang, dia gegas mengambil kertas yang sudah lumayan kering itu dari tangan Krisna. “Kenapa bisa sampai begini?” Perempuan itu mengibas-ngibas kertas tersebut. Tangannya gemetar saat menyentuh kertas lembab itu. Tinta yang luntur membentuk noda, seolah hujan menghapus bukan cuma tulisan, tapi juga satu-satunya harapan yang dia punya. Napasnya tercekat, matanya mulai basah.

“Kamu lari-lari di tengah hujan kayak adegan film India, terus berharap naskahnya tetap utuh? Dunia nyata ngga seromantis itu.” Krisna memangku tangan di depan dada. Matanya tak lepas dari wanita yang sibuk meniup kertas yang sedikit kusut di depannya.

“Aku tidak punya yang lain lagi, selain ini …,” lirih Radha. Napasnya tercekat seakan ingin menangis.

“Memangnya kamu tidak punya salinan filenya?” Krisna menghentikan ucapannya sejenak. Perasaannya sudah mulai tidak enak melihat raut wajah Radha yang seperti orang terlilit hutang lima tahun. “Jangan bilang, kamu cuma punya kertas ini!”

Radha mengangguk kecil, mata wanita itu sayu. Lututnya melemah. “Bagaimana ini?” Dia menarik napas dalam mencoba menenangkan diri.

“Begini saja, coba ceritain presmismu padaku.”

Radha diam sejenak, dia menyapu seluruh sudut kamar Krisna, mencari tempat ternyaman untuk duduk. Krisna yang menyadari hal itu pun, memberikan kursi satu-satunya di kamar itu pada Radha. “Ini, pakai kursiku. Cepat ceritakan karna waktuku ngga banyak!” serunya.

Radha mengambil kursi tersebut dan menyamankan posisinya. Dia menarik napas sejenak, lalu kemudian menceritakannya pada Krisna.

***

Setelah beberapa menit berlalu. Akhirnya, Radha selesai menceritakan premis naskahnya pada Krisna. “Jadi begitu, gimana menurut kamu?”

Krisna menggangguk pelan, dia mencibir, matanya tak menatap pada Radha. “Kayaknya kamu harus ubah premisnya, deh!”

Mendengar ucapan Krisna yang seakan semena-mena, membuat mata wanita itu menyalang lebar. Dia langsung berdiri dari duduknya. “Apa maksud kamu? Kamu ngatain tulisanku jelek?”

Krisna menggeleng, meski Radha terlihat seperti cacing kepanasan, pria itu memilih tetap tenang. “Bukan, aku ngga pernah ngatain naskah kamu jelek. Aku hanya ingin kamu merubah premis ke yang lebih menarik.”

Napas Radha naik turun, matanya terbuka lebar. Entah kenapa, akhir-akhir ini emosinya sedikit meningkat, bahkan pada hal kecil sekali pun.

BRAK!!

Dentuman keras terdengar. Krisna menyalang dia bergegas meghampiri Radha. “Hei, ngapai kamu?” teriaknya keras.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   7. Memang Nyata

    Denting suara piring yang beradu dengan sendok dan garpu, mengisi keheningan meja makan dengan hidangan yang cukup sederhana. Tak ada yang berbicara, hingga akhirnya Ros memutuskan untuk buka suara. “Ra, udah, dong. Jangan sedih gitu. Semua pasti ada jalannya, kok.” Suapan terakhir berhasil masuk ke dalam mulut Ros. Dia menaruh sendoknya dan meminggirkan piring agak ke tepi. Perempuan yang sudah lama bersahabat dengan Radha itu, menatap wanita di depannya intens. Radha tidak menyentuh makanannya sama sekali. “Ngga ada gunanya juga kamu sedih kayak gini. Toh, semuanya udah terjadi, ‘kan?” Radha yang sedari tadi hanya mengaduk-ngaduk makanannya, menghentikan kegiatannya. Dia menoleh pada Ros, tatapan perempuan itu terlihat sendu dan wajahnya pun tampak sangat lesu. “Ros, apa benar aku dikutuk atau semua ini cuman mimpi aja, ngga mungkin banget hal kayak gini terjadi, ‘kan?” tanya Radha yang masih ragu dan tak percaya. Ros menggeleng cepat

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   6. Jiwa Yang Tertukar

    Krisna berdiri diam di depan cermin setelah beberapa jam berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Dia berulang kali menepuk pipinya agar tersadar dari mimpi buruk ini. “Ayo sadar Krisna … ngapain kamu bayangin wajah wanita keras kepala itu, sih?” Krisna tak hentinya menepuk pipi mulus dan mungil itu berulang kali. Pria tinggi yang sangat tertarik dengan dunia artistik pun memutuskan mencubit pipi gembul nan lembut tersebut lumayan keras. “Aduh!” Krisna meringis, rasa panas menjalar di pipi sebelah kanannya. Rasa sakitnya terasa sangat nyata. Jadi, dapat disimpulkan ini bukanlah mimpi. Dia terlalu fokus pada perubahan wajahnya yang begitu drastis. Sehingga, pemuda tampan kekar tersebut tidak menyadari bahwa postur tubuhnya juga sudah mengalami perubahan yang sangat tidak masuk akal. Krisna menunduk, matanya tertuju pada dada yang terlihat bertambah volume, hingga persis seperti dada perempuan. Manik indah Kri

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   5. Kemarahan Radha

    Radha mengambil satu lukisan, melihatnya tajam, lalu menjatuhkannya dengan gemetar. “Begini rasanya dihina atas sesuatu yang kamu buat sepenuh hati? Rasain!” “Kurang ajar!” Suara Krisna mencuat di tengah hantaman hujan deras yang mengguncang atap seperti derap sepatu tentara. Lukisan itu jatuh tak berdaya seolah tak ada lagi harapan bagi karya seni tersebut untuk bertahan. Krisna berdiri diam, tangannya mengepal erat, semburat merah padam menjalar di seluruh wajahnya. Sebelum akhirnya dia berjalan buru-buru menghampiri wanita yang sudah dikuasai api kemarahan. Buk! Satu pukulan didaratkan Krisna pada dinding kamarnya. Nyaris saja pria itu memukul Radha. Radha tersudutkan, kepalan tangan milik Krisna hampir saja mengenai pipi mulus wanita itu. “Bodoh!” seru Krisna yang mulai tersulut emosi “Apa? Kamu mau marah, ha?” Wanita itu seperti tak ada takutnya sama sekali. Kepalanya mendongak, seperti ingin menantang pria di depannya berduel. Krisna menarik napas dalam. Dia berusaha menah

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   4. Kembalinya Trauma Radha

    Hujan semakin deras, angin kencang menerbangkan rambut pendek Ros yang sudah separuh basah. Teriakan lirih wanita itu mencuat di tengah rintik air yang jatuh menimpa bagaikan gundam.Ros terduduk, dia tidak peduli jalanan yang kotor membasahi celananya. Dia mengangkat kepala Radha dan langsung memeluknya erat. Tak kuasa menahan tangis, tangan Ros bergetar seakan wanita itu ditinggal untuk selamanya.Beberapa saat kemudian, Krisna datang, dia memberikan payung pada Ros. “Pegang payungku. Biar aku yang mengangkatnya!” Ros mengangguk, dia menerima payung Krisna dan berdiri sedikit lebih jauh memberi ruang untuk pria itu.***Detik jarum jam yang tergantung di dinding kamar Krisna, mengiringi tangis Ros yang sedari tadi tidak kunjung berhenti. Tangannya tak pernah melepas tangan sang sahabat yang terbaring lemah di atas kasur.Suara langkah membuyarkan isakan wanita yang setia duduk di samping Radha. Dia sedikit mengecilkan suaranya, mengingat yang datang adalah pemilik rumah.“Sudah, di

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   3. Kejadian Memalukan

    Suara yang tidak terdengar asing, mendengung di telinga Ros. Dia langsung menoleh cepat. Seseorang berdiri di belakang mereka—berbaju putih yang sedikit basah dengan tatapan penuh tanya. Payung berwarna perak, sedikit menutupi bagian wajahnya.Radha tak membuka mata. Bibirnya mulai bergerak dan langsung melontarkan tanya dengan suara lirih. “Siapa itu, Ros?” Ros tidak menggubris pertanyaan Radha. Dia malah fokus pada pria yang datang tiba-tiba.“Krisna?” Mata Ros terbuka lebar kala mendapati pria itu berdiri di belakang. “Kenapa bisa di sini?” tanyanya.Dengan tenang pria itu menjawab, namun matanya tertuju pada wanita yang sedang meraup kenyamanan di bahu Ros. “Baru saja. Apa dia selalu selemah ini setelah lomba?” tanyanya lagi.“Aku juga ngga tahu, kayaknya Radha kelelahan,” jawab Ros seadanya.Sadar ada yang membicarakan dirinya, Radha pun membuka mata. Dia menatap Ros dengan tatapan penuh tanya. “Siapa, Ros?”“Krisna, Ra,” jawab Ros.Mendengar nama itu, Radha pun langsung bangun

  • BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU   2. Perubahan Aturan

    Ros berlari cepat menghampiri Radha, dia menarik tangan sahabatnya itu. “Ada motor, Ra!” serunya tergesa-gesa.Radha terhempas ke pelukan Ros. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat ulah motor ugal-ugalan yang hampir saja menabraknya. Ros menarik napas sejenak, dia melepas tangan Radha. “Hampir aja kamu tertabrak,” ujarnya buru-buru.Radha masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Dia mengelus dadanya sendiri dan menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. “Makasih, Ros. Aku ngga tau kalo ngga ada kamu, mungkin aku ngga akan selamat.”“Iya, Ra. Lain kali jangan berdiri terlalu dekat dengan jalan, ya,” ujarnya sembari tersenyum.Ros kembali mengingat alasan dia menghentikan langkahnya. Dia menatap Radha di depannya dengan tatapan lembut seperti kapas. “Lain kali jangan gitu ke orang yang ngga dikenal, ya. Kalau mau begitu jangan pas sama aku.” “Iya, ngga lagi, kok,” jawabnya dan menatap teman di depannya itu polos.Ros pun luluh, tatapan polos Radha selalu berhasil me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status